Her Podcast Case
4. Jalan Keluar

14. INT. KANTIN DI GEDUNG PERKANTORAN - SORE

Wolof, Serli dan Kayana duduk di kantin, dengan gelas minuman di depan mereka. Wolof tampak gelisah dan sesekali mengetuk-ngetukan tangannya ke meja. Serli memegang tangan Wolof untuk menenangkan. Wolof segera membaca hp-nya, saat di dengar suara pesan masuk.

Wolof :
Dia gak mau ketemu kita.
Serli :
Si bang ade ?
(Wolof mengangguk. Dia mengelap dahinya yang sudah penuh dengan peluh)
Kayana :
Lalu, bagaimana penyelesaiannya?
Wolof :
Kita bayar pinalti, karena pemutusan sepihak dari perusahaan bang Ade. Gua udah tanda tangan persetujuan sama Bang Ade. (memukul pahanya sendiri dengan ekspresi kesal)
Serli :
Untuk dp yang sudah kita keluarkan, angus Lof.
Wolof :
(mengangguk sedih) Gua seharusnya mendengarkan elo, Kay. Gua gegabah dan anggap enteng. (menghembuskan nafas panjang lalu mengambil minuman di depannya)
Kayana :
Kita gak bisa ke atasannya si bang ade itu? kita minta mereka kasih keringanan ke kita.
Wolof :
(menggeleng) Rupanya projek ini cuma bang Ade dan tim-nya yang tahu. Projek ini sudah ditolak manajemen perusahaan bang Ade, karena masalah pinalti yang gak masuk akal.
Kayana :
Jadi dia cari orang yang bisa dijadikan kambing hitam kalau gagal, tapi kalau berhasil nama dia yang bagus. Licik juga itu orang. (geleng-geleng)
Wolof :
Masalah pinalti ini, biar gua yang urus, kalian gak usah khawatir. Mohon maaf, untuk dp yang pakai uang kalian, nanti gua ganti.
(semuanya terdiam sejenak. Wolof mengetuk-ngetukan kembali jari tangannya ke meja, dihembuskan nafas pendek berkali-kali)
Kayana :
(berdiri di samping Wolof dan menepuk pundak Wolof pelan) Lo jangan menyerah, Lof, sesusah apapun jalan di depan nanti. Bertahan ya, kita pasti bisa bangkit lagi.
(Wolof mengangguk sambil tangannya memegang tangan Kayana yang ada di bahunya. Tiba-tiba, Wolof menutup wajahnya dengan kedua tangan, dia terdengar menarik napas panjang beberapa kali. Tidak lama kemudian dia kembali melihat ke arah Serli dan Kayana. Matanya terlihat merah.)
Wolof :
Gua akan jual rumah gua, supaya kita bisa segera keluar dari krisis ini. Kita masih butuh modal yang besar, supaya bisa mengejar persyaratan dari investor. Tenang saja, gua masih ada beberapa projek yang cukup menjanjikan.
Serli:
Istri lo gimana ?
Wolof :
Dia sudah setuju dan mendukung gua. Lagipula, kami lagi butuh banyak uang untuk berobat istri gua.
Serli :
Istri lo kenapa ?
Wolof :
Dari checkup terakhir, dokter bilang dia ada tumor.
Serli :
Ya ampun ! (menutup mulut dengan tangannya)
(Kayana dan Serli saling berpandangan tanpa bisa berkata apa-apa. Kayana hanya bisa menepuk-nepuk bahu Wolof dengan pelan)

CUT TO:

15. EXT. KEBUN BINATANG RAGUNAN — PAGI

Cast : Serli dan Kayana.

Serli menggandeng Kayana berjalan melalui pintu masuk kebun binatang ragunan. Mereka tampak santai, memakai kaos dan celana jeans, beserta tas ransel untuk tempat makanan mereka. Mereka langsung menuju sebuah tempat di bawah pohon dan menggelar koran sebagai alas duduk mereka. Sambil menikmati makanan yang mereka bawa, Kayana dan Serli tampak asyik berbincang-bincang.

Serli :
Gua dapat orang untuk bantu kita.
Kayana :
Bantu kita? siapa?
Serli :
Aryand. Dia mau bantu modalin dan kasih link ke beberapa projek perusahaan besar. Menurut prediksi dia, paling lama setahun kita bisa memenuhi persyaratan dari calon investor kita.
Kayana :
Elo cerita tentang investor itu ke dia? (mengerutkan dahi)
Serli :
Bahkan kalau kita gak jadi dapat dukungan dari investor besar itu, Aryand mau investasi ke kita.
Kayana :
Bagus dong kalau begitu, kita gak usah repot-repot lagi cari-cari projek.
Serli :
Aryand suka bantu-bantu usaha yang baru merintis, jadi kita bisa sekalian di bimbing sama dia.
Kayana :
Apa Aryand mau jadi investor kita? pengalaman kita kan cuma projek-projek kecil.
Serli :
Sudah gua tolak untuk jadi investor, tapi bersedia kalau untuk tambahan modal dan bantu link. (tersenyum genit)
Kayana :
Tunggu dulu, lo pacaran sama Aryand?
Serli :
(mengangguk malu-malu) Makanya...gua tetap jaga jarak, supaya tidak mempengaruhi hubungan kita.
Kayana :
(Mengangguk-angguk sambil tersenyum lebar) Iya, gua ngerti sekarang. Selamat ya Ser. Tulus dari hati gua yang paling dalam, gua pengen banget lihat elo bahagia.
Serli :
(memeluk Kayana) You are the only my best friend, Kay.
Kayana :
(melepaskan pelukan) Traktir Ser, gua telphon Wolof dulu ya (mengambil hp dari saku celananya)
Serli :
(memegang tangan Kayana) Kay, jangan kasih tahu Wolof, please.
Kayana :
(mengerutkan dahi) Kenapa?
Serli :
Gak usahlah, dia punya masalahnya sendiri. Rasanya gak enak kalau kita happy-happy, padahal Wolof lagi kesulitan dengan kehidupan pribadinya. (menarik tangannya)
Kayana :
Iya sih, elo bener, tapi, lama-lama juga dia akan tahu sendiri. Kita infoin ke dia tentang bantuan dana aja, pasti dia happy.
Serli :
Nah, kalo itu kita harus kasih tahu Wolof. Nanti aja deh pas di rumah, sekarang kita nikmati tempat ini dulu.
Kayana :
(mengedarkan pandangan ke sekeliling area) Kayanya kok udah lama banget, sejak kita terakhir ke tempat ini (tersenyum ke arah Serli)
Serli :
Yah, itulah hidup Kay, kadang kita bisa bahagia, kadang sedih, kadang bahagia di dalam sedih.
Kayana :
(mengerutkan dahi) Kok bisa begitu? bahagia di dalam sedih? (tertawa pelan)
Serli :
(melihat ke arah Kayana) Kay, apapun yang gua lakukan nanti, jangan pernah benci gua, atau berhenti jadi sahabat gua.
Kayana :
Emang lo mau ngapain? ngerampok bank?
Serli :
Sesuatu yang...mungkin sangat salah di mata lo.
Kayana :
(tersenyum) Sahabat yang baik, akan menjaga sahabatnya untuk tidak melakukan hal yang salah. Memang apa sih yang mau lo lakukan?
Serli :
(tampak menerawang) Hidup gak selalu bisa sesuai harapan dan kadang, gua merasa terjebak dengan kekurangan-kekurangan gua sendiri. (menoleh ke arah Kayana) Selama kita bersahabat, cuma elo yang bisa menarik gua dari banyaknya jalan yang gak ada ujung.
Kayana :
Oh ya (tersenyum), gua tidak pernah tahu hal itu.
Serli :
Jalan kita masih panjang, Kay dan gua akan terus perlu elo, untuk menjaga gua.
Kayana :
Terus, gunanya elo buat gua apa? (berlagak galak sambil melotot)
Serli :
(tertawa) Gunanya gua? membuat elo untuk terus ingat, kalau elo orang yang baik.
Kayana :
(menepuk bahu Serli) Hidup memang tidak mudah, tapi kita bisa memilih jalan kita sendiri. Biasanya, yang benar selalu terasa sulit dan menyakitkan, tapi itu jalan yang benar.
Serli :
Mudah-mudahan gua bisa memilih jalan yang benar...(tersenyum ke arah Kayana, lalu membuang pandangannya ke arah lain dengan tatapan menerawang)

CUT TO:

16. INT TERAS RUMAH KONTRAKAN WOLOF — SORE

Cast : Wolof, Kayana dan Aryand

Kayana dan Wolof sedang ngobrol di teras rumah kontrakan Wolof. Mereka tampak santai dengan gelas kopi di tangan masing-masing. Tiba-tiba, pintu pagar rumah Wolof terbuka dan masuklah Aryand, mengenakan kemeja biru dan celana jeans. Dirinya terlihat segar dan cerah.

Aryand :
Hi Kay, hi Wolof...
Wolof :
(langsung berdiri) Hi Ar, ayo masuk.
Aryand :
Is Serli, here?
Wolof :
No, kalian janjian ketemu?
Aryand :
(duduk di sebelah Kayana, yang sedang bersantai di ubin teras rumah Wolof)
Sepertinya dia menghindari aku.
Wolof :
Lagi ngambek mungkin. Namanya juga pasangan, pasti ada berantem-berantemnya.
Aryand :
Kami sudah putus dari sebulan lalu. Aku cuma mau ketemu, menanyakan alasan dia yang tiba-tiba minta putus, tapi Serli selalu menghindar. Rasanya aneh, kami baru pacaran belum sampai setahun dan aku merasa semua baik-baik saja, tapi tiba-tiba dia minta putus.
(Kayana dan Wolof saling lihat-lihatan dan hanya diam, tidak tahu harus komentar apa)
Aryand (CONT'D) :
Maaf, aku jadi curhat. Aku hanya berfikir, kalian kan sahabatnya Serli, mungkin kalian bisa membantu aku, mencari tahu apakah Serli ada masalah?
Kayana :
(menggeleng) Kami bahkan...baru tahu kamu sudah putus dari Serli.
Wolof :
(menepuk bahu Aryand) Its ok, bro. Mungkin dia ada masalah pribadi yang harus dia selesaikan. Coba berikan waktu untuk Serli berfikir.
Aryand :
Aku sebenarnya tidak enak mencari dia sampai seperti ini, tapi selain masalah hubungan, aku juga ingin menanyakan masalah kerjasama kita semua. Selama ini, aku berkomunikasi selalu dengan Serli. Tolong beritahu aku, bagaimana kerjasama kita ke depannya?
Wolof :
Aku rasa tidak akan ada masalah. Mengenai progress pekerjaan atau lain-lain, untuk sementara, bisa menghubungi Kayana. Maaf Ar, aku lagi fokus sama istri saat ini.
Aryand :
Its ok, semoga istri kamu segera membaik. Bagaimana kondisinya sekarang?
Wolof :
Tidak terlalu baik, tapi kami tetap optimis.
Kayana :
Nanti aku yang akan update kerjaan ke kamu, Ar.
Aryand :
Terima kasih, Kay. Aku jalan dulu ya, masih ada meeting sama perusahaan lain. Bisa kita atur meeting untuk lusa?
Kayana :
Ok, gak masalah. Kebetulan juga kita mau update ke Serli, tapi sekarang langsung saja ke Aryand.

Aryand berdiri dan berjalan ke arah pagar. Wolof ikut berdiri dan mengantar Aryand. Saat dia membuka pagar rumah Wolof, Aryand menoleh ke arah Kayana dan Wolof.

Aryand :
Projek kalian yang terakhir mendapatkan pujian dari klien, selamat ya. Aku belum pernah dapat rekan kerja seprofesional dan seteliti kalian. Aku harap, kita bisa terus bekerja sama, lepas dari masalah pribadi apapun.
Wolof :
(tersenyum lebar) Pasti Ar, kami yang berterima kasih sama kamu, karena sudah menolong dan memberikan kami kesempatan untuk bekerja sama.

Setelah Aryand pergi dari rumah Wolof, beberapa kali Kayana tampak ingin mengatakan sesuatu kepada Wolof, tapi ditahannya. Akhirnya Wolof yang memulai percakapan.

Wolof :
Nanti aku yang bicara dengan Serli.
Kayana :
Kamu tahu sekarang dia lagi dimana? Sejak kemarin sore, telphonku juga tidak nyambung ke Serli.
Wolof :
Tadi pagi dia menghubungi aku, katanya dia pulang kampung, mau ikut acara pemakaman adik ibunya.
Kayana :
Apakah sudah ada kabar dari calon investor lagi?
Wolof :
Waktu kita 1 tahun lagi dan dari pertemuan terakhir, mereka cukup puas dengan projek-projek yang sudah kita selesaikan.
Kayana :
Istri lo gimana kabarnya ? (tiba-tiba Kayana mengubah percakapan)
Wolof :
Kesehatannya makin drop seminggu ini, padahal bulan lalu sudah ada peningkatan. Kata dokter, mau dikasih resep baru dan dilihat reaksinya.
Kayana :
Keuangan lo masih aman, kan?
Wolof :
Sejak 3 projek terakhir, lumayan membantu. Kalau projek yang sekarang berjalan lancar, gua sama istri mau beli rumah baru. Tempatnya gak jauh dari sini.
(terdiam sesaat)
Wolof (CONT'D) :
Istri gua sebenarnya sudah mulai semangat, apalagi beberapa bulan terakhir ini ada Serli yang suka nemenin dia ngobrol. Istri gua jadi merasa terhibur.
Kayana :
Serli? (mengerutkan dahi) dia ketemu sama istri lo?
Wolof :
Iya. Dia juga kasih fee projek bagian dia, ke istri gua. Berkat bantuan dana itu, kita jadi lebih cepat nabung dan mau beli rumah baru.
Kayana (V.O) :
Aku dan Serli memang patungan untuk membagi fee kita untuk Wolof dan istrinya, tapi rencananya mau kita transfer.
Serli mendatangi istri Wolof? Dulu Wolof pernah menolak kami, saat ingin menjenguk istrinya.

Kayana diam saja mendengarkan perkataan Wolof. Wolof tetap berbicara, tapi tanpa suara. Perlahan kamera menjauh dan gambar mulai blur.

CUT TO:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar