Jika Mentari Tak Kembali
3. Dibalik Redupnya Mentari
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

EXT. PARKIRAN KOST — MALAM

Suasana di depan Kost itu sepi. Di jalan depan kost itu beberapa mobil terparkir berbaris di sisi jalan. Gerbang kost itu terbuka lalu keluarlah sebuah motor yanng dinaiki oleh Mentari. Mentari terlihat menggunakan jaket dan celana panjang saat itu. Ia berhenti lalu turun dari motornya untuk menutup kembali gerbang kost. Mentari kembali menaiki motornya lalu pergi. Sesaat setelah motor Mentari pergi, sebuah mobil yang terparkir disana ikut pergi juga mengikuti arah dari Mentari.

EXT. JALANAN — MOMENT LATER

Mentari melaju di sebuah jalanan yang besar. Jalanan itu masih cukup ramai oleh kendaraan. Tidak jauh di belakang motor Mentari, mobil yang tadi ada di depan Kost masih mengikutinya namun mentari tidak menyadarinya.

Mentari berhenti di Persimpangan jalan, lampu lalu lintas menyala merah. Mobil yang sedari tadi mengikutinya berhenti agak jauh dari tempat Mentari berhenti. Tak lama, lampu berubah hijau dan Mentari pun melanjutkan perjalanannya. Begitu pun mobil yang mengikutinya.

EXT. PARKIRAN APARTEMEN — MOMENT LATER

Mentari tiba di Parkiran Apartemen lalu memarkirkan motornya. Mentari pun membuka helmnya dan menyimpannya di kaca spion, setelah itu Ia berjalan masuk ke dalam Apartemen. Dari kejauhan terlihat mobil yang sedari tadi mengikutinya berhenti agak jauh dari tempat mentari. Kaca mobil itu pun terbuka. Dari kaca mobil yang terbuka itu, terlihat Putri sedang mengamati Mentari yang baru saja masuk ke dalam Apartemen.

PUTRI

Mentari, lo ngapain disini?

(Berbicara sendiri)

Ekspresi wajah Putri berubah penasaran atas apa yang baru di lihatnya. Ia lalu menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi mobil sembari mengambil ponsel dari sampingnya. Namun kegiatannya di kejutkan oleh kedatangan seorang Pria yaitu ABAH (58), seorang pria yang terlihat agak tua. Tubuhnya di tutupi oleh sarung yang di pakai seperti selimut.

ABAH

Cari apa neng?

(Bicara sopan dengan logat sunda)

PUTRI

Astagfirullah!

(Kaget)

ABAH

Aduh maaf neng saya ga maksud ngagetin.

(Membungkukan badan)

Putri masih terlihat kaget sambil mengelus-elus dadanya berusaha menenangkan diri.

ABAH

Abah liat neng kaya lagi cari sesuatu. Bisa saya bantu?

PUTRI

Eeemm...Ini Pak...Saya lagi cari itu..tempat tinggal!Iya tempat tinggal. Apartemen ini kaliatannya nyaman.

(Terbata-bata)

Putri menunjuk ke arah apartemen yang di masuki oleh Mentari. Abah pun ikut menoleh ke arah yang di tunjuk oleh Putri.

ABAH

Panggil aja Abah neng. Kalau lagi cari kost, Abah bisa bantu, tapi jangan yang itu neng. Abah ada rekomendasi kalau eneng nya butuh yang nyaman.

PUTRI

Memangnya kenapa kalau yang itu Bah?

ABAH

Eneng pasti baru ya disini?

(Tertawa kecil)

Putri terlihat kebingungan melihat Abah yang malah tertawa kecil saat Ia berpura-pura ingin tinggal di Apartemen yang di tunjuknya.

ABAH

Apartemen itu ga nyaman neng. Kalau mau nanti Abah kasih liat yang disana.

(Menunjuk ke arah berlawanan dengan Apartemen)

PUTRI

Ga nyaman gimana Bah?

Abah mendekatkan wajahnya ke jendela mobil seperti akan berbisik pada Putri.

ABAH

Itu lokalisasi Neng.

(Berbisik)

Wajah Putri berubah kaget saat mendengar hal itu. Namun Ia berusaha menyembunyikannya.

PUTRI

Lokalisasi maksudnya?

(Berbisik)

ABAH

Tempat begituan neng.

(Berbisik)

Ekspresi kaget dari Putri sudah tidak bisa di tutupi. Ia tidak percaya sahabatnya sedang berada di dalam Apartemen itu sekarang.

ABAH

Sebetulnya ada juga kamar yang di sewain disitu, cuma menurut Abah, neng ini keliatan perempuan baik-baik. Jadi Abah kasih tau aja dari sekarang biar Neng ga salah pilih tempat kost. Jadi kalau neng butuh tempat yang nyaman nanti bisa Abah kasih tau tempat lain.

PUTRI

Makasih banyak Bah, kayaknya besok aja saya balik lagi kesini.

ABAH

Oh iya silahkan Neng.

Putri menyalakan mobilnya lalu menutup jendela perlahan sambil mobil itu mulai melaju. Putri tersenyum pada Abah yang juga tersenyum sambil membungkuk seperti sedang memberi salam.

INT. MOBIL — MALAM

Putri mengemudikan mobilnya dengan tangan kirinya. Tangan kanannya bersandar pada pintu mobil dan menopang kepalanya. Ekspresi wajahnya terlihat bingung sekaligus kaget atas apa yang baru saja di ketahuinya.

PUTRI

Tari, kok lo jadi kaya gini?

(Bicara sendiri)

EXT. GEDUNG KAMPUS — PAGI

Mentari sedang berjalan di halaman gedung kampus sendirian. Suasana disana ramai oleh mahasiswa yang berlalu lalang. Mentari dikagetkan oleh Putri yang datang secara tiba-tiba lalu menarik tangannya.

PUTRI

Ikut gue!

MENTARI

Ehh Put..

Tangan Mentari di cengkram erat oleh Putri. Ia di giring agak jauh dari sana menuju ke dalam Gedung.

INT. GEDUNG KAMPUS — MOMENT LATER

Mentari berjalan sangat cepat mengikuti tarikan Putri pada tangannya. Mentari kelihatan bingung terhadap yang sedang dilakukan Putri. Mereka berdua berjalan menaiki tangga.

MENTARI

Ada apa sih Put?

Putri tidak sama sekali menjawab dan terus berjalan cepat menaiki setiap anak tangga.

EXT. ATAP GEDUNG KAMPUS — MOMENT LATER

Mereka berdua pun sampai ke Atap gedung kampus. Disana tidak ada siapapun kecuali mereka berdua.

MENTARI

Lo kenapa sih?

(Kesal)

PUTRI

Yakin ga akan ada yang lo ceritain? Disini ga ada siapa-siapa, lo bisa cerita semuanya. Udah lama gue nunggu buat Lo cerita tapi selalu aja lo kaya ngehindarin gue.

MENTARI

Maksud lo apaan sih tiba-tiba kaya gini? Gue bakal cerita, tapi ga gini caranya dong.

PUTRI

Apartemen Melati. Waktu itu gue liat lo disana.

Ekspresi wajah mentari berubah kaget saat mendengar ucapan Putri.

MENTARI

Lo mata-matain gue? Ngapain sih Put.

PUTRI

Jawab dulu pertanyaan gue! Ngapain Lo disana tengah malem?

MENTARI

Maksud Lo apasih? Gajelas banget.

PUTRI

Alah! Gausah bohong. Gue ketemu sama seseorang disana, dia kenal Lo, dia cerita tentang Lo. Sekarang gue mau dengerin sendiri dari Lo Tar. 

Mentari makin kaget, Ia terdiam sejenak saat mendengar ucapan Putri. Mentari menghampiri Putri lalu meraih kedua tangannya.

MENTARI

Put...Gue terpaksa. Tolong jangan sampe siapapun tau tentang ini. Please.

(Menahan tangis)

PUTRI

Jadi bener dugaan gue? Gila ya Lo!

MENTARI

Put, please. Gue ga tau harus cerita kaya gimana.

(Menangis)

Putri hanya diam saat melihat Mentari mulai menangis dan membenamkan wajahnya pada tangan Putri. Ekspresi wajah Putri berubah iba.

MENTARI (CONT'D)

Gue kepaksa kaya gini Put. Gue udah telanjur.

INT. RUMAH MENTARI — MALAM (FLASHBACK)

Suasana Rumah saat itu gelap. Pintu Rumah pun terbuka lalu cahaya lampu dari luar rumah menelisik masuk berbarengan dengan Mentari yang masuk kedalam rumah. Mentari menyalakan lampu hingga Rumah menjadi terang.

MENTARI

Bapa! Tari pulang!

Mentari lalu menyimpan tasnya di atas meja. Mentari bingung karena tidak ada jawaban. Ia lalu berusaha mencari ayahnya di dalam Rumah.

MENTARI

Pa! Bapa!

(Sedikit berteriak)

Mentari berjalan membuka pintu kamar Ayahnya namun tidak ada orang disana. Ia pun lanjut berjalan ke arah dapur yang masih gelap. Ia menyalakan lampu dan melihat sekitar namun tidak ada ayahnya juga disana. Mentari menoleh ke arah Kamar mandi yang sedikit terbuka dan melihat Ayahnya sedang terbaring tak Sadarkan diri.

MENTARI

Bapa!

Mentari berlari ke arah Ayahnya lalu berusaha menggerakan tubuhnya. Mentari mengangkat kepala Ayahnya sambil menggoyangkan nya dan memegangi leher ayahnya mencari denyut nadi.

MENTARI

Bapa. Bangun Pa! Bapa!

(Menangis tersedu-sedu)

Mentari buru-buru mengambil ponsel dari saku nya lalu melakukan panggilan.

INT. RUMAH SAKIT — MALAM (FLASHBACK)

Suasana panik terjadi disana. Suara riuh terdengar karena orang-orang berbicara secara bersamaan. Beberapa orang mendorong sebuah tempat tidur dengan cukup cepat dimana Ayah dari Mentari terbaring disana sudah menggunakan alat bantu pernafasan. Mentari mengikuti dibelakangnya sambil menangis tersedu-sedu.

MENTARI

Bapa!

(Menangis)

Mereka sampai di Ruang UGD lalu ayah Mentari di bawa masuk kesana namun Mentari di hadang dan tidak boleh ikut masuk.

INT. RUMAH SAKIT — MOMENT LATER (FLASHBACK)

Seorang Dokter keluar dari Ruang UGD dan menghampiri Mentari. Mentari berusaha mengusap air mata lalu berdiri menghadap pada Dokter itu.

MENTARI

Gimana ayah saya Dok?

(Tersedu-sedu)

DOKTER

Pasien harus segera menjalani operasi. Pembuluh darah di otaknya pecah hingga mengalami pendarahan serius. Jika tadi pasien terlambat di tangani, kecil kemungkinan untuk selamat.

MENTARI

Yasudah Dok, tolong lakukan apa saja asal ayah saya bisa di selamatkan.

EXT. ATAP GEDUNG KAMPUS — PAGI

Mentari terduduk bersandar pada dinding pembatas sambil membenamkan wajahnya pada kedua lututnya. Di hadapannya, Putri berdiri sambil menatap Mentari.

MENTARI

Gue panik Put. Yang gue pengen cuma biar Bapa selamat. Tapi, disitu gue kaget pas denger biaya operasi sama perawatan yang harus di keluarin ternyata segede itu. Ahirnya gue coba telpon semua yang gue kenal buat minjem duit, tapi ga ada yang bisa minjemin uang segede itu. Apalagi mereka tau gue cuma orang miskin, mereka takut gue ga bisa balikin duitnya.

INT. RUMAH SAKIT — MALAM (FLASHBACK)

Mentari terlihat kebingungan mondar mandir mencoba menelepon setiap orang yang di kenalnya. Setiap selesai melakukan panggilan, wajah Mentari malah semakin kebingungan. Ia melakukan panggilan lain namun hasilnya sama membuatnya malah semakin kebingungan.

MENTARI (V.O.)

Gue udah bingung banget harus hubungi siapa lagi. Terus akhirnya kepikiran buat minta tolong Kevin. Gue tau keluarga dia kaya.

Mentari melakukan panggilan pada Kevin. Wajah Mentari berubah tersenyum penuh harapan.

MENTARI (V.O.)

Disitu gue seneng karena dia mau ngasih pinjem duit. Bahkan saat itu juga dia sampe dateng langsung ke Rumah Sakit

INT. TANGGA DARURAT RUMAH SAKIT — MALAM (FLASHBACK)

Di Tangga darurat Rumah Sakit itu tidak ada siapa-siapa selain Mentari yang sedang berbincang dengan Kevin. Mentari terlihat memohon pada Kevin.

MENTARI (V.O.)

Tapi ternyata ada maksud lain dari bantuan Kevin. Saat itu gue marah karena dia ngerendahin gue. Tapi marahnya gue ga ada gunanya buat dia.

Kevin menatap mentari lalu berjalan pergi ke arah pintu keluar. Namun belum sampai di pintu, Mentari sudah menghadang Kevin.

MENTARI (V.O.)

Saat itu gue ga punya pilihan lain selain setuju sama syarat Kevin. Karena gue pikir, cuma itu cara biar ayah gue bisa tetep selamat. Gue udah gatau harus minta tolong ke siapa lagi.

Mentari mengangguk pada Kevin dan di balas senyum oleh Kevin. Setelah itu Kevin keluar dari tangga darurat.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar