8. Skena 7 Membutuhkan
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

Kedua nenek itu berjalan kedepan tempat ibadah. Berjalan apa adanya.

               Nenek Pemuka Agama

               Memangnya kakak rumahnya mana?

               Nenek

               Saya tidak punya rumah. (Jawabnya ramah)

               Nenek Pemuka Agama

               Sekarang memangnya tinggal dimana?

               Nenek

               Tidak tahu (katanya sambil mengucek-ucek matanya)

Nenek Pemuka Agama itu bingung.

               Nenek Pemuka Agama

               Tadi memangnya nenek darimana? Duduk sini saja dulu. Tidak mengapa.

               Nenek

Saya dari Sungai Panjang, ketika sampai di Batu Pecah, orang-orang baik tadi mengantarku kesini.

NPA

Memangnya nenek mau kemana?

Nenek

Saya mau ke Batu Besar.

NPA

Rumah siapa itu?

Nenek

Rumah suami.

NPA

Bapak masih ada memangnya?

Nenek

Masih

NPA

Dimana kak?

Nenek

Disini. (Katanya sambil menyentuh dadanya)

Nenek Pemuka Agama itu tertawa melihatnya.

               NPA

               Kalau ada disitu kenapa kok harus ke Batu Besar?

               Nenek

               Tidak mengapa, aku hanya ingin pulang.

               NPA

               Pulang kemana?

               Nenek

               Rumah

               NPA

               Rumah? Bukankah rumahnya tadi di Sungai Panjang?

               Nenek

               Iya

               NPA

               Lalu?

               Nenek

               Saya tidak tenang.

Nenek berdua itu berjalan, pergi ke jalan raya.

Ekst. Jalanan Pos Polisi

Mereka berdua berjalan bersama di Pos Polisi, nenek pemuka agama berjalan dan ingin menemui polisi

Nenek juga ikut dibelakangnya.

               NPA

               Betulkah kakak ingin pergi ke Batu Besar?

               Nenek

               Iya

               NPA

               Ada ongkos? Tunggu sebentar, saya tak pulang mengambil uang.

               Nenek

               Tidak perlu. Orang baik tadi telah memberiku uang.

Nenek itu bertegur sapa dengan polisi. Polisi itu terlihat ramah dan menyapa dua nenek ini.

               NPA

               Pak polisi, nenek ini mau ke Batu Besar. Mohon dihentikan bus yang mengarah ke Batu Besar ya.

               Polisi

Oh siap nek, tunggu saja nenek duduk disana. Nanti kalau ada bus saya hentikan. (menunjuk pos polisi)

               NPA

               Terimakasih pak polisi.

Polisi itu mengangguk tersenyum, lalu memerhatikan jalan lagi.

Lalu nenek berdua itu pergi ke pos polisi. Mereka sama-sama duduk di kursi panjang.

               NPA

               Apakah masih ada disini kak? (Menyentuh dada Nenek)

               Nenek

               Siapa?

               NPA

               Siapa yang ada disitu?

               Nenek

               Masih, aku tidak akan pernah melupakannya

NPA

Kak, kalau masih ada disitu, berarti kakak belum ikhlas. Tolong ikhlaskan saja.

Nenek itu diam. Nenek Pemuka Agama itu juga diam. Nenek pemuka agama itu lalu berdiri.

               NPA

               Dia tidak ada disitu nek, dia sekarang ada di sana (katanya menunjuk atas).

Nenek terdiam, ia menjadi kosong dan sembab.

               NPA

Saya pamit dulu. Rumah saya dibelakang situ lho, kalau ada apa-apa kesana saja. Ndak perlu sungkan kak.

Nenek

Iya, terimakasih banyak.

               NPA

               Ikhlaskan, biar dia tenang.

Nenek pemuka agama itu berjalan pergi, entah kemana, tapi nenek itu menghilang.

Nenek itu diam, lalu lintas jalan berjalan cepat.

Tiba-tiba seorang anak datang, lusuh berjalan didepan nenek ini. Dua orang bersama adiknya.

               Nenek

               Kemana nak?

Mereka berjalan terus dan tidak menjawab.

Nenek itu berdiri, dan mengikuti mereka.

Terlihat bus arah Batu Besar datang.

Pak Polisi memberhentikannya.

               Polisi

               Tunggu sebentar, tadi ada penumpang yang akan naik.

               Kernet

               Dimana bos?

               Polisi

               Tadi kemana yaa?

Polisi itu berjalan pergi mencari nenek.

Nenek sudah hampir menemui dua bocah itu. Berpakaian lusuh, menggembol karung mengemis bersama adiknya.

               Nenek

               Nak kemarilah.

Adik Tiba-tiba berjalan ke arah nenek. Sedang kakaknya bingung melihati dari arah belakang.

               Nenek

               Ada apa dengan kalian?

               Adik

               Kami mengemis dan memulung nek.

               Nenek

               Bukankah kalian anak yang disekolahan tadi? (Nenek ini merasa bocah ini mirip)

Kakak datang dan merangkul adiknya.

               Kakak

               Kami tidak sekolah nek, kami tidak pernah sekolah.

Nenek itu diam, ia kasihan. Ia tahu ini bukan anak yang tadi pagi.

               Nenek

Nak, ini untukmu (ia merogoh uangnya seketika itu juga. Semua pemberian orang baik tadi diberikannya pada bocah itu).

Adik dan kakak itu datang, mereka mencium tangan dan menangis namun ditahan.

               Kakak

Kami tidak makan dua hari nek, kami makan daun saja seadanya. Kami memakan apa yang dibuang orang.

Kakak itu menangis dan terus memegang tangan nenek.

Polisi terlihat tersengal-sengal dibelakang. Disini rupayanya. Ia berjalan mendekat dan membuka topinya dan menjadikannya kipas.

               Polisi

               Nek, ayo. Busnya sudah datang.

               Nenek

               Baik pak.

Nenek itu berjalan. Tapi nenek itu sadar, bocah itu pergi ketika polisi itu tadi datang.

Berjalan bersama, nenek berjalan disamping pak polisi.

               Nenek

               Kenapa bocah tadi lari pak polisi?

               Polisi

               Mereka takut ditangkap nek.

               Nenek

               Ditangkap kenapa? Kan mereka tidak melakukan kesalahan.

               Polisi

Mereka tidak boleh beroperasi disini nek. Iya kalau mereka orang baik nek, kalau copet. Sudah banyak nek, anak-anak begitu.

Nenek itu diam. Ia berjalan dan mengusap-usap dadanya sabar. Mereka berdua berjalan pelan-pelan.

Nenek

Untuk anak kecil yang belum makan dua hari, mereka bukanlah copet pak polisi. Mereka anak yang baik.

Mereka berdua sampai di bus, nenek itu melompat dan bus hendak berjalan. Polisi itu masih setia dibelakang bersama kernetnya.         

Polisi itu diam saja, ia tak begitu menanggapi kata-kata nenek sebelum melompat ke bus tadi.

Kernet ikut lompat dan bus berjalan melewati perempatan ke arah Batu Besar.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar