Malaikat Tanpa Sayap
2. Perkenalan Pertama

3. INT. SEBUAH CAFE DI JAKARTA - DAY - 2019

Hujan deras sedang mengguyur diluar. Suasana cafe agak lenggang karena hari kerja. Maya duduk sendiri melamun menatap kearah hujan diluar. Dimejanya sudah tersaji secangkir kopi hangat. Lalu Bara (30) dengan hoodie hitam dan ranselnya mendekat kearah meja Maya dengan membawa sebuah kamera besar.

BARA

Permisi, bolehkah saya duduk?

MAYA

(Kaget lalu memandang Bara dari atas sampai ujung kaki. Terdiam dan berpikir sejenk)

Silahkan.

BARA

(Mengulurkan tangannya pada Maya)

Bara.

MAYA

(Membalas uluran tangan Bara)

Maya

BARA

(Duduk)

Maaf kalau aku mengganggumu dan sedikit agak lancang.

MAYA

(Bingung)

BARA

(Menyerahkan kamera besarnya pada Maya yang berisi foto Maya yang sedang melamun menatap hujan diluar)

Aku mendapatkan foto terbaikku hari ini, bahkan foto foto dari klienkupun kalah jauh.

MAYA

(Terdiam sambil menatap foto-foto dirinya)

BARA

Maaf ya, aku tanpa permisi mengambil fotomu. Jarang aku mendapatkan moment yang bagus, tapi hapus saja kalau dirimu tidak berkenan.

MAYA

(Meletakkan kamera ke meja)

Tidak apa-apa, simpan saja, jarang juga mendapatkan foto sebagus ini, apalagi dari seorang profesional. Tapi tolong gunakan dengan bijak. Nanti kalau boleh kirim ke emailku.

BARA

(Mengambil kamera dan mematikannya)

Tentu, akan aku jadikan portofolioku nanti dan pasti ada royalti buat dirimu.

MAYA

(Terseyum dan meminum secangkir kopi)

Tidak perlu, simpan saja.

BARA

Paling tidak, aku traktir makanlah nanti sebagai gantinya.

MAYA

(Terkejut lalu tertawa)

BARA

Kenapa?

MAYA

Belum pernah ada lelaki yang berani merayuku sebelumnya, apalagi saat pertemuan pertama.

BARA

(Menatap serius wajah Maya)

Kenapa? Kamu tidak terlihat menyeramkan. Mungkin karena mereka belum mengenalmu jadi kesan pertama mereka padamu adalah sikap dingin dan cuekmu.

MAYA

Jadi itu kesan pertamamu padaku?

BARA

(Salah tingkah)

Ini pertanyaan jebakan ya?

MAYA

(Tertawa)

Bukan, tapi sebuah pembenaran. Orang yang sudah mengenalkupun memang kadang menilai diriku dingin dan sombong, padahal yang membuatku seperti itu karena aku hanya ingin fokus pada tujuanku dan tidak ingin teralihkan dengan hal-hal sepele dan tidak penting.

(Terdiam)

Malah jadinya curhat kan?

BARA

(Tersenyum)

Tidak apa apa, mungkin dengan bercerita beban itu akan sedikit lebih ringan, lagipula kita tidak pernah tahu, apakah pertemuan ini akan menjadi awal pertemanan kita atau mungkin bisa saja ini adalah pertemuan pertama dan terakhir kita. Seperti film Before Sunrise,tahukan?

MAYA

(Mengakat Bahu)

Belum pernah mendengar.

BARA

Tentang dua orang asing yang bertemu lalu jatuh cinta dan berpisah di hari yang sama.

MAYA

(Menggeleng)

BARA

Baiklah, kapan-kapan aku bawakan DVD nya padamu.

(Seorang pelayan datang membawa minuman ke meja mereka lalu pergi)

BARA

(Meminum kopinya)

Libur hari ini?

MAYA

Iya, libur tapi tidak terasa seperti libur, karena email dan telpon terus saja datang. Kamu sendiri?

BARA

Kebetulan hari ini aku ada pekerjaan di cafe ini.

(Mengidupkan kamera lalu memberikan kamara pada Maya)

MAYA

(Melihat lihat hasil jepretan Bara berupa menu menu cafe)

Bagus. Sudah banyak kliennya?

BARA

Lumayanlah May,UMKM lagi booming sekarang dan mereka butuh tampilan produk-produk mereka tampak menarik untuk promosi ke social media.

(Menyerahkan kartu namanya)

MAYA

(Mengembalikan kamera dan mengambil kartu nama)

Biasanya kantor aku setiap akhir tahun butuh foto cover untuk pembuatan kalender, coba nanti aku infokan bagian terkait, siapa tahu cocok dengan hasil jepretanmu Bar.

BARA

Wah terimaksih May, semoga berjodoh nanti.

(Suara pesan masuk dari handphone Maya)

MAYA

(Melihat pesan masuk lalu terdiam sebentar)

Aku duluan dulu ya Bara, nanti aku kabari lagi.

(Berdiri)

BARA

(Berdiri)

Kamu baik-baik saja.

Maya

(Tersenyum dan mengangguk lalu pergi meninggalkan Bara)

BARA

(Terdiam menatap Maya)

CUT TO

4. INT. APARTEMEN MAYA - NIGHT

Maya keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk putih. Dia berhenti saat melewati cermin seukuran tubuhnya lalu menatap bayangannya dicermin. Maya menjatuhan handuknya lalu memegang rambutnya lembut. Pandangannya beralih ke tas yang tergeletak di tempat tidurnya. Dia berjalan mengambil amplop putih dari dalam tasnya lalu membuka amplop itu dan membaca isinya. Air mata mulai menetes dipipi Maya. Pandangannya beralih pada sebuah foto dirinya saat wisuda bersama ayahnya yang berada dimeja rias. Dia berjalan mengambil foto itu lalu di duduk dilantai bersandar pada tempat tidurnya. Maya menangis dan memeluk erat foto itu.

MAYA

(Meraih handphone didekatnya dan memandang ragu sejenak handphonenya, lalu menelpon Bapaknya)

Bapak...

CUT TO

5. EXT. ROOFTOP GEDUNG APARTEMEN - DAY

Diatas rooftop gedung apartemen tempat Bara tinggal. Gerimis menjelang matahari terbenam. Bara berdiri di tepian gedung sambil membawa payung berwarna hitam ditangan kirinya dan sekaleng soda di tangan kanannya. Lily (30), sosok perempuan cantik berjalann kearah Bara membawa payung warna hitam dan sekaleng soda ditangannya, lalu berdiri disamping Bara.

LILY

(Menatap ke arah kota Jakarta dan meminum sodanya)

Bagaimana hari pertamamu?

BARA

(Menatap kota Jakarta dan meminum sodanya)

Seperti hari pertama tugas tugas sebelumnya.

(Menghembuskan nafas dan terdiam sejenak)

Andaikan aku tahu kalau tugas-tugas ini akan menyerap segala emosi kita, mungkin dulu aku tidak akan pernah memilihnya.

LILY

(Terkejut dan Menatap Bara tajam)

Kamu tahu, selama seratus tahun ini kita bersama, aku tidak pernah mendengar keluhanmu tentang tugas tugasmu atau pilihanmu menjadi seorang manusia abadi.

BARA

(Meneguk minuman terakhirnya dan melemparkan kaleng minuman ke sudut tembok rooftop. Menatap Lily)

Mungkin karena ini tugas terakhirku di bumi, jadi aku sedikit terbawa emosiku. Aku sudah tidak sabar untuk pulang ke tempat yang konon katanya hanya ada kebahagiaan disana.

LILY

(Menatap ke depan)

Aku tahu. Berita kepulanganmu sudah tersebar.

BARA

(Menatap ke depan)

Waktu berjalan begitu lambat menjelang kepulanganku.

LILY

Berapa lama tugas terakhirmu kali ini?

BARA

Enam bulan.

LILY

(Terkejut dan menatap Bara)

Enam bulan? Jadi waktu kita hanya tinggal enam bulan.

BARA

(Mengangguk. Menatap Lily)

Iya. Enam bulan lagi kita akan berpisah. Tidak terasa kita sudah hampir seratus tahun bersama.

(Terdiam lalu memegang tangan Lily)

Dan tolong jangan buat pesta perpisahan yang berlebihan.

LILY

(Tersenyum)

Dan jangan kacaukan tugas terakhirmu.

(Melepas tangan Bara lalu melangkah meninggalkan Bara. Tiba tiba dia berhenti dan menoleh kearah Bara)

Ayo masuk, kelihatannya beberapa teman kita sudah datang dibawah. Matahari senja tidak akan muncul hari ini.

(Lily meninggalkan Bara)

(Bara menatap Lily)

CUT TO

6. INT. APARTEMEN BARA - NIGHT

Bara duduk di ruang kerjanya memandangi foto Maya di laptopnya. Dia memejamkan mata mengingat saat berkenalan dengan Maya sore tadi, saat tangannya bersalaman dengan Maya tiba tiba untuk satu detik Bara bisa melihat kilatan memori tentang perjalanan hidup Maya secara detail, mulai dari kelahiran Maya sampai saat mereka bertemu. Kini Bara tahu setiap detail tentang Maya.

Bara menutup laptopnya lalu berjalan menuju dapur dan membuka lemari es lalu mulai mengeluarkan bahan-bahan untuk memasak nasi tumpang.

CUT TO

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar