5. Skena 4 Lari-lari
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

Hari mulai mendung, langit terlihat gelap. Nenek memandangi langit dengan menutupi dahinya. Agar tidak silau.

Nenek berhenti berjalan dan melihati langit yang gelap tiba-tiba menurunkan hujan.

Nenek berbelok ke sebuah rumah tutup dengan teras didepannya.

Rumah ini ditengah jalan, sekitarnya, tak ada rumah lagi. Cuaca sudah gerimis.

               Nenek

               Mohon untuk ikut numpang berteduh nak, (teriak sekenanya dari luar).

Dua remaja terlihat berlarian dengan tenang dari kejauhan. Tiba-tiba berbelok keteras dan ikut serta bersama nenek.

Dua bocah itu menyapa dan nenek itu membalas sapaannya.

               Nenek

               Mau kemana?

               Remaja A

               Dari lari-lari nek.

               Nenek

               Wah, iya, masih hujan. Disini saja.

               Remaja A

               Ya, nek. Itung-itung mengistirahatin kaki,

Nenek itu diam senang mendengarnya.

Dua remaja itu terlihat berdebat, entah untuk apa. Tapi saling sikut sebentar ada diantara mereka.

               Remaja B

               Kamu panggilin pacarmu untuk menjemput kita.

               Remaja A

               Naik apa? Orang dia nggak bisa naik motor

               Remaja B

               Ya gimana-lah gitu caranya. Kan rumahnya dekat sini.

               Remaja A

               Alah gausah, kita tunggu saja. Bentar lagi paling reda.

Remaja B mengangguk, lalu mereka terlihat duduk menyelonjorkan kaki.

               Remaja B

               Pendaftaran Bulan ini, kira-kira kita bisa kejar target berlari apa nggak ya?

               Remaja A

               Nggak tahu.

               Remaja B

               Lah, gimana? Bukannya kita harus memenuhi target.

               Remaja A

               Ah, gue males narget-narget segala.

               Remaja B

               Lah, aneh banget. Semua orang butuh target.

               Remaja A

Kagak gitu. Yang penting memaksimalin diri, nguatin diri. Entah melewati target atau nggak, itu urusan nanti.

               Remaja B

               Untung-untung kalau lewat, kalau nggak. Kalah lah kita.

Remaja A terlihat diam, ia resapi dalam-dalam kata-kata Remaja B.

               Remaja B

               Target itu untuk pelecut. Ah aneh lu. Kita harus 6 kali putaran 12 menit.

               Remaja A

               Iya, tapi itu akan membuatku puas.

               Remaja B

               Puas itu manusiawi.

               Remaja A

               Nggak gitu, kan kita masih bisa mengembangkan diri.

               Remaja B

               Ya tinggal targetnya ditingkatkan.

               Remaja A

               Nah, justru itu, aku ingin meningkatkan potensi. Nggak usah pakai target-target.

               Remaja B

               Terserah lah.

Remaja A dan B itu saling diam. Remaja B berdiri dan melihati langit dari ujung teras.

Remaja A berdiri dan meloncat-loncat streching rajin didepan rumah orang.

               Remaja B

               Ini hujannya lama kelihatannya.

Remaja A tidak menanggapi. Ia masih meloncat-loncat.

Nenek itu diam saja, ia memerhatikan dua orang itu sedari tadi.

Remaja A, melakukan streching sebentar dan ingin beramah tamah dengan nenek didepannya.

               Remaja A

               Mau kemana nek?

               Nenek

               Pulang nak.

               Remaja A

               Rumahnya mana nak?

               Nenek

               Situ (ia menunjuk ke arah ujung jalan)

               Remaja A

               Oh, dibawah bukit.

Nenek hanya mengangguk.

               Nenek

               Hendak daftar apa memangnya? Kok lari-lari?

               Remaja A

               Hendak daftar tentara.

Nafas nenek itu terhembus cukup berat, tapi ia tetap tersenyum. Ada yang disembunyikan.

Sorot mata nenek itu sayu, memandangi jalan sekitar.

Di depan teras rumah orang yang hujan deras itu. TIba-tiba seorang perempuan datang dengan menggunakan payung.

Remaja A kaget melihatnya.

               Remaja A

               Kok bisa tahu kita disini?

               Remaja Perempuan

               Iyalah, aku tahu.

               Remaja A

               Tahu darimana?

               Remaja Perempuan

               Tahu dari hatimu

Remaja A terlihat terganggu dengan ini. Memang dia tahu darimana sebenarnya.

               Remaja Perempuan

               Aku tahu dari hatimu, bener, sumpah.

Remaja A akhirnya mengangguk.

Nenek itu tersenyum.

Remaja perempuan itu berjalan ke ujung teras dan melihat hujan. Ternyata hujan cukuplah deras.

Beramah-tamah, perempuan itu mengangguk melihat nenek itu.

               Remaja Perempuan

               Mau kemana nek?

               Nenek

               Pulang

               Remaja Perempuan

               Rumahnya mana nek?

               Nenek

               Situ (menunjuk ujung jalan.)

Remaja perempuan itu berjalan ke pacarnya dan membisikinya sesuatu. Lalu, mereka tiba-tiba berjalan pergi dengan payungnya dibawah hujan.

Remaja B ikut membuntut dibelakangnya. Dengan payung yang tidak terlalu besar itu, mereka bertiga bergerombol di dalam payung.

Tiba-tiba, Remaja B mendorong Remaja A agar sedikit menyingkrih. Dari teras ini, dorong-dorongan itu terlihat.

Hingga akhirnya ketiga remaja tadi terjatuh, bergelimpangan dan basah. Semua terlihat tertawa bahagia. Malah bermain air karenanya.

Nenek itu memandangi dengan senang.

Remaja Perempuan tadi tiba-tiba berlari ke teras, menghampiri nenek tadi. Sambil membawa payung yang basah.

               Remaja Perempuan

               Nek, pakai saja payungnya. Tidak usah sungkan. Dirumah masih ada banyak.

               Nenek

               Tidak usah, sebentar lagi terang kok.

               Remaja Perempuan

               Pakai saja. (Menaruh payung lalu berlari meninggalkan nenek itu)

               Nenek

               Terimakasih (berteriak)

Remaja perempuan itu hanya melambaikan tangannya sambil berlari-lari bersama dua remaja tadi.

Tapi hujan masihlah deras. Deras sekali. Bahkan angin menambahnya deras.

Beberapa truk dan mobil-mobil lewat. Pemotor dengan mantel juga terlihat melintas. Namun jarang-jarang.

Nenek itu melihat jam yang terpasang di dinding teras. Lumayan lama juga ia disini.

Nenek itu akhirnya membuka payung basah dan berupaya berjalan diantara hujan.

Hujan semakin deras. Nenek kadang berani, kadang juga tidak. Beberapa sambaran guntur juga membuatnya bingung.

Langkahnya bingung, namun sudah ia pasang payung di punggungnya yang bungkuk.

Lampu dari dalam rumah yang ia tumpangi tiba-tiba menyala. Perasaannya tak enak.

Nenek itu memandangi rumah dengan raut sedih. Ia berjalan dengan payungnya pergi sekenanya.

Belum sempat pergi, pintu rumah itu tiba-tiba terbuka. Seorang laki-laki paruh baya keluar sambil mengucek-ngucek matanya. Meregangkan badan sambil bangun tidur.

               Laki-laki

               Kemana nek? Masih hujan loh

               Nenek

               Mau pulang. Maaf kalo saya mengganggu.

               Laki-laki

               Mengganggu apa. Malah saya senang bisa membantu. Disini saja, tenang dulu.

Nenek itu tidak jadi melangkah keluar. Ia berjalan masuk kedalam dan laki-laki itu mengeluarkan kursi plastik dari dalam rumahnya.

               Laki-laki

Mah, mamah. Tolong buatin teh hangat ya (teriaknya di dalam rumah)

Laki-laki itu memersilahkan nenek itu untuk duduk.

               Laki-laki

               Pakai gula nek?

               Nenek

               Tidak usah repot-repot.

               Laki-laki

               Tidak pakai gula buk. (Teriaknya)

               Nenek

               Maaf, saya lagi puasa.

               Laki-laki

               Oh, baik nek maaf.

Laki-laki itu berjalan pelan masuk kedalam rumah, keluar lagi membawa kursi dan mendudukinya.

               Laki-laki

               Mau kemana lho sebenarnya nek?

Laki-laki itu mengeluarkan rokoknya. Menaruh di bibir dan menyulutnya.

Tapi sayang, koreknya mungkin mampet. Akhirnya rokoknya tidak berbunyi, ia menyimpannya lagi di kotaknya.

               Nenek

               Pulang

               Laki-laki

               Rumahnya mana nek?

               Nenek

               Disana (ia menunjuk ujung jalan)

               Laki-laki

               Dimana nek tepatnya?

               Nenek

               Di bawah batu besar

Laki-laki itu terhenyak. Batu besar sangatlah jauh darisini.

               Laki-laki

               Itu jauh lho nek, jauh sekali.

               Nenek

               Ya nggak-lah. Mungkin nanti malam sampai.

Laki-laki itu menggaruk-garuk pelipisnya.

               Laki-laki

               Naik apa memangnya nek?

               Nenek

               Jalan kaki.

               Laki-laki

               Allahu Akbar. Jauh lho nek. Kenapa tidak naik bus saja.

               Nenek

               Tidak, saya ingin jalan kaki kok memang. Lagipula, saya nggakpunya uang.

Laki-laki itu terlihat bingung dan menggaruk-garuk rambutnya.

               Laki-laki

               Nenek tadi darimana memangnya?

               Nenek

               Dari rumah anak, terus ke rumah sakit. Saya juga nggak ingat.

               Laki-laki

               Batu Besar itu jauh loh nek. Sudah berjalan darimana saja tadi memangnya?

               Nenek

               Dari rumah sakit

               Laki-laki

               Rumah sakit mana?

               Nenek

               Rumah sakit yang disamping sungai ituloh.

               Laki-laki

               Hah? Nenek tadi berjalan darisana?

               Nenek

               Iya.

               Laki-laki

               Allahu Akbar. Jarak darisini kesana, ada 20 kilometer loh nek.

Tiba-tiba, seorang perempuan muncul dari pintu sambil membawa teh yang ingin disuguhkan.

               Laki-laki

               Nenek iniloh, dari Rumah Sakit Sungai Panjang sana, mau ke pulang, jalan kaki.   

Perempuan itu tertegun kaget.

               Perempuan

               Memangnya mau kemana nek?

               Nenek

               Batu Besar.

Perempuan itu kaget.

               Perempuan

Diantar saja yok nenek ini. Sampai ke perempatan pos polisi saja. Nanti disana Nenek bisa naik bus.

Laki-laki

Iya, nanti saja ya nunggu terang.

Perempuan

Jangan. Kelamaan nanti. Ayo

Perempuan itu masuk kedalam rumah, laki-laki itu tetap tenang namun ia masih tak percaya.

Perempuan itu keluar dari daun pintu rumah. Bersama laki-laki kecil dan perempuan kecil, perempuan itu mengunci pintu depan dan membawakan kunci mobil pada suaminya.

               Perempuan

               Ayo berangkat, ayo sekarang.

Laki-laki itu berdiri dari duduknya, berjalan pergi ke belakang rumah.

Terdengar suara raungan mesin mobil van khas orang desa, dan mobil itu berjalan didepannya.

               Perempuan

               Kamu masuk dulu ya, (katanya pada kedua anaknya yang membuka mobil dan masuk sendiri)

               Ayo nek masuk.

Nenek itu diam

               Nenek

               Tidak usah, terimakasih, saya sangat berterimakasih. Tidak usah. Saya nanti tak berjalan saja.

               Perempuan

Ayolah. Nanti anak nenek pasti nyariin. Ayo makanya sekarang nenek harus sampai rumah segera.

Nenek itu tetap diam, tertegun. Akhirnya perempuan itu datang dan menuntunnya ke mobil.

Sempat ogah-ogahan, tapi nenek itu akhirnya mengikuti apa yang dibicarakan orang itu.

Nenek masuk di kursi tengah, sedang bersama perempuan tadi. Sedang anaknya yang perempuan duduk dibelakang, yang laki-laki duduk disamping bapaknya.

Mobil berjalan pergi diantara hujan.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar