1. Sinopsis
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

Cerita ini menceritakan seorang nenek, yang setelah dirawat di rumah sakit, ia terbangun dan tak ada siapa-siapa disampingnya. Ia keluar sendiri dan tiba-tiba ingin pulang. Bukan ke rumah yang sekarang, tapi rumah yang sudah menghilang 50 tahun lalu. Bertempat di sebuah kota yang berjarak 60km jauhnya dari rumah sakit ini. Tak membawa uang tak membawa apa, ia nekat berjalan kaki.

Setelah keluar dari Kamar Rawat, nenek menemui keluarga orang yang bersuka cita menyabut kelahiran dan keluarga orang berduka ditinggalkan kematian. Lalu ia keluar, berjalan, ia bertemu dengan anak-anak, kecil, masih sekolah. Mengingatkannya pada masa-masa kecilnya. Bertemu dengan orang bandel di sekolahan. Mengingatkannya juga pada masa kecilnya.

Hujan menjelang, ia berteduh. Saat berteduh ia bertemu dengan orang yang pacaran. Mengingatkannya pada masa lalu. Lalu tiba-tiba seorang keluarga menanyainya dan rela mengantarnya dibalik hujan ke pemberhentian bus di tengah jalan. Ketika itu juga, ia diberikan uang oleh keluarga itu, keluarga baik-baik.

Ketika nenek ingin naik bus, ia tiba-tiba ingin beribadah. Akhirnya nenek turun dan beribadah di rumah ibadah tepi jalan. Sesuatu yang mengingatkannya pada suaminya. Suaminya mati 50 tahun lalu. Dalam keadaan jahat yang menurutnya mungkin akan sulit diampuni oleh Tuhan. Ia merasa kasihan, dan itu selalu menggangu pikirannya. Kenapa tidak sempat ia bertobat ia sesali. Namun karena ditemani pemuka agama, ia akhirnya tenang.

Nenek hendak naik bus, ia bertemu dengan bocah-bocah gelandangan yang belum makan. Akhirnya nenek-nenek itu memberikan semua uangnya. Lalu naik bus tanpa uang sepeserpun. Ketika ingin membayar, nenek itu tidak punya uang. Walhasil seorang tentara yang duduk disampingnya membayarkan uang untuknya.

Tentara itu bukan tentara yang sehat jiwanya. Katanya ia merasa menjadi orang yang jahat di dunia. Membunuh beberapa orang yang menakutkan. Nenek itu terus terang teringat suaminya, tapi dalam konteks yang berbeda. Suaminya mati dibunuh orang di tepi jalan. Ia tak tahu siapa yang membunuhnya, apakah lawan bisnisnya, atau apa.

Lalu setelah tentara itu turun, seorang kakek muncul dan bercengkrama. Kakek itu teman lama suaminya. Ingin sekali bagi kakek itu untuk berkata tidak perlu disesali, memang begitulah adanya. Karena nenek itu sempat ingin bunuh diri di tepi jalan dengan menabrakkan diri ke truk dulu. Tapi ternyata, ia tak bisa.

Nenek itu sempat hilang, kakek itu mencarinya kemana-mana termasuk ke pusara suaminya. Ternyata, ia tak disana. Cucunya yang datang menjemput, menemuinya yang ternyata ada di rumah ibadah. Dengan tenang, ia sekarang sudah bisa mengikhlaskan apa yang terjadi pada suaminya dulu, saat ini, dan masa depan. Bersama cucunya ia tenang dan berharap hidup seperti biasa layaknya orang pada umumnya.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar