Jika Mentari Tak Kembali
1. Sisi Gelap Mentari
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

INT. KAMAR TIDUR — MALAM

ESTABLISH: Sebuah Kamar dengan kondisi agak berantakan, sampah bekas kemasan makanan ringan dan botol minuman bekas tercecer di lantai. Kerlap-kerlip lampu tumbler remang remang menerangi sekeliling dinding kamar. Dibelakang pintu kamar tergantung beberapa pakaian secara tidak teratur. Seorang wanita duduk menghadap cermin disalah satu sisi ruangan ditemani sebuah speaker bluetooth yang menyala memutar lagu dari Soegi Bornean berjudul Saturnus.

MENTARI (22), Wanita muda yang masih berstatus sebagai mahasiswi. Rambut hitamnya terurai panjang sedikit melebihi bahunya. Wanita itu sedang berdandan didepan cermin. Riasan wajahnya saat itu terlihat agak tebal hingga membuat wajah nya terlihat sedikit lebih tua dari usianya. Mentari merapikan rambutnya lalu berdiri dan mengambil jaket yang sedari tadi tergantung di kursinya lalu memakainya. Jaket itu menyembunyikan pakaian seksi yang dipakainya sedari tadi. Mentari mematikan speaker yang sedari tadi memutar lagu lalu melangkah keluar dari kamarnya dan mengunci pintu. Ia berjalan menusuri lorong kost melewati beberapa pintu kamar kost di sampingnya.

INT. PARKIRAN — MOMENT LATER

Sampailah di tempat parkir yang tetbilang kumuh, beberapa motor terparkir disana. Mentari berjalan ke arah sebuah motor matic berwarna putih yang berada di ujung parkiran. Dari kejauhan terlihat JOKO (42), Pria berbadan agak kurus dan berkulit sawo matang yang berprofesi sebagai penjaga kost yang di tinggali oleh mentari. Joko menggunakan jaket lusuh dengan kain sarung melintang di tubuhnya dan kupluk menutupi rambut cepaknya.

JOKO

Malem teh...

(Tersenyum sambil menganggukan kepala)

Mentari melirik ke arah Joko yang tersenyum menatapnya lalu membalas sapaan itu dengan anggukan kecil dan senyum tipis dari mulutnya. Mentari mempercepat laju jalan nya dan bergegas menyalakan motornya dan segera pergi dari sana

EXT. PARKIRAN APARTEMEN — MALAM

Mentari memarkirkan motornya di sebuah parkiran apartemen yang cukup ramai saat itu. Beberapa orang berlalu lalang disana. Pemandangan terlihat kontras disana, walaupun hari sudah gelap dan dingin namun beberapa wanita yang lalu lalang disana memakai baju yang cenderung mempertontonkan tubuh mereka. Mentari turun dari motornya lalu menyimpan helm yang Ia gunakan di spion motornya dan bergegas berjalan masuk ke gedung Apartemen itu.

INT. GEDUNG APARTEMEN — MOMENT LATER

Mentari masuk dari pintu depan Gedung Apartemen melewati Lobby apartemen. Lobby itu cukup ramai, ada beberapa orang yang sedang mengobrol di meja resepsionis. Beberapa orang lainnya hanya berlalu lalang di area tersebut. Di arah sofa yang berada di sisi ruangan terlihat seorang pria duduk dan melirik ke arah Mentari. Dia adalah KEVIN (23), Pria berkulit putih dan berpostur tinggi besar yang menggunakan kemeja degan dua kancing atasnya terbuka. Rambutnya tersisir kebelakang namun agak berantakan.

KEVIN

Tumben banget jam segini udah dateng. Harusnya tiap hari rajin kaya gini.

(Melihat ke arah jam tangan yang dipakai nya)

MENTARI
Gue pengen balik lebih cepet.

(Nada jutek)

Mentari berjalan menjauh meninggalkan Kevin yang masih terduduk di sofa. Dari belakang, Kevin berjalan cepat mengejar Mentari yang sudah mendekati pintu lift. Tangan Kevin mendahului tangan Mentari yang akan menekan tombol lift.

KEVIN

Seenaknya banget Lo. Berlaga jadi bos ya sekarang. Malem minggu nih, lagi rame, lo gabisa balik cepet. 

(Menatap Mentari)

Pintu lift terbuka lalu Mentari berjalan masuk ke dalam Lift dan tidak menjawab pertanyaan dari Kevin. Mentari berdiri di dalam Lift sambil menatap Kevin yang masih berada di luar Lift. Kevin terlihat kesal lalu ikut masuk kedalam Lift itu. Kevin menekan tombol lantai tiga dan lima lalu Pintu pun tertutup.

INT. LIFT APARTEMEN — MOMENT LATER

Mentari menatap sinis pada Kevin yang sekarang berdiri bersebelahan dengannya.

MENTARI

Kemaren-kemaren kan gue selalu kerja penuh. Masa malem ini aja ga ada kelonggaran. 

(Nada bicaranya meninggi)

KEVIN

Oh, Lo mulai males-malesan ya sekarang. Lo lupa...

MENTARI

Please, malem ini aja. 

(Memotong ucapan Kevin)

Kevin menatap Mentari, sejenak mereka hanya saling bertatapan tanpa berbicara.

KEVIN

Oke deh, tapi ada yang harus lo beresin dulu sekarang.

Mentari menatap ke arah Kevin, wajahnya terlihat agak bingung dengan apa maksud dari Kevin. Sementara itu Kevin hanya diam sambil mengarahkan pandangannya ke arah pintu lift. Tak lama, pintu pun terbuka di lantai tiga, kevin keluar dari lift namun tangannya masih menahan pintu lift agar tidak tertutup.

MENTARI

Apa yang harus gue kerjain?

(Bertanya dengan wajah kesal)

Kevin mengacuhkan ucapan Mentari dan malah melihat ke arah luar lift lalu mengeluarkan gestur melambaikan tangan memanggil seseorang menggunakan tangannya. Tak lama seorang pria dengan pakaian rapi ala seorang anggota dewan menghampiri Kevin yaitu PAK BAMBANG(46). Tubuhnya agak gemuk dengan rambut khasnya yang rapi berkilau akibat dari minyak rambut yang dipakainya bercampur dengan keringat. Kevin lalu berbicara berbisik pada pria itu, di saat yang sama pula Pak Bambang melirik kearah Mentari seolah menyapu seluruh bagian tubuh Mentari dengan matanya lalu tersenyum simpul dan menganggukan kepala.

Setelah itu, Kevin dan Pak Bambang pun masuk kedalam lift dan pintu pun tertutup.

KEVIN

Lo, layanin dia.

(berbisik pada Mentari dan memasang wajah serius)

Mentari menatap Kevin dengan tatapan sinis lalu memalingkan pandangannya pada Pak Bambang yang sedang berdiri membelakanginya.

Tak lama, pintu Lift terbuka. Pak Bambang melirik ke arah Kevin.

KEVIN

Silahkan Pak.

(Tangannya mempersilahkan)

Pak Bambang pun menganggukan kepalanya lalu keluar dari lift itu. Mentari yang sedari tadi diam pun mulai berjalan perlahan keluar dari lift. Saat Mentari berada di pintu lift tangannya ditahan oleh Kevin hingga Ia menoleh kebelakang.

KEVIN

Lo harus bikin dia puas. Kalo engga, gue ga izinin lo balik cepet.

(Sedikit berbisik)

Mentari hanya diam lalu melepaskan tangannya dari genggaman Kevin dan lanjut berjalan keluar dari lift mengikuti Pak Bambang yang berada agak jauh di depannya.

INT. LORONG APARTEMEN — MOMENT LATER

Mentari berjalan menyusuri lorong Apartemen itu bersama Pak Bambang yang ada di depannya. Lampu lorong itu agak remang-remang dan juga agak sepi. Tak lama Mentari berhenti di depan salah satu pintu kamar.

MENTARI

Pak! Kamarnya yang ini.

Pak Bambang berhenti lalu berbalik dan menghampiri Mentari yang langsung membuang muka dan berusaha membuka pintu. Secara tiba-tiba tangan Pak Bambang menyentuh dagu Mentari lalu menghadapkan wajah Mentari ke arahnya yang sontak membuat ekspresi Mentari berubah risih.

PAK BAMBANG

Janganlah panggil Pak. Panggil Mas aja, Mas Bambang.

Mentari memalingkan wajahnya agar ekspresi risihnya tidak terlihat oleh Pak Bambang. Ia pun lanjut membuka pintu kamar itu. Setelah pintu terbuka, Mentari berjalan masuk kedalam Kamar. Pak bambang pun mengikuti masuk dengan agak tergesa-gesa lalu sedikit mendorong Mentari sehingga mereka berdua dengan cepat masuk kedalam Kamar. Pintu pun tertutup lalu terdengar suara pintu terkunci.

INT. LORONG APARTEMEN — MALAM

Di lorong itu berjajar beberapa pintu kamar yang tertutup. Salah satu pintu terbuka lalu dari pintu itu keluarlah Mentari dengan pakaian yang masih agak berantakan. Ia mengunci pintu lalu berjalan menuju ke arah lift sambil merapikan bajunya. Mentari sampai ke depan lift lalu menekan tombol dan pintu lift pun terbuka, Mentari pun masuk.

INT. LIFT — MOMENT LATER

Di dalam lift itu hanya ada Mentari sendirian. Mentari menggerakan tangannya merogoh ke arah bra lewat kerah baju yang sedikit terbuka. Ia mengeluarkan lembaran uang pecahan seratus ribu yang terlipat lipat dan terselip di pakaian dalamnya itu. Mentari merapikan lipatan uang tersebut lalu menghitungnya. Jumlahnya empat lembar pecahan seratus ribu. Pintu lift pun terbuka, Mentari segera memasukan uang itu kedalam tasnya lalu berjalan keluar dari lift.

EXT. PINTU DEPAN APARTEMEN — MALAM

Suasana di luar Apartmen masih cukup ramai walaupun hari sudah malam. Kevin berdiri di depan pintu masuk Gedung Apartemen sambil menghisap rokok bersama Pak Bambang dengan pakaian yang tidak serapih sebelumnya. Jas yang tadi di gunakannya sekarang hanya dibawa ditangannya. Mereka berdua terlihat tertawa kecil. Melihat itu, Mentari keluar dari Gedung Apartemen dengan berusaha diam diam dan menjauh dari pandangan dua lelaki itu. Namun, Pak Bambang melihat Mentari lalu melambaikan tangan sebagai gestur memanggil Mentari. Mentari melihat itu lalu menghela nafas dan berjalan menghampiri.

MENTARI

Pak, Saya mau pamit pulang.

(Menundukan kepala)

PAK BAMBANG

Mau kemana sih buru-buru banget. Karena saya lagi seneng, malem ini saya traktir kalian minum. Kebetulan saya sudah reservasi tempat.

MENTARI

Maaf Pak, tapi saya...

Belum selesai Mentari berbicara, Kevin sudah memotong kalimatnya.

KEVIN

Wah boleh banget Pak. Kan ga boleh nolak rezeki. Ya kan?

(Melirik pada Mentari sambil merangkulnya)

Mentari hanya diam dan melirik sinis ke arah Kevin yang sedang merangkulnya.

PAK BAMBANG

Kalo gitu kita berangkat sekarang.

(Mengeluarkan kunci mobil dari saku)

Pak Bambang berjalan menghampiri mobilnya sambil menekan tombol pada kunci mobilnya, di belakangnya di ikuti oleh Kevin. Namun Pak Bambang menoleh ke arah Mentari yang berjalan berlawanan arah dengan mereka.

PAK BAMBANG

Hey! Mobilnya yang ini.

MENTARI

Saya pake motor aja.

PAK BAMBANG

Motor kamu simpen disini aja, nanti saya anter lagi kamu kesini.

MENTARI

Gapapa pak, saya pake motor aja.

Pak Bambang berbalik arah seakan mau menghampiri Mentari tapi di tahan oleh Kevin. Kevin memberikan isyarat pada Pak bambang untuk membiarkan Mentari melakukan keinginannya sendiri. Pak Bambang pun berbalik lagi lalu memasuki mobilnya. Kevin berbalik arah menghampiri Mentari lalu menggenggam tangan Mentari dan berbicara berbisik padanya.

KEVIN

Awas aja kalo Lo kabur! Gue ga akan kasih toleransi kalo sampe gue kehilangan pelanggan yang ini. Inget, utang Lo masih banyak.

Kevin menatap tajam mata Mentari lalu berbalik berjalan ke arah mobil Pak Bambang.

INT. KELAB MALAM — MALAM

Suara musik elektronik yang di mainkan oleh DJ mengisi penuh seisi ruangan. Cahaya lampu kerlap-kerlip silih berganti mengiringi suara musik. Beberapa orang sedang bergoyang di lantai dansa. Beberapa lainnya duduk di meja meja yang tersedia disana. Di salah satu meja terlihat Mentari duduk disana bersama Kevin dan pak Bambang sedang menengguk minuman dari botol. Di meja itu tergeletak satu botol minuman keras yang sudah kosong dan dua lagi masih terisi.

Wajah mereka bertiga terlihat mulai mabuk, wajahnya merah, mata agak sayu dan tubuhnya lemas menyandar pada sofa.

KEVIN

Liat tuh Pak, yg tadi katanya mau pulang malah paling banyak minum.

Kevin dan Pak Bambang tertawa sambil melihat kearah Mentari yang terlihat sudah mabuk dan lemas. Mentari yang sedari tadi tersandar di sofa tiba-tiba menjatuhkan gelas yang di pegangnya hingga pecah disusul tubuhnya yang juga terjatuh ke lantai. Mentari pun tak sadarkan diri.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar