2. Bagian 2

INT. KAMAR DIANA - HOTEL - MALAM

Diana melihat langit-langit Kamar Hotelnya. Lututnya masih di Kompres Es. Ia mengambil Handphonenya dan memencet sesuatu di sana. Kemudian ia meletakan Handphonenya.

Ia melihat Headline berita online, bertuliskan:

"AMARAH PRATIWI JADI NOMOR SATU DUNIA YANG BARU"

Diana menggerakan layar Handphonenya ke atas. Ia melihat kalimat di Berita itu, bertuliskan:

"Amarah menggantikan Diana Kharisma yang kalah empat kali beruntun di tur Eropa karena cedera lututnya"

Diana menggerakan layar Handphonenya lagi. Ia melihat kalimat di berita itu, bertuliskan:

"Cedera lutut Diana sudah ia dapatkan sebelum masuk ke Pelatnas karena kecelakan yang ia alami akibat Orang Tuanya"

Diana meletakan Handphonenya di atas Kasur. Ia memegang Lututnya. Terlihat bekas jahitan di samping Lututya.

Sesaat Diana melamun ke Langit-langit karena mendengar suara Laki-laki itu.

Terdengar suara ketokan dari arah Pintu. Diana tersadar dari Lamunannya dan membuka pintu.

Kurnia berdiri di depan pintu --

KURNIA

Mau di temenin?

Diana tersenyum dan membuka pintu. Kurnia masuk ke dalam Kamar Diana.

CUT TO:

Diana dan Kurnia bersandar di Tempat Tidur, mereka duduk di lantai sambil memakan makanan di depan mereka.

Kurnia melihat Lutut Diana yang di Kompres.

KURNIA

Jordan hari ini ulang tahun.

DIANA

Oh, ya? Kakak di ingatin atau sadar sendiri?

KURNIA

Aku boleh lupa ulang tahun Dimas, tapi jangan sekali-kali lupa ulang tahun Jordan.

DIANA

Yang ke?

KURNIA

Masuk lima tahun sekarang. Dimas bilang dia mulai ikut tanding.

DIANA

Dia mau ikut Orang Tuanya?

Kurnia menghela nafas, panjang.

KURNIA

Aku lebih banyak habisin waktu aku sama kamu di banding mereka berdua.

Diana tersenyum mendengarnya.

KURNIA

Jordan bilang dia mau jadi Altet biar dia bisa dekat aku.

Diana melihat Kurnia, ia tersenyum.

DIANA

Kakak yakin Jordan baru lima tahun?

KURNIA

Apalagi aku yang dengar langsung dari dia?

Ada jeda di antara mereka.

KURNIA

Aku bilang ke pelatnas kamu gak ikut sisa tur eropa.

Diana tidak menjawab, ia hanya diam.

KURNIA

Aku ke sini bukan jadi Pelatih kamu. Tapi jadi teman kamu.

DIANA

Menurut Kakak aku harus pensiun?

Mendengarnya membuat Kurnia tidak percaya sambil tersenyum.

KURNIA

Kamu bilang mau pensiun cuma karena cedera yang gak seberapa ini? mana Diana yang aku kenal waktu pertama kali masuk pelatnas?

Diana tersenyum mendengarya.

KURNIA

LEBIH BAIK SAYA LUMPUH KARENA BADMINTON!! SAYA AKAN MATI BAHAGIA KARENA BADMINTON!!

Mereka tertawa bersama.

KURNIA

Dan kamu jadi nomor satu udah berapa lama.

DIANA

Empat ratus minggu atau tujuh tahun, Kak.

Kurnia tersenyum mendengarnya.

KURNIA

Jangan buru-buru mikir pensiun. Pensiun itu bukan jalan keluar buat masalah kamu sekarang.

Diana melihat Kurnia, menunggu.

KURNIA

Masih banyak jalan biar kamu bisa jadi nomor satu lagi.

DIANA

Dengan fisik aku sekarang?

KURNIA

Aku rasa bukan masalah fisik kamu. Tapi pikiran kamu.

Ada jeda di antara mereka.

KURNIA

Bukan hak aku buat ikut campur masalah kamu. Tapi semua orang tahu masalah kamu. Dan aku orang yang cukup banyak tahu masalah kamu yang sebenarnya, dek.

Diana tidak menjawab, ia hanya diam.

KURNIA

Pakai waktu istirahat kamu buat sembuhin cedera kamu.

Diana tersenyum mendengarnya.

KURNIA

Balikin mental kamu kayak dulu. Itu yang penting. Fisik kamu kayak gini karena mental kamu.

Kurnia bangun dan berjalan ke Pintu.

KURNIA

Masalah kayak gini kamu perlu keluarga yang dukung kamu.

Diana hanya diam. Kurnia tersenyum dan berjalan keluar. Diana masih melihat Pintu kamarnya.

INT. MOBIL - BERJALAN - SIANG

Diana melihat pemandangan sekitar dari dalam Mobil, datar.

SUPIR, 50-an, melihat Diana dari Spion Tengah, berkali-kali. Ia tersenyum.

Diana yang sadar hanya tersenyum sopan.

SUPIR

Ratu boleh foto? Buat anak saya.

Diana mengangguk.

SUPIR

Anak saya juga main badminton. Dia fans Ratu. Dia latihan di PB lama Ratu. Katanya dia mau kayak Ratu.

Diana hanya diam. Ia melihat keluar, datar.

EXT. DEPAN RUMAH DIANA - SIANG

Diana berdiri di depan Rumah. Ia melihat sekitar Rumah.

SUHARTINI, 60-an, Ibu Diana. Berdiri di depan rumah, tersenyum.

Diana berjalan masuk ke dalam Rumah bersama Ibu.

INT. RUMAH DIANA - SIANG

Deretan-deretan Piala-piala berbaris rapi, berbagai bentuk, ada yang besar, panjang, berbentuk piring. Medali-medali berbaris rapi, Emas, Perak dan Perunggu terlihat satu persatu.

PEMBACA BERITA (V.O)

Berita dari dunia bulutangkis. Diana Kharisma atau yang biasa di kenal dengan Ratu Kharisma hari ini menyatakan absen sementara waktu menyusul cedera Lutut yang di alaminya. Tidak di ketahui berapa lama Diana akan absen.

Piala-piala dan Medali-medali itu berada di dalam Sebuah Lemari besar bersama Piala-piala dan medali-medali lainnya yang di susun secara bertingkat-tingkat.

Masih banyak medali-medali dan Piala-piala di Lemari itu. Di sebelanya terdapat lemari yang berisi yang sama.

PEMBACA BERITA (V.O)

Diana yang baru saja turun dari peringkat satu dunia tunggal putri telah memenangi berbagai macam turnamen. Termasuk medali emas sea games, asian games dan medali emas olimpiade. Ia juga menjadi bagian dari Tim Indonesia ketika memenangkan Piala Sudirman dan Uber Cup. Diana juga pemegang rekor juara tunggal putri Indonesia Open sebanyak 7 kali berturut-turut. Rekor yang sampai saat ini belum terpecahkan. Ketika di tanya apakah ia pensiun. Diana tidak memberikan jawaban.

Sebuah TV yang di ruangan, menampilkan Berita Olahraga, terlihat Diana yang sedang di wawancarai.

DIANA

Fokus saya saat ini menyembuhkan cedera Lutut saya. Saya masih belum tahu ke depannya seperti apa. Terimakasih.

Diana sedang menonton TV di depannya. Ia melihat dirinya di TV, datar. Ibu juga menonton di sebelah Diana.

PEMBACA BERITA (V.O)

Dengan absennya sementara Diana dari Pelatnas, membuat Tunggal Putri Indonesia berharap kepada Amarah Pratiwi yang saat ini baru saja menjadi Peringkat Satu Dunia. Banyak pengamat berpendapat, ini saatnya Amarah bisa melewati Diana yang selalu di bandingkan dengan dirinya. Walaupun perdebatan selalu muncul karena tidak pantas membandingkan dua tunggal putri kebanggaan Indonesia.

TV menampilkan Gambar-gambar Amarah yang memegangi Piala.

PEMBACA BERITA (V.O)

Ketika di tanyai pendaptnya tentang Ratu Kharisma. Amarah memberikan jawaban yang mengejutkan.

TV menampilkan Amarah yang sedang di wawancarai --

AMARAH

Saya prihatin karena Ratu absen karena cederanya. Tapi saya masih berharap bisa melawan Ratu. Jadi Ratu Kharisma, saya tantang kamu buat lawan aku sekali lagi. Kita buktikan, siapa yang layak di panggil Ratu, aku atau kamu?

Terlihat para jurnalis yang kaget dengan kata-kata Amarah. Kamera TV berubah menjadi tidak beraturan, mengejar Amarah yang berlalu pergi. Para jurnalis berusaha memanggil Amarah dengan mengejarnya.

Diana dan Ibu hanya melihat TV itu. Diana hanya diam, tenang. Diana berjalan melihat Piala-piala dan medali-medali itu di dalam Lemari.

IBU

Di tempat kamu masih ada?

DIANA

Masih ada beberapa. Nanti Diana bawa.

IBU

Ibu masih ingat pertamakali kamu kirimin Piala kamu.

Diana tidak menjawab, ia masih melihat-lihat Piala-Piala dan Medali-medali satu persatu.

DIANA

Yang taruh di sini siapa?

IBU

Kamu suruh simpan di kamar. Tapi Bapak kamu beli lemari terus taruh semuanya di sini. Setiap hari Bapak kamu bersihin.

Diana hanya diam.

IBU

Jangan nyesal sama apa yang kamu lakuin ke Bapak.

Diana hanya diam.

IBU

Apapun keputusan kamu, Ibu dukung.

DIANA

Kalau menurut Ibu?

IBU

Ibu gak berhak minta apapun dari kamu. Kamu bisa kayak gini sekarang itu semua usaha kamu sendiri.

Ibu mengelus Kepala Diana.

IBU

Gak ada yang lebih tahu tubuh kamu sendiri selain kamu. Kamu mau berhenti sekarang, Ibu gak masalah. Kamu mau lanjut? kamu harus cari alasan lain selain asalan yang dulu kamu pernah bilang ke Ibu.

Diana melihat Ibu, menunggu.

IBU

Ibu senang kamu pulang.

Ibu berjalan pergi meninggalkan Diana. Diana melihat piala dan medalinya sekali lagi, datar.

INT. KAMAR DIANA - MALAM

Diana berbaring di tempat tidur. Diana hanya melihat langit-langit kamarnya, datar.

EXT. RUMAH DIANA - SIANG

Diana berjalan menuju Mobil sambil membawa Tas Olahraga. Ibu berada di depan Pintu, melihat Diana.

Dari dalam Mobil, Diana melambai dan menghidupkan Mobil dan ia pergi dari situ.

INT. KLINIK - SIANG

Diana terlihat kesakitan. Ia menahan tubuhnya dengan menggunakan satu kakinya. Lututnya bergetar.

Diana mengeluarkan desahan, berusaha menahan sakit.

YOGI PRATAMA, 30-an, Dokter Spesialis Olahraga melihat Diana.

YOGI

Oke, berhenti.

Diana berhenti dan mengatur nafasnya, ia berkeringat. Membersihkan keringatnya dengan handuk. Diana memejamkan mata karena rasa sakit yang timbul.

Yogi duduk di Meja Kerjanya, ia melihat Kertas-kertas di depannya. Ia mengambil Hasil MRI, melihatnya, serius.

Diana duduk di depannya, menunggu.

YOGI

Saya langsung saja. Lutut kamu sudah sampai pada batasnya. Kamu terlalu memaksakan, maka semakin sering rasa sakit timbul. Di tambah kamu pernah operasi besar di Lutut kamu sebelumnya.

DIANA

Saran Dokter?

YOGI

Berhenti sekarang.

Ada jeda di antara mereka.

DIANA

Dokter bilang saya harus berhenti?

YOGI

Itu lebih baik daripada cedera kamu lebih parah dan mengganggu aktivitas kamu sehari-hari.

Diana tidak menjawab, ia hanya diam.

YOGI

Saya tidak perlu menjelaskan karena kamu sendiri tahu kondisi yang sebenarnya.

DIANA

Apa mungkin bisa di operasi?

YOGI

Kamu pernah operasi besar di daerah yang sama. Saya rasa ini bukan karena cedera baru. Tapi karena operasi besar itu.

DIANA

Tapi masih mungkin buat di operasi?

YOGI

Operasi itu jadi jalan terakhir, Diana. Saya sarankan kita cari jalan lain.

DIANA

Kalau saya pilih operasi?

YOGI

Kemungkinannya limapuluh banding limapuluh. Katakanlah operasi kamu berhasil. Tapi bukan gak mungkin sentuhan dan pergerakan kamu jadi hilang. Atau bisa jadi cedera kamu jadi makin parah.

DIANA

Dan Dokter bilang saya harus berhenti?

YOGI

Itu saran yang paling akhir. Tapi maaf kalau saya kasar. Tubuh kamu bukan mesin dan ini sudah batasnya.

Diana tidak menjawab, ia hanya diam.

YOGI

Saya mau pastikan lagi. Kapan pertama kali kamu merasa sakit di lutut kamu?

DIANA

Sekitar tiga bulan yang lalu. Awalnya hanya nyeri bisa dan makin lama makin sering.

Yogi mengangguk.

YOGI

Saran saya. Jangan pilih operasi dan kita cari jalan keluarnya. Saya resepkan Obat dan sementara waktu dan kita akan melakukan fisioterapi.

Mereka hanya saling melihat, datar.

EXT. DEPAN KLINIK - SIANG

Diana berdiri di depan Klinik, ia melihat sekitar.

Terdengar bunyi dari dalam Saku Celana Diana. Ia mengambil Handphone dan melihatnya, datar.

INT. RUMAH MAKAN - SIANG

Diana dan Yogi duduk berhadapan di Rumah Makan itu. Diana melihat sekitar, Yogi memperhatikannya.

DIANA

Banyak yang berubah.

YOGI

Udah berapa tahun kamu gak ke sini?

DIANA

Terakhir waktu kita SMA.

Pesanan mereka datang. Soto Daging dan Nasi. Diana menyeruput Kuah.

DIANA

Enak.

YOGI

Kamu ingat kamu sering minta traktir?

DIANA

Itu karena aku gak punya uang, oke? Wajar aku minta, kamu banyak uang. Anak Mami.

YOGI

Sial.

Mereka berdua tersenyum. Mereka memakan Sop Daging mereka.

DIANA

Kamu serius bilang aku harus pensiun?

YOGI

Sebagai Dokter? iya.

DIANA

Sebagai teman?

YOGI

Masalah kamu bukan cuma fisik.

DIANA

Mungkin memang waktunya aku harus pensiun.

YOGI

Aku tahu tubuh kamu Diana. Selama ini aku yang periksa kamu.

Diana menutup bagian dadanya dengan tangan. Tatapan menyelidik.

YOGI

Masalah cedera kamu? aku rasa gak masalah kalau kamu masih mau lanjut main.

Diana melihat Yogi, menunggu.

YOGI

Tapi masalah kamu sekarang bukan soal fisik. Tapi pikiran kamu.

Diana melanjutkan makannya, dalam diam.

YOGI

Tapi serius, Diana. Kalau dari hasil MRI gak ada yang serius. Nyeri di lutut kamu udah sering muncul.

Diana hanya melanjutkan makan, dalam diam.

YOGI

Dan makin parah tiga bulan belakang? bener masalah kamu bukan cuma soal fisik.

DIANA

Masalah aku cuma soal lutut aku.

YOGI

Kamu akhirnya pulang setelah sekian lama dan cuma bilang masalah kamu cuma lutut kamu?

DIANA

Aku bilang gak apa-apa.

YOGI

Kamu ada apa-apa.

Ada jeda di antara mereka.

YOGI

Saran aku. Semakin kamu tahan, lutut kamu gak akan pernah sembuh.

Diana melihat Yogi yang melanjutkan makannya.

YOGI

Ibu, Sotonya Dua lagi.

Diana melihat Yogi.

YOGI

Kamu gak pernah cukup makan soto di sini satu piring. Kamu yang bayar.

Diana tersenyum kecil mendengarnya.

CUT TO:

Mereka berdiri di depan Kasir. Diana sedang menulis sesuatu di atas Kertas. LAKI-LAKI, 50-an dan PEREMPUAN, 50-an, berdiri di depan Diana, tersenyum melihatnya.

LAKI-LAKI

Ratu, boleh foto?

Diana tersenyum mengangguk.

DIANA

(menunjuk Yogi)
Suruh Mas-mas itu Fotoin, Pak.

Laki-laki itu memberikan Handphoneya kepada Yogi. Laki-laki dan Perempuan berdiri di samping kiri dan kanan Diana. Diana mengancungkan jempol, Laki-laki itu mengepalkan tangan ke depan, Perempuan itu membentuk heart dengan tangannya.

Yogi yang melihatnya tersenyum.

CREAK!

EXT. DEPAN MINI MARKET - SIANG

Diana dan Yogi duduk di kursi sambil memakan Es Krim, memperhatikan sekitar.

DIANA

Aku gak pernah tanya kenapa kamu jadi dokter olahraga.

YOGI

Karena aku suka olahraga. Kalau Dokter karena aku pintar. Itu alasannya kenapa aku gak lolos seleksi nasional. Dan kamu lolos.

DIANA

Kurang ajar.

Mereka berdua tersenyum.

YOGI

Ibu kamu bilang apa kamu pulang?

DIANA

Dia senang. Biasa. Ibu gak pernah bilang apa yang ada di pikirannya.

Mereka melanjutkan memakan Es Krim, dalam diam.

YOGI

Kalian udah bicara?

Diana hanya diam, melanjutkan Makan Es Krim.

YOGI

Kamu harus bicara sama Ibu.

Mereka melanjutkan makan Es Krim, dalam diam.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar