8. Tahap Akhir
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

EXT. RUMAH DAMAR — CONTINUOUS

Albertus turun dari mobil. Ia melihat ke arah Damar yang berdiri di depan Rumah. 

ALBERTUS

Pak Damar? Ini semua rencana Pak Damar?

DAMAR

Kamu pasti masih bingung. Simpen kebingungan kamu, kita bicara yang lebih penting di dalam.

Damar tersenyum lalu mengajak mereka semua masuk. 

INT. RUMAH DAMAR — MOMENTS LATER

Para siswa duduk di sofa yang ada di Ruang Kerja. Mereka menghadap ke arah Damar yang sedang berdiri untuk menyampaikan sesuatu. 

DAMAR

Saya yakin beberapa dari kalian masih bingung. Kalian pasti bertanya-tanya kenapa saya sampai di pecat? Kenapa sampai mengorbankan sanggar.

Semua terlihat serius memperhatikan. 

DAMAR

Ini memang rencana saya. Kita butuh itu semua sebagai bukti kuat pada dunia luar.

ALBERTUS

Sampa di pecat pun masuk rencana?

DAMAR

Sebetulnya tidak. ini adalah kemungkinan terburuk yang ada dalam rencana. Tapi ini makin baik karena dengan dipecatnya saya dan di hancurkannya sanggar membuat banyak siswa mulai berani melawan Bu Atut. 

Albertus menatap Damar fokus

ALBERTUS

Saat upacara tadi pagi banyak siswa yang juga protes. 

EXT. LAPANGAN UPACARA — PAGI (FLASHBACK)

Beberapa siswa menatap Albertus penasaran. 

SISWA 4

Lo sampe kena skors? Pak Damar sampe dipecat?

Albertus melirik siswa yang sedang berbicara di sampingnya. 

SISWA 5

Sekolah ini udah gila. Cuma gara-gara kalian ngelakuin ekstrakurikuler doang?

Seorang siswa dibelakang Albertus pun ikut bertanya. Albertus hanya menjawab dengan anggukan kepala.

SISWI 2

Berarti pertunjukan musik di Kantin waktu itu tuh ide Pak Damar juga? Padahal keren loh itu. Harusnya sekolah ngedukung hal kaya gitu, bagus loh itu bisa bikin siswa jadi punya hiburan. Bukannya anak olimpiade doang yang di pikirin.

Albertus mulai mengangkat kepalanya dan berfikir. 

INT. RUMAH DAMAR — SORE

Damar berdiri sambil menggenggam segelas kopi

DAMAR

Itu berarti konser kamu berhasil. 

Damar menunjuk ke arah albertus

DAMAR

Ada satu bukti lagi yang kita belum punya. Kita butuh ungkapan kekecewaan para siswa terhadap sekolah dan ungkapan mimpi mereka yang terampas. 

Albertus berdiri dengan semangat. 

ALBERTUS

Tugas itu biar saya yang kerjakan!

DAMAR

Semua harus bergerak untuk tugas ini. 

EXT. LORONG KELAS — PAGI

Albertus mewawancarai beberapa murid dan merekamnya dengan ponselnya. 

DAMAR (V.O.)

Sebisa mungkin kita kumpulkan dukungan dari para siswa. 

EXT. TAMAN SEKOLAH — SIANG

Andhika dan Tiara mewawancarai beberapa orang siswa dan merekamnya dengan ponsel. 

ANDHIKA (V.O.)

Selain itu, Dimas gabisa kita biarin gitu aja. Dia pembuat masalah sebenarnya.

INT. KANTIN — SIANG

Intan sedang merekam Dimas yang sedang menjahili dan merundung siswa pendiam.

 INTAN (V.O.)

Serahin sama Gue!

EXT. SANGGAR — SORE

Sanggar saat itu sedang mulai di hancurkan sedikit-demi sedikit. Boris dan Bima sedang melakukan wawancara beberapa siswa dan merekamnya dengan latar belakang sanggar yang di hancurkan. 

INT. RUMAH DAMAR — MALAM

Beberapa siswa sedang menyantap cemilan sambil memperhatikan Damar yang berdiri di depan mereka. 

DAMAR

Setelah semua bukti terkumpul. Baru kita mulai eksekusi.

Tiara berdiri lalu berjalan ke arah Damar. 

TIARA

Pagelaran dunia harapan ini punya beberapa inti yang harus terpenuhi. Pertama kita butuh ilustrasi lukisan sebagai penarik masa. 

INTAN

Itu tugas gue. 

Tiara tersenyum pada Intan. 

TIARA

Kita juga punya penampilan inti yaitu kabaret. Tapi kita kekurangan orang. 

ALBERTUS

Aku coba ajak beberapa teman. 

BORIS

Aku juga. 

Damar tersenyum melihat siswanya bersemangat. 

INT. GARASI RUMAH DAMAR — PAGI

Disana ada Intan yang sedang melukis. Beberapa lukisan sudah selesai dibuat dan digantung di Garasi itu. Garasi itu dijadikan seperti Sanggar kedua oleh mereka. 

TIARA

Istirahat dulu Tan. Minggu pagi gini enaknya males malesan. 

INTAN

Gue kalo didukung apalagi sampe dikasih fasilitas sebanyak ini jadi semangat. Sayang Gue sama Pak Damar. 

Tak lama dari itu datanglah Albertus Boris dan Bima dengan membawa 5 siswa dan 4 siswi ke garasi itu. 

BORIS

Selamat pagi!

Tiara tersenyum melihat itu. 

ALBERTUS

Kita bawa temen-temen baru.

Para siswa yang baru datang melambaikan tangan. Tiara dan Intan menyambut itu dan menjabat tangan mereka. Mereka semua lalu bercengkrama. Boris celingak-celinguk.

BORIS

Pak Damar mana?

INT. GEDUNG SANGKURIANG — PAGI

Damar dan Andhika sedang berbicara dengan seorang pria penjaga gedung itu. Damar lalu memberikan amplop berisi uang pada pria itu. Mereka pun bersalaman. Pria itu pun pergi dari sana.

ANDHIKA

Apa ga terlalu berlebihan? Pak Damar ngeluarin uang banyak banget untuk rencana ini.

Damar menghela nafas sambil melihat sekeliling Gedung.

DAMAR

Semuanya harus total. Ini demi kalian juga.

INT. RUMAH DAMAR — SORE

Damar berdiri di depan para siswa itu dan memberikan arahan.

DAMAR

Setelah semua persiapan selesai. Waktunya untuk publikasi. 

Intan berdiri menghadap Damar

INTAN

Beberapa minggu lagi akan ada pelatihan untuk olimpiade. Nah Aku punya rencana untuk coba dekat dengan semua guru disana. Nantinya aku akan coba buat ngerekam setiap percakapan ku sama guru. Aku akan coba pancing mereka untuk bicara tentang permasalahan yang kita hadapi ini. 

DAMAR

Tapi itu beresiko. 

ANDHIKA

Bener kata Pak Damar. Itu terlalu beresiko.

INTAN

Kok jadi pada ga ngedukung gini? Kalian aja ngorbanin diri buat rencana ini. Kok aku ga boleh?

Tiara menghampiri Intan

TIARA

Bukan gitu. Tapi kita gamau kalo lo sampe kena masalah gara-gara ini.

INTAN

Jangan karena aku anak olimpiade yang jadi kebanggan Bu Atut, terus kalian takut kalo aku kena masalah. Disini, Intan bagian dari kalian bukan mereka. Kalo kalian punya rencana buat ngumpulin bukti, Aku pun harus terlibat.

BORIS

Tapi bener juga. Lagi pula ga ada yang bisa cari bukti sedekat itu sama guru kecuali dia.

DAMAR

Tapi saya minta kamu hati-hati.

Senyuman manis terpancar dari wajah Intan setelah menedengar persetujuan dari Damar.

DAMAR

Tiara, saya minta kamu terus fokus latihan bersama anak-anak baru itu. Yang lainnya sekarang saatnya lakukan Publikasi.

INT. GARASI RUMAH DAMAR — SORE

Tiara dan yang lainnya sedang berlatih Kabaret. 

INT. KELAS — SIANG

Boris dan Bima selesai membuat brosur digital dan langsung menyebarkannya lewat pesan berantai.

EXT. LORONG KELAS — SIANG

Suara notifikasi dari ponsel para siswa yang sedang beraktifitas. Mereka melihat itu lalu membuka pesan yang berisi brosur itu.

INT. RUANG KELAS — SAME TIME

Siswa sedang membicarakan brosur yang dikirim ke pada mereka.

INT. TOILET SEKOLAH — SAME TIME

Para siswa sedang melihat brosur di ponselnya dan membicarakannya dengan siswa lain. Dari dalam salah satu bilik Toilet Dimas keluar dan melihat ke arah para siswa yang sedang berbincang soal brosur itu.

Dimas keluar dari Toilet.

EXT. DEPAN TOILET — CONTINUOUS

Dimas melihat banyak siswa melihat ponselnya masing masing. Ia mengeluarkan ponselnya namun tidak menemukan pesan apapun. Dimas menghampiri salah satu siswa dan merebut ponselnya. 

Dimas melihat itu lalu wajahnya terlihat kesal. Ia mengembalikan ponsel itu lalu berjalan pergi.

INT. AULA SEKOLAH — SIANG

Intan sedang berlatih untuk olimpiade bersama dua siswa lain. Bu Atut dan beberapa guru ada disana. Intan menyalakan perekam suara pada Ponselnya. 

INTAN

Bu, saya mau tanya. Kenapa Sanggar itu di tutup hanya karena ada kegiatan ekstrakurikuler?

BU ATUT

Kegiatan seperti itu tidak bermanfaat bagi kalian. Hanya bikin masalah saja.  

GURU 1

Betul Bu, kegiatan ekstrakurikuler hanya membuat siswa jadi malas belajar. 

INTAN

Tapi, bukannya seni dan olahraga itu juga bisa ngehasilin prestasi untuk sekolah?

BU ATUT

Prestasi apanya, mereka hanya bikin malu sekolah. Kerjanya cari keributan aja. Liat kakak kelas kamu si Andhika itu. Kerjanya biki masalah teruskan. 

GURU 2

Sebagai siswa harusnya fokus saja belajar. Hal kaya gitu ga ada gunanya. Mau jadi apa para siswa itu kalau kerjanya hanya fokus ekstrakurikuler saja. 

Intan mengangguk saja. Tak lama, Dimas masuk ke Aula itu lalu menghampiri Bu Atut dengan terburu buru. Intan dengan sigap langsung mematikan rekaman ponselnya lalu menyimpan ponselnya. 

Dimas berbisik pada Bu Atut. Bu Atut dan Dimas pun keluar dari sana.

EXT. DEPAN AULA — MOMENTS LATER

Dimas berbincang dengan Bu Atut

DIMAS

Para siswa bermaslah itu sedang merencanakan sesuatu. Para siswa mendapatkan undangan lewat pesan berantai. 

BU ATUT

Mereka merencanakan apa?

DIMAS

Tidak dicantumkan disana. Tapi mereka mengajak para siswa berkumpul besok sepulang sekolah di Gedung Pertunjukan Sangkuriang. 

BU ATUT

Maksud kamu Gedung di ujung jalan itu?

Dimas mengangguk. Bu Atut terlihat kesal.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar