6. Bagian 6

INT. RUMAH DIANA - SIANG

Diana dan Ibu yang sedang duduk bersantai di Ruang Tengah. Mereka dalam diam. Ia melihat Ibu yang sedang membersihkan Rumah.

Diana mendekat, ia membantu menyapu Rumah. Ibu mengerjakan pekerjaan rumah yang lain, membersihkan jendela. Diana memperhatikan Ibu, melihat serius.

EXT. TAMAN - SORE

Diana duduk di Kursi Taman. Ia melihat sekitar, orang-orang yang sedang santai. Ada yang berlari, Anak-anak yang sedang bermain di Taman Bermain.

Diana melihat itu semua, wajahnya terlihat damai. Yogi duduk di sebelahnya, mereka hanya diam.

DIANA

Seumur hidup aku baru kali ini aku bicara serius itu sama Ibu. Aku perhatiin dia makin tua.

Ada jeda di antara.

DIANA

Selama ini aku gak pernah punya hubungan yang serius. Hubungan aku hanya sebatas atlet pelatih. Sesama Atlet. Kecuali kamu teman aku yang tahu aku. Termasuk hubungan aku sama Ibu.

Yogi hanya diam.

DIANA

Dan tawarin aku balik ke PB. Jadi pemain pro.

Diana dan Yogi melihat sekitar, dalam diam.

INT. LAPANGAN - PELATNAS - PAGI

Diana berjalan membawa Tas dan memakai pakaian Olahraga. Tempat itu sepi, hanya beberapa orang di sana. Ia meletakan Tasnya dan ia melihat sekitar. Lapangan-lapangan Bulutangkis yang berjejeran.

Diana melakukan Pemanasan. Beberapa orang masuk ke dalam Tempat itu dan melihat Diana. Terdengar suara tepuk tangan, makin lama orang-orang berkumpul di sekitar Diana. Bertepuk tangan.

Diana hanya tersenyum dan menunduk, berterimakasih.

INT. PINGGIR LAPANGAN - PAGI

Amarah berjalan masuk ke Tempat Latihan. Ia melihat sekitar, tempat itu sudah ramai di penuhi Orang-orang.

Amarah meletakan Tasnya dan ia melihat di salah satu lapangan.

Diana yang sedang latihan bersama Atlet-atlet yang lain. Amarah melihat Diana dengan serius. Diana berbicara dengan Atlet-atlet lain, sesekali mereka tertawa.

Amarah melakukan pemanasan, sesekali ia melihat Diana yang sedang berlatih.

CUT TO:

Diana sedang beristirahat. Ia sedang minum, sambil melihat Amarah yang sedang berlatih, datar.

Diana menggerakan kaki kanannya, merasakan Lututnya.

PUTRI RAHMA, 20-an, berdiri di depannya. Diana tersadar.

PUTRI

Mau Sparring sama aku Ratu?

Diana melihat Putri, ia tersenyum. Diana mengambil Raketnya. Mereka berjalan menuju Lapangan.

CUT TO:

Amarah beristirahat, ia sedang minum. Sesaat ia melihat pertandingan di di Lapangan sebelahnya, beberapa orang juga menonton pertandingan itu.

Ia berjalan menuju lapangan itu, berdiri bersama orang-orang yang menonton pertandingan itu di pinggir lapangan.

Ia melihat papan skor, duapuluh satu sepuluh dan enambelas sepuluh.

Kurnia berdiri di pinggir lapangan, melihat mereka berdua.

Amarah berjalan pergi dari tempat itu.

INT. LAPANGAN - PELATNAS - PAGI

Putri memukul Kok dengan forehand --

Diana melakukan Lob --

Putri melakukan Smash menyilang --

Diana mengembalikan Kok dengan Forehand --

Putri memukul Kok dengan Lob --

Diana mengembalikan Kok dengan Backhand Drop --

Putri tidak bisa mengembalikan Kok.

ATLET

Duapuluh satu sepuluh. Game.

Diana dan Putri menghela nafas. Mereka tersenyum. Mereka bersalaman.

Diana beristirahat, meminum air. Ia mengatur nafasnya.

INT. PINGGIR LAPANGAN - SIANG

Semua Atlet berkumpul, ada Diana dan Amarah juga. Kurnia berdiri di depan mereka.

KURNIA

Latihan hari ini cukup. Jaga kondisi kalian. Jangan malam-malam pulangnya.

Terdengar suara-suara dari para Atlet. Diana hanya tersenyum mendengarnya. Amarah hanya diam.

Mereka mengepalkan tangan bersama-sama. Terdengar suara seruan dari mereka. Mereka bubar jalan.

Amarah mengambil Tasnya dan ia melihat sekitar.

Diana yang menuju ke Lapangan lainnya dan ia mengambil Kok dan mulai latihan lagi.

Amarah hanya melihat Diana, datar.

CUT TO:

INT. LAPANGAN PELATNAS - SORE

Diana yang masih latihan memukul Kok yang di lemparkan oleh Asisten Pelatih.

Lapangan terlihat sepi, hanya ada beberapa orang saja. Amarah yang berdiri di pinggir lapangan, melihat Diana yang sedang berlatih. Ia melihatnya, datar.

Diana yang sedang berlatih menyadari Amarah di pinggir lapangan.

AMARAH

Ratu belum pulang?

DIANA

Sebentar lagi. Kamu mau pulang?

Amarah mengangguk.

DIANA

Oke. Hati-hati.

Diana berjalan menunju lapangan, sesaat ia melihat Amarah.

DIANA

Selamat. Karena menang turnamen super pertama kamu.

Diana tersenyum. Amarah melihat Diana, datar. Diana kembali melanjutkan latihannya.

Amarah melihat Diana yang sedang latihan. Ia melihat Board yang tertempel di dinding.

Nama Diana ada di peringkat satu, beberapa nama Atlet lain menempati peringkat di luar sepuluh besar Dunia. Setelah itu terdapat nama Amarah di peringkat tigapuluh. Amarah melihatnya namanya dan peringkatnya, serius.

Ia melihat Diana yang sedang latihan. Ia melihat Nama Diana dan peringkat di nomor satu. Amarah menunduk, ia mendongak, melihat Diana --

CUT TO:

INT. LAPANGAN PELATNAS - SIANG

Diana yang latihan bersama Pelatih. Amarah melihat Board besar itu.

Nama Amarah berada di nomor satu. Ia melihat ke bawah, nama Diana berada di peringkat limabelas.

Amarah melihat Diana yang sedang latihan dan ia melihat nama Diana di Board itu.

Ia berjalan keluar tempat latihan.

INT. PINGGIR LAPANGAN - SIANG

Diana mengatur nafasnya, tubuhnya basah karena keringat. Ia mengeringkan tubuhnya dengan handuk.

Ia melihat sekitar, terlihat beberapa Atlet yang sedang berlatih. Ia mengambil Botol Air dan meminumnya.

Ia berdiri, mengambil Tasnya dan berjalan keluar tempat latihan.

INT. KANTOR - SIANG

ORANG PELATNAS 1, ORANG PELATNAS 2, ORANG PELATNAS 3, duduk bersama Diana. Kurnia berdiri di sudut ruangan, memperhatikan mereka.

ORANG PELATNAS 1

Kami senang lihat kamu kembali ke Pelatnas Diana.

DIANA

Saya juga. Langsung saja. Saya mau mundur dari Pelatnas.

Ada jeda di antara mereka.

DIANA

Saya mau dekat sama keluarga saya. Ditambah sekarang banyak pemain muda. Mereka butuh pengalaman.

ORANG PELATNAS 1

Mereka butuh orang kayak kamu.

DIANA

Orang kayak saya cuma jadi beban buat mereka.

Mereka hanya diam.

DIANA

Selama ini federasi punya kuota buat kirim atlet tanding ke luar negeri. Karena ada saya, tempat mereka jadi berkurang satu.

ORANG PELATNAS 1

Karena kamu yang berpotensi juara.

DIANA

Apa mereka juga gak punya potensi juara?

Ada jeda di antara mereka.

DIANA

Saya terimakasih karena federasi bisa bikin saya kayak sekarang.

ORANG PELATNAS 1

Apa ini ada hubungannya dengan Amarah?

ORANG PELATNAS 2

Tentang masalah Amarah. Kami sudah menegur dia. Kamu jangan khawatir.

ORANG PELATNAS 3

Humas juga udah bilang ke masyarakat masalah ini udah selesai.

DIANA

Memang itu masalah buat kalian?

Ada jeda di antara mereka.

DIANA

Apa menantang sesama atlet jadi masalah buat federasi?

Orang-orang itu tidak menjawab.

DIANA

Kalau itu memang cara Amarah buat tingkatin motivasinya. Saya gak masalah.

ORANG PELATANAS 3

Dia tantang kamu dan kamu gak masalah?

DIANA

Pertemuan terakhir kami, Saya cedera. Saya mau lawan dia lagi. Dia nantang saya, kenapa gak?

ORANG PELATNAS 1

Kamu mau masyarakat bilang federasi ada masalah?

DIANA

Memang banyak masalah di federasi, kan?

Ada jeda di antara mereka.

DIANA

Saya gak mau ikut campur masalah yang lain. Tapi soal ini, apa kalian tanya pendapat saya soal Amarah? tidak, kan? kalian langsung tegur Amarah. Kalian sendiri yang peduli masalah ini. Ini cuma soal persaingan di lapangan.

ORANG PELATNAS 1

Hati-hati kamu bicara, Diana.

DIANA

Apa yang kalian lakukan itu justru bikin perpecahan sesama atlet.

ORANG PELATNAS 2

Cukup, Diana. Hanya karena kamu atlet besar bukan berarti kamu bebas lakuin apa aja.

DIANA

Hanya karena kalian pengurus bukan berarti kalian bebas juga nentuiin mana yang benar dan mana yang salah.

Ada jeda di antara mereka.

DIANA

Amarah masih lama di sini. Masih banyak turnamen yang bisa dia menangin. Percaya saya, dia pasti selamatin muka kalian karena gak bisa selesaiin masalah yang udah lama di federasi. Saran saya, dengar apa kata atlet kalian.

Orang-orang itu hanya diam.

DIANA

Ini yang jadi masalah buat kalian. Daripada kalian urus masalah kecil. Kalian harusnya urus masalah menahun federasi. Jangan salahkan siapapun kalau Coach Kurnia tiba-tiba jadi pelatih di luar negeri. Salah kalian yang gak bisa selesaiin masalah besar di federasi.

Kurnia hanya diam, melihat Orang-orang itu.

DIANA

Saya minta maaf kalau kata-kata saya kasar. Tapi itu bukan salah Amarah dan ini gak ada hubungannya sama dia. Saya keluar dari Pelatnas karena memang sudah waktunya. Saya harap federasi bisa mengerti. Saya permisi.

Diana bangun dan berjalan. Ia berhenti.

DIANA

Saya bisa minta tolong?

Orang-orang itu hanya diam.

INT. RUANG MEDIA - PELATNAS - SIANG

Diana berdiri di Podium. Orang-orang berdiri di depannya, terdengar suara jepretan kamera berserta flash dari kamera para jurnalis.

Orang-orang dari Pelatnas duduk di Kursi. Diana melihat sekitar.

DIANA

Iya. Saya menyatakan mundur dari Pelatnas.

Terdengar semakin banyak suara jepretan kamera dan flash-flash yang bermunculan. Suara para jurnalis yang bertanya saling bersahutan.

Diana menunjuk salah satu jurnalis.

JURNALIS SATU (O.S)

Alasan anda keluar?

DIANA

Alasan kenapa saya keluar karena saya ingin memberikan kesempatan kepada atlet-atlet yang lain.

Terdengar suara para jurnalis yang bertanya dengan cepat. Diana menunjuk satu Jurnalis.

JURNALIS DUA (O.S)

Apa ini ada hubungannya dengan Amarah yang menantang kamu dan sikap federasi yang membela kamu daripada Amarah?

DIANA

Tidak. Mungkin hanya kebetulan Amarah menantang saya dan saya mundur dari pelatnas.

JURNALIS DUA (O.S)

Sikap kamu tentang federasi yang membela kamu daripada Amarah?

DIANA

Apa yang di lakukan Amarah tidak salah.

Terdengar suara para Jurnalis yang mulai bertanya, saling bersahutan. Orang-orang Pelatnas melihat Diana, terkejut.

JURNALIS DUA (O.S)

Jadi kamu membela Amarah?

DIANA

Iya. Amarah gak salah.

Suara para Jurnalis semakin besar. Orang-orang Pelatnas terlihat tidak nyaman dan mereka saling bicara.

JURNALIS DUA (O.S)

Kenapa anda bisa berpikir seperti itu?

DIANA

Dia cuma menantang saya, Gak lebih. Mungkin sebagian orang merasa Amarah kurang ajar. Tapi buat saya gak. Dia hanya menantang. Itu terserah saya terima atau gak?

JURNALIS DUA (O.S)

Dan apa anda terima tantangan dari Amarah?

Diana hanya diam, ia melihat sekitar. Orang Pelatnas 1 berdiri di sebelah Diana, mengambil alih.

ORANG PELATNAS 1

Itu sudah selesai. Tidak ada tantang menantang sesama atlet di pelatnas --

DIANA

Sebenarnya saya gak terima kalah dari Amarah karena cedera saya.

Orang Pelatnas melihat Diana, menutup wajahnya, menggeleng, tidak percaya.

DIANA

Amarah. Kita selesaikan ini sekali lagi.

Terdegar suara para jurnalis yang bertanya kepada Diana, saling bersahutan.

JURNALIS DUA (O.S)

Dimana kamu akan menantang Amarah?

DIANA

Kita selesaikan ini di Indonesia Open. Terimakasih.

Diana berjalan pergi dari Podium. Para Jurnalis mengejarnya, bertanya dan memfoto Diana. Orang-orang Pelatnas hanya saling melihat satu sama lain, diam.

Orang Pelatnas 1 berdiri di depan Podium. Suara Para Jurnalis saling bersahutan.

Ia hanya berdiri, melihat para jurnalis dan tidak bicara apa-apa.

INT. KORIDOR - SIANG

Diana berjalan menuju Pintu Keluar. Kurnia berdiri di depan Pintu Keluar.

Diana berhenti. Kurnia hanya tersenyum kecil. Ia menepuk punggung Diana, pelan.

Kurnia berjalan pergi. Diana melihat Kurnia, tersenyum.

INT. RUMAH DIANA - SIANG

Diana mengambil Piala-pialanya dan memasukannya ke dalam Kardus, menyusunnya rapi.

Ia membawa Kardus itu sambil memegang Kopernya dan berjalan keluar dari Rumah, Pintu tertutup.

INT. KANTOR - PAGI

Diana duduk di Kursi. Dan duduk di depannya. Mereka saling melihat, dalam diam.

DAN

Jadi?

DIANA

Kamu bisa pakai aku jadi alat marketing.

DAN

Ada tapinya?

DIANA

Gak ada. Aku cuma minta Kak Santi jadi pelatih aku.

DAN

Kenapa Mbak Santi? kenapa gak Pak Kasman?

Kasman duduk di Kursi panjang. Ia tersadar, mereka melihat Kasman.

DIANA

Aku juga ikut turnamen luar negeri dan Pak Kasman gak bisa jalan jauh-jauh lagi.

Dan melihat Kasman, menunggu jawaban.

KASMAN

Itu benar.

DAN

Alasan kamu milih Mbak Santi?

DIANA

Cuma dia yang bisa kalahin aku waktu dia masih jadi atlet.

Dan mengangguk, setuju.

DAN

Oke.

Diana berjalan keluar.

DAN

Dia belum tahu soal ini.

DIANA

Aku sendiri yang bicara sama dia.

Dan dan Kasman hanya diam.

INT. PINGGIR LAPANGAN - PAGI

Diana melihat Santi yang sedang melatih Atlet-atlet Muda. Santi melihat Diana berdiri di pinggir lapangan.

CUT TO:

Diana dan Santi berdiri di pinggir lapangan, mereka melihat Atlet-atlet yang sedang berlatih.

SANTI

Kurnia bilang apa kamu keluar?

DIANA

Dia cuma senyum sambil nepuk punggung aku.

Ada jeda di antara mereka.

DIANA

Aku mau Kakak jadi pelatih aku.

Santi melihat Diana, ia terlihat serius.

DIANA

Aku mau Mantan Ratu jadi pelatih aku.

SANTI

Udah lama aku gak dengar orang panggil aku Ratu.

Ada jeda di antara mereka.

SANTI

Kenapa kamu mau masih mau turun, Diana? kalau kamu pensiun sekarang, orang masih anggap kamu Ratu. Gak ada lagi yang harus kamu buktiin ke orang-orang. Kamu tetap jadi Ratu mereka. Tinggal tunggu waktu Amarah jadi Ratu baru.

DIANA

Itu yang kakak pikir waktu pertandingan terakhir kita? waktu kakak maksa lawan aku walaupun tahu masih cedera karena gak mau orang-orang pikir kakak udah habis?

SANTI

Orang-orang cuma mau cari untung dari kejadian ini dan semua cara mereka pakai.

DIANA

Kakak tetap ikutin apa yang mereka mau.

SANTI

Dan ujungnya aku kalah karena kau paksain diri sendiri. Itu bodohnya aku.

Ada jeda di antara mereka.

SANTI

Jangan pakasaiin diri kamu kalau kamu gak bisa. Kamu gak rugi apa-apa.

DIANA

Aku udah rugi banyak karena dendam aku selama ini, Kak. Sekarang aku cuma mau lakuin apa yang aku bisa selama ini.

SANTI

Dan kamu pikir lawan Amarah jadi cara kamu buktiin ke orang-orang?

DIANA

Aku lakuin ini bukan karena orang-orang itu. Apa yang kakak bilang itu benar. Aku gak rugi apa-apa. Aku cuma mau buktiin ke diri aku sendiri.

Santi melihat Diana, serius.

DIANA

Karena aku lawan Amarah karena aku bisa kalahin dia. Sama kayak aku bisa kalahin dendam aku sendiri.

Santi masih melihat Diana, serius.

DIANA

Aku cuma gak mau kalah dari orang yang sama lagi. Kakak tahu rasanya gimana.

SANTI

Padahal kamu cuma kalah sekali dari dia.

DIANA

Dia tantang aku dan aku diam aja?

Ada jeda di antara mereka.

DIANA

Aku udah ngomong besar di depan jurnalis dan aku butuh bantuan dari kakak.

Mereka saling melihat, serius.

DIANA

Aku gak bisa lakuin ini kalau gak ada Kakak.

SANTI

Cedera kamu bisa muncul kapan aja dan bukan gak mungkin makin parah.

DIANA

Aku tahu.

SANTI

Aku gak mau latih Atlet yang setengah-setengah.

DIANA

Aku gak ada rencana jadi setengah-setengah. Tujuan aku jadi nomor satu lagi.

SANTI

Kamu yakin kamu bisa?

DIANA

Aku bisa karena aku yakin aku bisa.

Ada jeda di antara mereka.

SANTI

Oke, kita mulai besok.

Diana melihat Santi, serius. Ia mengangguk.

DIANA

Makasih, Coach.

INT. LAPANGAN PELATNAS - SORE

Amarah duduk di pinggir lapangan. Ia sedang minum air dari Botol.

Atlet-atlet berjalan menuju pintu keluar. Diantara mereka ada Putri, sesaat ia berhenti, berdiri di depan Amarah.

PUTRI

Kamu dapatin apa yang kamu mau.

Amarah melihat Putri, datar.

PUTRI

Buat semua orang akui kalau kamu Ratu mereka.

Amarah tidak menjawab, ia hanya diam.

PUTRI

Jangan sampai kalah dari Ratu.

AMARAH

Memang itu tujuan aku.

Putri menepuk pundak Amarah, pelan. Ia berjalan keluar dari lapangan.

Amarah melihat Board besar itu. Melihat Namanya di peringkat satu.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar