5. Rencana Besar
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

EXT. HALAMAN SANGGAR — SORE

Geng Sanggar berjalan bersama menuju ke Sanggar. Mereka melihat Pintu Sanggar sudah terbuka. Mereka pun segera masuk. 

INT. SANGGAR — CONTINUOUS

Didalam Sanggar sudah ada Damar. Murid yang baru datang pun langsung duduk. 

DAMAR

Selamat pagi!

TIARA

Udah sore Pak!

Candaan biasa dari Damar dan Tiara.

DAMAR

Ini yang kalian tunggu!

Damar membuka kain yang menutupi papan tulis. Sebuah lukisan berukuran besar terpampang. Didalam lukisan itu ada dua orang anak dan satu orang dewasa yang sedang berada didepan sebuah dinding yang penuh dengan coretan vandalisme. Seorang anak di sisi kiri lukisan terlihat berlindung dibelakang orang dewasa yang sedang menunjuk ke arah seorang anak yang tertunduk disebelah kanan lukisan.

DAMAR

Ada yang tau maksudnya?

BORIS

Orang tua yang marahin anak orang?

ANDHIKA

Anak kecil nya tukang ngadu tuh pasti kaya si Dimas. Nah yang tengah itu Bu Atut lagi marahin Gue yang disebelah kanan.

Seisi ruangan tertawa.

DAMAR

Hampir.

INTAN

Ini tentang diskriminasi dan stereotipe yang salah. Coba fokus ke detailnya. Anak sebelah kiri yang berlindung itu megang buku dan cat semprot dikedua tangannya. Si anak sebelah kanan itu megang cat dan kuas.

Mereka semua mulai melihat secara fokus.

INTAN

Orang dewasa yang ditengah itu mempermasalahkan dinding yang kotor oleh coretan. Anak sebelah kiri itu anak pintar kesayangannya yang ngadu. Nah orang dewasa itu menyalahkan anak di sebelah kanan soalnya anak itu bawa cat sama kuas.

TIARA

Padahal coretan di dinding itu coretan dari cat semprot bukan kuas.

ALBERTUS

Tujuan anak yang memegang kuas itu adalah mengecat ulang agar tembok bersih lagi. Anak itu juga digambarkan dengan warna lebih gelap. Ini juga tentang diskriminasi ras.

DAMAR

Benar! Lukisan ini berkisah tentang masalah nyata yang kita hadapi saat ini. Semua masalah itu nyata terjadi di Sekolah ini bahkan dari sebelum kalian semua bersekolah disini.

INT. RUANGAN BU ATUT — SIANG (FLASHBACK)

Bu Atut sedang meharahi seoranng siswa yang tertuduh mencuri handphone. 

DAMAR (V.O.)

Pernah ada siswa yang dituduh mencuri hingga di keluarkan dari sekolah. 

EXT. LORONG KELAS — SIANG (FLASHBACK)

Damar sedang berbicara dengan siswa yang baru saja di marahi Oleh Bu Atut.

DAMAR (V.O.)

Siswa itu dituduh mencuri uang dari tas teman sekelasnya sebesar tiga juta rupiah. Setelah saya cari tahu, uang itu bukan dicuri, tapi dipakai oleh siswa yang menuduh untuk membeli ponsel sebagai hadiah untuk pacarnya. 

INT. SANGGAR — SORE

Albertus terlihat kesal

ALBERTUS

Kok langsung di keluarkan? Kenapa ga di usut dulu?

INT. RUANGAN BU ATUT — SORE (FLASHBACK)

Bu Atut sedang berbicara dengan orang tua siswa yang di curi uangnya. Ada sisiwa yang tertuduh juga disana. 

DAMAR (V.O.)

Sekolah tahu kebenarannya. Tapi siswa ini anak kesayangan sekolah, juga ayahnya seorang pejabat ternama. Sedangkan siswa yang menjadi korban hanya siswa biasa. Untuk menutupi rasa malu itu akhirnya sekolah mengeluarkan siswa yang menjadi korban itu.

INT. SANGGAR — SORE

Semua murid terlihat agak kesal.

DAMAR

Itu hanya cerita awal yang menjadi salah satu dari banyak kejanggalan perlakuan di Sekolah ini.

ALBERTUS

Jadi maksud Pak Damar, penutupan ekstrakurikuler dan kasus keributan Andhika juga saya itu hanya sebagian kecil?

DAMAR

Benar. Tapi semua hal itu bermula dari masalah yang sama. Yaitu cara pandang guru pada siswa yang berujung perlakuan diskriminatif itu.

Damar mengeluarkan satu kertas besar lagi dari tabung dokumen miliknya. Ia menempelkannya pada papan tulis itu menimpa lukisan yang masih tertempel disana. Dikertas yang Damar sedang tunjukan tersebut berisi lukisan lagi. Dalam lukisan itu terlihat sebuah panggung konser dengan lampu yang menyorot kesegala arah. Kerumunan penonton tergambar sedang mengangkat tangan. Diatas panggung, beberapa orang sedang melakukan berbagai aksi. Yang menjadi perhatian adalah sebuah tulisan besar di bagian atas panggung yang bertuliskan "Dunia Harapan".

DAMAR

Saya melihat kalian semua adalah siswa berbakat dan punya mimpi besar. Kita akan buat sebuah pagelaran seni. Konsep pagelaran ini sudah dibuat secara matang oleh Tiara dan Intan.

Tiara maju dan berdiri disamping Damar

TIARA

Pagelaran dunia harapan itu berupa kabaret yang bercerita tentang sekumpulan anak yang punya mimpi besar. Namun perjuangan menggapai mimpi itu tidak mudah, pihak sekolah selalu meremehkan bakat siswa dalam bidang selain akademik. Bahkan tekanan itu bukan datang dari pihak sekolah saja, melainkan tuntutan orang tua mereka juga. Setiap kejadian menyimpang yang pernah terjadi di SMA Karya tertuang didalam kabaret itu. Semua siswa juga mendapatkan kesempatan untuk menunjukan bakatnya masing-masing.

ALBERTUS

Tunggu! Bagaimana caranya kita bisa buat pagelaran? Sedangkan pihak sekolah saja tidak suka dengan bakat bakat selain bakat siswa kesayangan mereka.

DAMAR

Pertanyaan bagus! Kita akan tampilkan ini di luar Sekolah. Karena kita tidak punya daya disini, maka yang dibutuhkan adalah perhatian dari dunia luar terhadap masalah didalam SMA Karya.

INTAN

Semua yang ada di Sekolah ini terlalu takut untuk melawan ketidakadilan. Mungkin banyak dari mereka yang tahu kebenarannya, mungkin ada juga yang ingin melawan. Tapi mereka memilih cari aman dan bungkam karena sebuah hal percuma untuk melawan Bu Atut.

ALBERTUS

Tapi apa kabaret ini akan berhasil? Walaupun cerita dalam kabaret ini memang nyata, tapi bisa saja pihak Sekolah bilang kalau ini kisah fiksi.

TIARA

Tugas kita sekarang adalah cari bukti. Kita udah punya sih beberapa. Tapi belum kuat.

EXT. LAPANGAN UPACARA — PAGI (FLASHBACK)

Tiara berlari ke Kamar mandi yang ada di lantai 2 Gedung meninggalkan Lapangan Upacara. Di lapangan itu Bu Atut sedang memarahi Andhika dan siswa lain yang terlambat. Tiara yang berada di lantai 2 Gedung secara-diam-diam merekam kejadian itu menggunakan ponselnya. 

TIARA (V.O.)

Lo inget kejadian waktu Upacara pertama? Kita berhasil dapet salah satu bukti diskriminasi Guru. 

INT. KANTIN — PAGI (FLASHBACK)

Tiara merekam kejadian saat Andhika melompat untuk melerai pertengkaran Albertus dan Dimas. 

TIARA (V.O.)

Pas kejadian itu, gue emang ikut ngambil video setelah Andhika lari ke arah keributan . Tapi yang keren di kejadian itu, kita dapet video dari berbagai sudut secara gratis. Soalnya murid lain juga banyak yang rekam.

Disisi lain, geng Dimas ikut merekam video sesaat sebelum Albertus terjatuh.

ANDHIKA (V.O.)

Bodonya geng si Dimas itu, mereka upload video yang nunjukin kalo mereka udah nunggu Lo lewat buat jadi korban.

INT. RUANGAN BU ATUT — SIANG (FLASHBACK)

Andhhika menyalakan perekam suara pada ponselnya saat berjalan masuk ke Ruangan Bu Atut. 

ANDHIKA (V.O.)

Sebelom masuk, Gue udah nyalain perekam suara. Soalnya gue yakin kalo Dimas bakalan lepas dengan mudah dari masalah itu.

Bu Atut sedang memarahi Albertus dan Andhika. 

INT. SANGGAR — SORE

ANDHIKA

Ternyata bener kan. 

Albertus menunjukan ekspresi paham.

DAMAR

Bukti yang kita miliki sekarang masih sangat sedikit dan belum terlalu kuat untuk menarik simpati dari dunia luar. Dan tugas kita sekarang adalah untuk mencari semua bukti kuat terlebih dulu.

Damar melepaskan lukisan yang terpasang pada papan tulis. Ia mengambil sebuah kapur dari atas meja lalu mulai membuat sebuah mind map pada papan tulis.

TIARA

Saya sama Andhika yang akan bergerak untuk cari bukti soal kejadian turnamen basket itu Pak. 

BIMA

Oke, tugas buat cari keterangan dari murid sekolah kita yang dulu nonton basekt sama ngumpulin artikel itu biar kita yang urus.

(merangkul Boris)

DAMAR

Kita juga harus cari bukti tentang perlakuan diskriminatif guru pada muridnya. Kita harus bisa membuktikan bahwa guru selalu melarang muridnya untuk bereksplorasi selain pada bidang akademik.

ALBERTUS

Caranya Pak?

ANDHIKA

Itu tugas Lo sama Gue. Kita bikin konser kecil-kecilan di Kantin. Kita hibur siswa yang lagi makan siang.

INT. KANTIN — SIANG

Andhika dan Albertus sampai di Kantin. Mereka membawa gitar dan kajon. Andhika menyimpan kajon miliknya di sisi depan Kantin lalu mendudukinya. Begitupun Albertus yang menggantungkan gitar miliknya pada pundaknya menggunakan tali yang terpasang pada gitar. Beberapa siswa mulai memperhatikan mereka. Termasuk Tiara dan Intan yang duduk bersamaan sambil mempersiapkan ponsel untuk merekam penampilan itu.

ANDHIKA

Perhatian!

Ucap Andhika sambil memukuli kajon yang didudukinya beberapa kali. Semua orang melihat padanya.

ANDHIKA

Kalian ngerasa bosen gak sih sama rutinitas Sekolah yang gitu-gitu aja? Setiap hari cuma masuk kelas, belajar, makan siang terus pulang. Emang kalian ga pengen gitu ada kegiatan lain selain itu?

DIMAS

Ngapain sih lo caper! Ganggu jam makan siang aja

Dimas berteriak dari arah belakang, wajahnya tengil. Beberapa orang melirik padanya termasuk Andhika. 

ANDHIKA

Kita semua manusia, sekali-kali pasti butuh hiburan.

DIMAS

Si bangsat gue dicuekin.

(menggerutu)

ANDHIKA

Hari ini kami mau coba menghibur watu makan siang temen-temen semua.

Dari arah belakang Dimas kembali berteriak. 

DIMAS

Bilang aja mau ngamen!

Andhika tak menghiraukan itu.

DIMAS

Bangsat gue dicuekin lagi.

Albertus menoleh ke arah Andhika memberikan kode untuk memulai pertunjukan. Andhika melihat itu lalu mulai memberi ketukan aba-aba. Keduanya mulai memainkan intro lagu Pandangan Pertama dari Ran.

ALBERTUS

Yang tau lagunya boleh bantu kami nyanyi.

Albertus mulai bernyanyi. Para siswa disana juga mulai ikut bernyanyi bersama. Melihat Itu, Dimas yang kesal bergegas pergi darisana bersama teman-temannya.

Semua siswa sudah ikut bernyanyi hingga suara Albertus kalah. Albertus pun tersenyum. 

Lagu pun selesai dinyanyikan. Siswa disana bertepuk tangan, mereka kompak meneriakan “we want more!”. Namun, suasana itu terpecah saat mendengar teriakan Bu Atut yang datang bersama beberapa guru dan juga Dimas dari arah belakang Kantin. 

BU ATUT

Apa-apaan ini! Ternyata kalian lagi! Kerjaannya bikin keributan aja.

DIMAS

Saya sudah peringatkan mereka. tapi mereka tetap saja membuat keributan.

ANDHIKA

Keributan apa Bu? Kami cuma menghibur siswa yang sedang makan siang. Bener ga temen temen?

Andhika melambaikan tangan pada para siswa disana. 

SISWI 1

Iya bu, mereka ngehibur kita semua disini.

SISWA 2

Ini bukan keributan kok Bu.

BU ATUT

Diam! Tidak usah ikut-ikutan kalian. Semua sama saja seperti si pembuat masalah ini!

ALBERTUS

Kami hanya menghibur Bu. Apa perbuatan kami salah?

BU ATUT

Jangan banyak bicara! Kalian berdua ikut saya!

Andhika dan Albertus pun pergi. Sorakan dari siswa disana terdengar. Albertus dan Andhika tersenyum.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar