Her Podcast Case
5. Mulai Belajar

17. INT. GEDUNG PERKANTORAN — SIANG

Cast : Aryand, Kayana, Sofi(40) dan Leo(35)

Kayana berjalan memasuki sebuah gedung perkatoran di daerah Sudirman. Pakaiannya terlihat lebih formal dari biasanya, dengan kemeja putih, blazer hitam, celana panjang bahan berwarna hitam dan sepatu hak hitam setinggi 5cm. Rambutnya yang panjang dibiarkan tergerai bebas, makeup tipis membuat wajahnya terlihat segar dan kemerahan. Kayana terlihat semakin formal, dengan menjinjing tas laptop berwarna hitam.

Di lobi gedung, Aryand berdiri dan berjalan ke arah Kayana, saat melihat Kayana melewati keamanan untuk meninggalkan tanda pengenal. Mereka duduk di sebuah sofa gedung dan mulai bercakap-cakap dengan santai.

Aryand :
Elo terlihat formal sekali, Kay.
Kayana :
Bukannya meeting kali ini sifatnya formal? (tersenyum kaku)
Aryand :
(tertawa) Santai saja, Kay. Kita kan sudah pernah bertemu. Gua bukan alien.
Kayana :
(tersenyum dan terlihat lebih santai) Mau mulai meeting dimana, Ar?
Aryand :
Mau minum dulu gak, pesan aja di dalam.
Kayana :
Terima kasih. Kebetulan gua bawa minum di tas. Kita mulai meeting sekarang saja?
Aryand :
Kay, gua ada undangan podcast di atas, ikut dulu yuk. Serli bilang, kalau elo mau jadi penyiar kan? ini kesempatan yang bagus.
Kayana :
Kesempatan yang bagus? tapi gua cuma lihat aja kan?
Aryand :
Ikutan dong, kasih komentar, kasih saran, kasih pandangan. Untuk apa jauh-jauh kesini kalau cuma nonton? (tersenyum)
Kayana :
(tampak tidak percaya) Mau bicara apa? gua belum siap apa-apa, Ar. (tampak agak gugup)
Aryand :
Santai, topiknya tentang hal umum kok. Intinya, kita bicara kepada remaja dan pemuda dewasa, tentang isu-isu yang umum terjadi. Aku rasa kamu akan dengan mudah beradaptasi.
Kayana :
Mereka gak merasa aneh kalau tiba-tiba gua datang?
Aryand :
Mereka sudah tahu kalau bintang tamunya 2 orang. By the way, setelah Podcast kita gak langsung pulang, ikut meeting sama mereka untuk mempersiapkan thema bulanan. Sekalian belajar, Kay.
Kayana :
(tampak sangat bersemangat) Ya ampun, sampai gak tahu mau bilang apa (tertawa)
Aryand :
Tinggal bilang iya, gampang kok (tertawa)
Kayana :
Terima kasih Ar, you have no idea how much this means to me.
Aryand :
No, I know. Serli sudah banyak cerita.

Seorang wanita melambaikan tangan ke arah Aryand dan Kayana. Mereka segera berdiri dan menghampiri wanita tersebut. Setelah saling bersalaman, Aryand dan Kayana mengikuti wanita tersebut menuju ke arah lift.

Mereka keluar dari lift dan masuk ke salah satu suite yang ada di dalam gedung. Wanita tadi mendorong sebuah pintu kaca, menuju sebuah ruangan yang cukup luas dan terang. Ada sebuah meja coklat panjang, dengan peralatan podcast di atas meja. 4 buah headphone dan mikrofon besar, dengan filter suara di depannya, di letakkan di atas meja. 1 buah LED TV berukuran 54 inch, hanya menampilkan tulisan KAILEE PODCAST, diletakkan tidak jauh dari meja panjang tersebut. 3 buah kamera, menghadap ke arah meja podcast, sudah terpasang dan disesuaikan dengan semua posisi pembicara. Setelah Aryand dan Kayana dipersilahkan duduk, wanita tersebut meninggalkan ruangan.

Aryand duduk dengan santai, sedangkan Kayana berusaha mengusir kecanggungannya dengan mengakses ponselnya. Tidak berapa lama, seorang wanita masuk membawa 4 botol air mineral dan diletakkan di atas meja, lalu keluar dari ruangan. Tidak lama, seorang wanita, dengan postur tubuh agak gemuk, mengenakan baju terusan berwarna merah marun, masuk ke dalam ruangan bersama seorang lelaki dengan postur kurus tinggi. Aryand dan Kayana langsung berdiri menyambut mereka.

Sofi :
(menyalami Aryand) Aryand, terima kasih sudah datang (suaranya terdengar tegas)
Aryand :
Sama-sama. Terima kasih untuk undangannya. Ini Kayana, partner kerjaku.
(Kayana terlihat agak salah tingkah)
Sofi :
(menyalami Kayana) Hi Kayana, namaku Sofi. Terima kasih ya sudah datang. Ini Leo, partner podcastku.
Kayana :
Hi Sofi, sama-sama.
(Leo menyalami Kayana dan Aryand)
Leo :
5 menit lagi kita mulai. Silahkan duduk. (suaranya terdengar ramah dan lembut)
(Aryand menunjuk botol minum di hadapannya, meminta ijin untuk mengambil)
Leo (CONT'D) :
Iya, silahkan.
Aryand :
Terima kasih.
Sofi :
Kay, silahkan diminum.
Kayana :
Iya, terima kasih Sofi.

Seorang wanita memberi kode bahwa podcast sudah siap dimulai.

Sofi :
Hari ini bikin semangat banget, cuaca cukup cerah, mood terasa lebih keangkat dan jalanan lebih sepi dari biasanya. Kalau kamu bagaimana Leo?
Leo :
Sorry Sofi, sepertinya aku merasa hari ini sama saja. Tidak ada yang istimewa, tapi semua berubah saat aku sudah duduk manis di ruangan KAILEE Podcast. (suaranya terdengar lebih ceria)
Sofi :
Selamat datang ke acara podcast kami. Hari ini ada 2 tamu keren banget, yang menyempatkan waktu untuk datang dan berbagi dengan teman-teman remaja dan pemuda di luar sana.
Leo :
Selamat datang untuk Aryand dan Kayana (tersenyum lebar ke arah bintang tamu)
Kayana dan Aryand :
Terima kasih (mengangguk dan tersenyum)
Leo :
(menoleh ke arah Sofi) Topik kita hari ini apa, sof?
Sofi :
Mengenal gambar diri yang benar. Tim, keren banget tema hari ini.(melihat ke arah samping, keluar area kamera)
Leo :
Setiap tema selalu kamu bilang keren, Sof. (tertawa)
Sofi :
I respect them. They work so hard.
Apa itu gambaran diri, Leo?
Leo :
Gambaran diri adalah citra diri, citra diri adalah...apa Sof?
Sofi :
Aduh, dilempar lagi. Menurut yang aku tahu, gambaran diri adalah cara seseorang untuk memandang dirinya sendiri, dari segi fisik, sosial dan psikologis.
Leo :
Apa yang membuat gambar diri seseorang rusak?
Sofi :
Dosa. Dosa membuat seseorang melihat dirinya sebagai orang yang tidak layak, gagal, tidak baik, dan lain sebagainya.
Nah...menurut yang gua dapat dari tim hari ini, salah satu penyebab gambar diri yang salah dan...cukup sering ada di masyarakat adalah masalah keluarga.
Leo :
Aku mau tanya ke bintang tamu. Adakah luka dari masalah lalu, yang dirasakan sampai sekarang dan mempengaruhi citra diri kalian?
Aryand :
Gua sempat kepikiran satu hal, perkataan orang tua. Waktu gua kecil, bokap sering banget bilang gua gak seperti adik gua, yang juara kelas, pendiam dan temannya banyak. Butuh waktu bertahun-tahun untuk gua bisa keluar dari citra diri yang buruk.
Kayana :
(memperhatikan Aryand bicara dengan ekspresi bengong)
Sofi :
Saya ikut merasa simpati untuk yang pernah kamu rasakan, Ar.
Aryand :
(tersenyum) Terima kasih, Sof.
Aryand (CONT'D) :
Lo pernah gak Kay, merasa kondisi yang ada di keluarga lo, membuat elo minder?
Kayana :
(kaget ditanya tiba-tiba) Ada (jawabnya pelan) Orangtua gua sudah meninggal sejak gua kecil dan hal tersebut, sering membuat gua merasa kurang, dibandingkan dengan teman-teman. Gua merasa tidak layak untuk hal-hal tertentu.
Kayana (CONT'D) :
Ada yang mau gua tanyakan (dahinya tampak berkerut), kenapa dosa membuat kita tidak memiliki citra diri yang benar, karena...dalam kasus gua, kehilangan orang tua apakah itu dosa?
Aryand :
Menarik pertanyaan Kayana. (menjelaskan dengan tenang dan perlahan) Menurut gua, bukan kematian orang tua yang merupakan dosa, karena semua orang pasti akan meninggal cepat atau lambat.
Rasa iri, ketidakpuasan atau keinginan memiliki sesuatu yang dimiliki orang lain, tapi tidak kita miliki. Rasa itu semua yang adalah dosa.
Dosa dapat menyebabkan seseorang merasa tidak berharga, memiliki gambar diri yang buruk dan menilai dirinya begitu rendah.
Leo :
Ok... (tampak berfikir sejenak)
Sofi :
Lalu apa yang membuat dirimu sekarang bisa baik-baik saja Kay?
Kayana :
(terdiam dan tampak berfikir)
Sofi :
Aku asumsikan kalau kamu sudah berhasil mengatasi semua itu, bukan?
Kayana :
(tersenyum) Ini perjalanan gua dan belum tentu bisa sama dan benar di semua orang. Gua ingat, suatu hari ada teman yang mengatakan kalau pengenalan kita akan Tuhan, terkadang salah, karena terkadang kita melihat sifat Tuhan seperti orang tua kita. Kalau orang tua kita adalah tipe sifat A misalnya, maka kita menganggap hal yang sama kepada Tuhan.
(menarik nafas panjang dan terdiam sejenak)
Kayana (CONT'D) :
Saat itu gua merasa, mungkin ini sisi lain yang gua miliki karena tidak adanya orang tua, pengenalan gua direct ke Tuhan, tidak melalui orang tua. Sehingga Tuhan yang gua kenal adalah sosok yang penyayang dan sempurna.
(hening sejenak)
Aryand :
(mengangguk-angguk) Menarik. (berbicara dengan tenang sambil tersenyum lembut) Nah, menurut gua, hal yang paling penting untuk gambar diri kita yang benar adalah kedekatan hubungan kita dengan Tuhan, hubungan intim dengan Tuhan pencipta kita.
Leo :
Terima kasih Ar, sudah menjembatani topik tentang mengembalikan gambar diri yang rusak. Gua setuju, caranya adalah menjalin hubungan yang intim dengan Tuhan. Lalu, bagaimana caranya...?

Mereka masih bicara tapi suara sudah tidak terdengar lagi.

ZOOM OUT.

18. EXT. KEBUN BINATANG RAGUNAN — PAGI

Cast : Serli dan Kayana.

Serli dan Kayana berjalan melalui pintu masuk kebun binatang ragunan. Mereka tampak santai, memakai kaos dan celana jeans, beserta tas ransel untuk tempat makanan mereka. Mereka langsung menuju sebuah tempat yang mulai menjadi tempat favorit mereka, di bawah pohon dan menggelar koran sebagai alas duduk.

Serli :
Minggu lalu, lo jalan sama Aryand ya?
Kayana :
(memasukkan sandwich ke dalam mulutnya, sambil melirik Serli) Cuma meeting projek.
Serli :
He is good man, right?
Kayana :
(tampak kesal) Lalu, kenapa lo putusin?
Serli :
(terdiam sesaat) Gua dulu berfikir untuk memulai hidup yang baru dan mungkin Aryand orang yang tepat, tapi gua salah. Gua gak bisa, Kay.
Kayana :
Elo menyakiti hati orang lain dengan percobaan aneh lo.
Serli :
Gua sudah terbuka dengan Aryand dari awal dan dia memahami semua keputusan gua.
Kayana :
(heran) Dia gak tersinggung? gak merasa lo permainkan? gak merasa lo jadiin bamper?
Serli :
Satu hal tentang Aryand, dia orangnya baik banget. Dia gampang memaafkan orang dan ringan tangan, gampang nolong orang.
Kayana :
(menarik nafas panjang) Orang baik kok elo permainkan? Elo seharusnya bisa bahagia sama dia.
Serli :
Enggalah, karena...yang sebenarnya dia suka itu, elo Kay (tersenyum lebar ke arah Kayana) sejak pertama dulu kalian ketemu. Cuma lo kelamaan sadarnya.
Kayana :
(tersenyum sinis) Sinting, cari-cari alasan. Pasti ini semua karena obsesi aneh lo ke Wolof.
(mereka terdiam sesaat, sibuk dengan makanan dan pikiran masing-masing)
Kayana (CONT'D) :
Ini gak sehat Ser, lo harus berhenti mendekati Wolof, dia sudah berkeluarga.
Serli :
(berkata dengan tenang) Gua tidak melakukan hal yang salah. Gua tidak pernah menawarkan perasaan romens ke dia, gak pernah bertindak di luar batas, gua cuma menolong Wolof dan istrinya, sebisa gua.
Kayana :
Elo gak harus ketemu istrinya kan? kita bisa transfer uang yang kita mampu, selesai.
Serli :
Bukan seperti itu cara menolong sahabat. Selain uang, dia juga perlu kehadiran kita.
Kayana :
Tiba-tiba lo jadi sahabatnya Wolof? oh ya? seharusnya sahabat Wolof itu gua.
Serli :
Terus kenapa lo gak pernah jenguk istrinya? elo tahu bagaimana kesulitan mereka? elo lihat dengan mata kepala lo sendiri?
Kayana :
(melotot ke arah Serli) Kita sudah pernah mau jenguk istrinya dan Wolof menolak, ingat kan?
Serli :
Terus...elo menyerah? (tersenyum meledek)
Kayana :
(tertegun sesaat lalu membuang pandangan ke arah lain) Jangan cari-cari alasan Ser. Elo juga gak bilang kalau bantuan dana itu dari kita berdua, cuma dari lo. Apa sebenarnya rencana lo? (suara melembut. Kayana kembali melihat ke arah Serli)
Serli :
(mengangguk-angguk) Ini satu hal juga yang mau gua omongin ke elo, Kay (mengeluarkan hp dari tasnya dan mulai memencet-mencet tombol untuk mengirim dana ke akun Kayana) Uang lo akan gua kembalikan bertahap, karena gak bisa semuanya langsung gua transfer.
Kayana :
Ser, apa sih maksud lo?! (kembali meninggi)
Serli :
(Memasukkan HP kembali ke tas) Sabar, jangan kesal dulu. Kemarin gua sempat cek biaya rumah sakit istri Wolof, sudah hampir lunas karena Wolof juga sudah dapat untung lumayan dari projek-projek.
Harga Rumah yang Wolof mau beli juga jauh di bawah bujet awal mereka, jadi gua sendiri bisa bantu Wolof.
Kayana :
(nada suara kembali meninggi) Elo gak ijinin gua bantuin Wolof? kenapa?
Serli :
(menjawab dengan lembut) Elo harus invest, Kay.
Ini yang gua pelajari dari Aryand.
Gua yakin hati lo yang terdalam pasti ingin sekali membantu Wolof, tapi kita gak bisa taruh semua uang di satu tempat. Elo harus invest duit lo, untuk masa depan elo, masa depan gua dan juga Wolof.
Kayana :
(terdiam dan tampak bingung) Mau gua invest kemana?
Serli :
Wolof pernah mengajak gua ketemu salah satu investor besarnya, namanya Chika. Mereka sedang mengumpulkan para investor untuk projek besar mereka dan kita bisa masuk.
Kayana :
Kita ikutan jadi investor? apa bisa?
Serli :
Gua sudah bicara sama Chika tentang elo dan dia setuju. Elo jadi investor, tapi secara hirarki bisnis, tetap Chika yang mengatur. Untuk detail-detailnya, besok lo dengerin aja sendiri.
Kayana :
Besok, kita ketemu Chika?
Serli :
(mengangguk) Semua udah gua daftarin, gua kan simpan data-data lo. Besok lo tinggal datang, duduk manis, dengerin dan tanda tangan surat perjanjian. Elo ikutin aja prosedurnya.
Kayana :
(suaranya melembut) wow, lo bahkan gak pernah bertanya ke gua. (tertawa kecewa)
Serli :
Kay, apa yang membuat elo kesal? bukankah kita harus saling menjaga? itu yang dulu pernah lo bilang ke gua kan?
Kesempatan ini datang gak gua sangka sama sekali, cuma karena gua temenin Wolof dan ngobrol-ngobrol sama Chika, akhirnya gua jadi tahu model bisnisnya Chika dan teman-temannya.
Gua juga baru tercerahkan tentang investasi, sejak gua dekat sama Aryand, dia orang yang tepat untuk menjaga lo. Gua mengandalkan kalian berdua, cayo (mengepalkan kedua tangan sambil tersenyum lebar).
Kayana :
(Tertegun agak lama) Hah? apa maksudnya? gua harus terima pacar lungsuran elo? elo gila ya?
Serli :
(tertawa geli) Terserah sih kalo sekarang lo gak mau, tapi gua yakin, lama-lama lo juga bakalan jatuh cinta sama Aryand. Dia itu tipe lo banget. Sekarang, Gua cuma mau meyakinkan elo, kalau suatu hari nanti apa yang gua bilang terjadi, gak perlu gak enak sama gua. Gua sangat merestui.
Kayana :
Lo aneh, aneh banget, mak comblang aneh...

Kayana masih terlihat ngomel-ngomel dan Serli tersenyum-senyum geli. Suara mereka sudah tidak terdengar dan perlahan kamera menjauh.

CUT TO:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar