3. Skena 2 Jalanan
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

Eksterior Depan Rumah Sakit

Hari masihlah pagi, beberapa orang terlihat duduk-duduk di motor yang diparkir di halaman rumah sakit.

Orang-orang yang tertidur diatas tikar dibawah pohon taman juga terlihat menyebar.

Nenek itu berjalan membungkuk sambil menyapa semua orang satu persatu saling mengangguk.

Nenek itu berjalan pergi keluar gapura ke jalan raya.

Jalan Raya

Jalan raya, nenek itu berjalan dengan tenang. Pagi-pagi ia melihati bocah-bocah berangkat sekolah dengan riang.

Bocah-bocah SD yang berjalan kaki menyapa nenek dengan suara kecilnya.

Bocah-bocah SMP dengan sepeda menyapa mengangguk.

Bocah-bocah SMA menyapa dengan sepeda motornya.

Nenek itu berjalan terus sambil menikmati aroma pagi hari.

Jalanan ramai dengan orang-orang yang belanja di tukang sayur, menyapa nenek itu. Nenek itu menyapanya ramah.

Jalanan semakin ramai semakin siang, nenek itu tetap saja berjalan membungkuk.

               Nenek

               Berangkat sekolah nak?

               Anak-anak

               Iya nek, mari nek.

               Nenek

               Iya

Nenek terus berjalan, berjalan, dan berjalan. Sambil membungkuk, ia terus berjalan.

Ekst. Jalanan

Nenek itu berjalan, lelah ia mengusap-usap keningnya. Bertemu dengan beberapa bocah SD yang bersiap berangkat ke sekolahnya.

Mereka rapi-rapi menggunakan baju SD. Namun nenek itu memerhatikan dua orang.

Bocah laki-laki dengan adiknya perempuan kecil. Bocah laki-laki itu murid SD, sedang adiknya masih belum sekolah.

Bocah laki-laki itu menggunakan tas, baju seragam, dan sepatu. Sedang adiknya, memakai kaos, sandal, namun membawa tas.

Terlihat dari kejauhan adik perempuannya menarik kakaknya pergi ke sekolah, sedang kakaknya ogah-ogahan.

Adik dan kakak itu saling berdebat, saling tarik menarik tas. Nenek itu memerhatikan dari jauh.

Hingga adiknya tiba-tiba menangis, membuang tasnya dan berlari kearah nenek itu sendiri. Kakaknya dibelakangnya mengejar.

               Adik

               Nenek, nenek, lihatlah kakak. (Sambil mengucek matanya)

               Nenek

               Ada apa?

               Adik

               Aku tidak boleh ikut sekolah.

               Nenek

               Kenapa?

               Adik

               Tidak tahu, aku benci kakak.

Nenek tersenyum, ia melihat Adik dengan wajah yang tenang.

Kakaknya menyusul dibelakangnya.

               Kakak

               Kamu dirumah saja, bermain dirumah saja.

               Adik

               Aku tidak mau dirumah

               Kakak

               Aku ingin sekolah.

               Adik

               Aku ikut.

               Kakak

               Tidak boleh

               Adik

               Kakak jahat. (ia berlari kebelekang nenek sambil menangis)

               Nenek

               Ada apa memangnya jika adikmu ikut?

               Kakak

               Aku malu.

               Nenek

               Malu kenapa?

               Kakak

takut ditertawakan teman-teman.

Nenek itu tersenyum. Tas yang dibuang dan berserakan tadi dibereskan oleh nenek. Dimasukkan semuanya, buku, bolpen, buku gambar.

               Kakak

               Ayo pulang saja. Aku tidak sekolah.

               Adik

               Kenapa?

               Kakak

               Jika aku tidak sekolah. Apa kau juga mau sekolah?

               Adik

               Tidak, (jawabnya pasrah).

               Kakak

               Yasudah, mari pulang.

               Nenek

               Jangan pulang, ini masih pagi. Dimana sekolahmu, ayo kuantar.

               Kakak

               Nggak nek, pulang saja.

               Nenek

               Ayo. Adikmu lho baik. Kau akan jadi anak yang baik kan disekolahan?

               Adik

               Iya, aku akan menjadi anak yang baik.

               Nenek

               Lihatlah, dia akan menjadi anak yang baik

Kakak itu diam, ia kesal dengan nenek itu. Nenek itu tak membelanya.

Nenek memerhatikan kakak itu, tenang lalu tersenyum.

               Nenek

               Yasudah, sekolahlah nak, aku akan menemani adikmu.

Kakak itu berjalan pergi duluan. Nenek itu memberikan tasnya pada adiknya berjalan mengekor dibelakang.

Lumayan jauh mereka berjalan, namun bocah perempuan itu terlihat riang berjalan dibelakang.

Tapi kakaknya terlihat diam tak memerhatikan.

Bocah itu diam dan berjalan kedepan apa adanya. Mereka sampai di sekolahan SD.

Ekst. Depan Gerbang SD

Kakaknya masuk kedalam gerbang, dengan beberapa teman yang sudah menyambutnya. Melihat itu, tiba-tiba adiknya diam ketika kakaknya masuk.

               Nenek

               Ada apa?

Adik itu diam saja.

               Nenek

               Yasudah, kita tunggu disitu saja ya. (Tunjuk nenek pada pohon di depan sekolahan)

Adik itu mengangguk dan bersiap berjalan kesana.

Suara lonceng dan kentongan terdengar lumayan keras. Bocah-bocah SD masuk kedalam

Adik itu bermain-main riang, diatas pasir dan rumput dan tertawa-tawa.

               Adik

               Nek, nenek waktu kecil juga sekolah?

               Nenek

               Sekolah

               Adik

               Menyenangkan?

               Nenek

               Menyenangkan.

               Adik

               Kenapa ya aku kok tidak boleh masuk ke sekolahan?

               Nenek

               Boleh, siapa yang bilang tidak boleh.

               Adik

               Kata kakak tidak boleh.

               Nenek

               Kakakmu memang bilang tidak boleh, tapi sebenarnya boleh kok. Dulu nenek kalau sekolah malah mengintip dari jendela.

               Adik

               Kenapa nek?

               Nenek

               Karena nenek belum bisa sekolah. Nenek gak punya uang.

Adik itu tetap bermain, di depan sekolahan ia bermain-main apa adanya.

Hari lumayan siang dan beberapa penjual bergerombol datang ke depan gerbang.

Adik itu memandangi beberapa penjual itu. Ia lalu memandangi nenek itu.

               Adik

               Aku ingin itu nek (katanya sambil menunjuk penjual)

               Nenek

               Oh kau tidak ingin sekolah?

               Adik

               Tidak

               Nenek

               Kenapa?

               Adik

               Aku pengin mainan

               Nenek

               Sekolah itu bermain. Ayo kuantarkan main. Kita intip kelas dari luar.

Adik itu diam, nenek berjalan menyebrang jalan masuk gapura. Adik itu sebenarnya tidak mau.

Sedikit malas, dan berdiam diri. Adik itu akhirnya berjalan menyebrang. Nenek itu menyambutnya dengan senyum rekah.

Mereka masuk ke sekolah.

Ekst. Luaran Kelas

Nenek dan Adik mengintip pembelajaran dari luar. Adik itu mengeluarkan tas dan seolah-olah ikut belajar seperti murid.

Nenek itu menghibur disampingnya. Mengajarinya mengeja kata yang ada di buku-buku bekas kakaknya.

Tiba-tiba seorang guru menghampiri.

               Guru

               Ada apa ini? (tanyanya ramah)

               Adik

               Saya ingin belajar

Nenek berdiri dan beramah pada gurunya

               Nenek

Ini, kakaknya sekolah. Dia pengin ikut, tapi kakaknya malu. Saya tadi menunggu didepan, siapa tahu nanti kakaknya pulang.

               Guru

               Oh, kakaknya kelas berapa dik?

               Nenek

               Kelas dua

               Guru

               Ayo ikut saya, nanti biar ikut belajar di kelas satu.

Akhirnya guru dan adik itu berjalan pergi, nenek dari kejauhan menyapa dengan senyum rekah. Adik itu juga membalas dengan senyum manisnya. Adik tadi masuk kelas.

Nenek itu pergi, berjalan keluar gapura, 

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar