Justice for Rose (Script)
14. Sequence #7 SIDANG PERTAMA

59. INT_RUANG SIDANG_DAY (sidang membutuhkan saksi)

Jaksa membacakan surat dakwaan.

JAKSA (CONT’D)

Sekitar jam 12.30, tanggal 7 Februari. Terdakwa mengajak menonton film dewasa lalu memakasanya melakukan adegan pada film tersebut hingga tersangka melakukan pelecehan seksual dan pemerkosaan pada korban 9 tahun di rumah terdakwa. Apa itu benar?

Arman hanya terdiam.

JAKSA (CONT’D)

Terdakwa, saya ulangi. benar? Sekitar jam 12.30, tanggal 7 Februari. Terdakwa mengajak menonton film dewasa lalu memakasanya melakukan adegan pada film tersebut hingga tersangka melakukan pelecehan seksual dan pemerkosaan pada korban 9 tahun di rumah terdakwa. Apa itu benar?

Arman masih terdiam dan menunduk.

Aryo terus mengenggam tangannya kesal.

JAKSA (CONT’D)

Terdakwa?

Arman tidak memberi tanggapan.

Jaksa hanya menarik nafas lalu melihat kea rah hakim.

JAKSA

Saya serahkan hasil forensic dari tisu yang ditemukan di rumahnya, bahwa di tisu itu ditemukan darah yang cocok dengan DNA korban dan sperma yang cocok dengan DNA terdakwa. Lalu saya juga membawa rekaman suara Korban yang mengakui perbuatan tersangka terhadap korban.

Ia menyerahkan bukti pada hakim.

PENASEHAT HUKUM

Tisu itu, terdapat sperma Anda, dengan begitu apakah anda menggunakannya saat kejadian?

Arman masih terdiam.

Aryo semakin kesal dibuatnya.

ARYO

Kumohon! (menahan suaranya) kumohon! Kumohon akui saja! (berteriak)

Hakim mengetuk palu.

ARYO

Yang mulia saya ayah korban. Dan dia kakak kandung saya sendiri. Dia sudah terbukti bersalah. Anak saya sudah mengakui dan terdapat bukti lainnya. Kumohon hokum saja dia yang mulia!

HAKIM

Di pengadilan jika Anda berbicara tanpa izin, Anda akan disuruh keluar ruangan.

ARYO

Apa? saya ayah korban! Bagaimana saya tidak bisa mengikuti persidangan hingga selesai?

HAKIM

Penjaga, keluarkan dia.

Beberapa penjaga membawa Aryo keluar.

ARYO

Aku yang menutut bajingan itu! Kenapa aku harus keluar? Apa aku salah? Dia yang bersalah! Yang mulia!

60. EXT_DEPAN PENGADILAN_DAY

CAST : ARYO, PENGACARA

Aryo duduk di kursi. Beberapa orang terlihat berbondong-bondong keluar.

Terlihat juga pengacaranya keluar.

Aryo segera berlari dan menghampirinya.

ARYO

Pengacara, maafkan saya. Saya mengacaukannya.

Ia tersenyum menenangkan.

PENGACARA

Saya paham. Sidang akan kembali dilakukan pada 21 April.

ARYO

Apa? tapi itu terlalu lama. Ini masih satu bulan lebih.

PENGACARA

Ini akan menjadi kesempatan kita untuk membawa saksi. Saya harap saat itu putri bapak sudah pulih dan bisa menjadi saksi.

61. INT_RAWAT INAP NENEK_DAY

CAST : HESTI, ROSSA, NENEK, ARYO

Hesti, Rossa, Aryo dan Nenek berkumpul di ruang rawat inap nenek.

Hesti sedang membereskan beberapa pakaian kotor di sofa.

Rossa di kursi dekat brankar mertuanya. Sedangkan Aryo berdiri.

ROSSA

Sebulan lagi? (memegangi kepalanya) ini terlalu lama untuk memenjarakan pria bangsat itu. Tapi ini terlalu cepat untuk meminta Mawar menjadi saksi. Aku enggak mau!

Rossa melirik Hesti. Hesti segera menghentikan kegiatannya lalu pergi keluar.

NENEK

Ros…?

ROSSA

Bu, aku tidak bisa lagi menahan kata-kataku untuk memakinya.

NENEK

Ibu tahu, tapi selain itu setidaknya kita bisa melihat Hesti. Dia bahkan bisa saja melahirkan dalam waktu kurang dari sebulan.

ARYO

Ibu masih terus membela menantu ibu yang itu? Rossa juga menantu ibu!

NENEK

Apa ibu salah? Ibu tidak bermaksud membedakan kalian. Itu kenapa ibu tidak pernah mau tinggal bersama salah satu dari kalian. Lihat! Kalian selalu saja bertengkar. Ibu mencoba mengatakan ini dengan tenang.

Rossa merasa bersalah dan segera menenangkan Mertuanya.

NENEK

Jika kalian bisa fokus memikirkan masalah kalian, bisa fokus dan kukuh membela Mawar maka ibu tidak bisa. Ibu memikirkan kedua anak Ibu, memikirkan kedua Mantu Ibu, juga memikirkan kedua cucuk ibu.

ARYO

Bu, Aryo tidak bermaksud seperti itu.

NENEK

Bersikaplah lebih tenang! Ros, kamu bisa membujuk Mawar. Bilang saja sekarang dia aman.

62. INT_RUANG MAWAR_DAY

CAST : MAWAR, ROSSA

Rossa bersipu melihat wajah Mawar yang kini memejamkan matanya.

ROSSA

Mawar, Om Arman sudah ditangkap polisi. Sekarang kamu tidak perlu takut. (Beat) papah, mamah, bahkan tante Hesti akan melindungimu. Polisi juga akan menjaga mawar. (Menahan tangis) Mawar, kamu dengar mamah kan? Ada peri baik yang akan membantu Mawar oleh karena itu peri ingin mendengar cerita Mawar, Mawar harus bangun dan datang ke tempat peri itu berada. Mawar bisa kan?

Mawar masih menutup matanya, namun terlihat air matanya mengalir.

Rossa tak kuasa menahan tangisnya.

ROSSA (CONT’D)

Mawar, Mamah mohon! Mamah mohon lihat Mamah, sayang. Sampai kapan kamu Mawar tidak mau bicara dengan Mamah? Mamah rindu suara Mawar, Mamah ingin melihat mata Mawar yang cantik. Mamah mohon katakana sesuatu.

Isakan tangis Rossa semakin kencang. Dan Mawar tidak bereaksi apapun.

63. INT_RUANG RAWAT INAP NENEK_DAY

CAST : HESTI, ROSSA, ARYO, NENEK, NALA, TIARA.

Hesti duduk di sofa ruangan itu, ia hanya menunduk tak mengatakan apapun sedangkan Aryo duduk di kursi samping ibunya.

Rossa datang dengan putus asa.

Aryo berdiri.

ARYO

Bagaimana?

Rossa hanya menggeleng.

Aryo mengepalkan tangannya, sambil berfikir.

ARYO

Apa Nala di rumah saat itu? (Ke Hesti tiba-tiba)

HESTI

Tidak! Apa maksudmu Nala harus bersaksi? Tidak! Sudah cukup aku memberikan bukti itu pada kalian, aku bisa menerima ini. Tapi aku mohon jangan libatkan anakku pada hal ini!

ROSSA

Jangan melibatkan anakmu? Hes! Anakku menjadi korban suamimmu. Dan aku baru saja membujuknya menjadi saksi. Apa kamu tahu perasaanku? Apa kamu tahu perasaan anakku? Kalau saja aku tidak pernah menitipkan anakku padamu!

HESTI

Lalu kenapa harus menitipkannya?! (bentak Hesti)

NENEK

Cukup! (berteriak) kalian akan terus bertengkar seperti ini? Semua salahku. Kalau saja aku mau tinggal bersama kalian dan menjaga cucukku ini tidak akan terjadikan? Itu kan yang kalian ingin dengar?

ARYO

Bu? Sudahlah!

ROSSA

Kamu sendiri yang bilang, mungkin saja Nala yang melakukan itu. Otak tololmu itu pernah berprasangka buruk dengan anakmu. Sekarang bagaimana kamu bisa merasa kasihan kalau saja Nala memang melihat kejadian itu? Kalau bahkan kamu berfikir Nala yang melakukan itu.

HESTI

(menangis) Aku memang bodoh. (mengeluh dan mengusap lututnya)

Nala datang membuka pintu bersama Tiara.

NALA

Nala melihat semuanya.

Semua orang kaget.

Nala melangkahkan kakinya tepat di depan Rossa.

NALA (CONT'D)

Tante, Nala minta maaf. Karena Nala semua jadi begini. Nala tidak bisa menjaga Mawar.

Rossa menangis dan tak sanggup melihat Nala.

Hesti segera memeluknya.

NALA

Nala lihat ayah melakukan itu, Bunda.

HESTI

Iya sayang, Bunda paham.

NENEK

Ya Tuhan! Dosa apa yang aku lakukan sampai keluargaku seperti ini.

Arman ikut menundukan kepalanya dengan mencium tangan Ibunya.

NALA

Kata Bunda, Nala harus membela perempuan kan? Nala ingin mengakui kesalahan Ayah. Apa Nala boleh melakukannya, Bun?

Tiara mendongak keatas untuk menahan air matanya.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar