Her Podcast Case
2. Konflik di udara

CONT.

Kayana :
Setuju Karen...pemikiran yang brilliant. Mungkin itu sebabnya, akhir-akhir ini, Karen sering tertangkap media, dekat dengan Nivo. Mau masuk partai?
Nivo :
Wah...wah, gosip hangat minggu ini. Karen mau masuk partai. Gimana non? (tertawa)
Karen :
Gua sih nunggu proposal penawaran dari ketum, Vo (tertawa)
Nivo :
Ok, nanti gua sampein deh. Jangan kaget aja, pagi-pagi ada orang dateng ke rumah lo bawa proposal.
Karen :
Kay, makin serius nih si Nivo. Bahaya nih, Kayanaaaa! (melotot sambil tertawa ke arah Kayana).
Nivo :
Bercanda Ren, kecuali kalo mau serius, kita siap serius juga nih.(tersenyum)
(Karen geleng-geleng kepala sambil tertawa)
Kayana :
Sebentar lagi pemilihan ketum baru, Apa akan ikut mencalonkan diri? (tersenyum ke arah Nivo)
Nivo :
Aduh, bisa jantungan nih datang ke podcast Kayana. Pak Ketum, maaf pak. Ini yang ngomong Kayana, bukan saya. (sambil melihat ke arah kamera)
Kayana :
Nivo, survey terakhir, nama lo paling atas. Ini juga pertanyaan netizen di luar sana. Will you ?
Nivo :
Marry who? (tertawa) Kalau gua sih, tergantung dari keputusan partai dan juga dukungan dari teman-teman. Kalau teman-teman meminta untuk maju, berarti ini tugas dan amanah dari teman-teman. Kalau tidak, tetap harus bekerja keras untuk kemajuan partai, yang sudah menjadi rumah kedua untuk gua.
Chika :
Vo, jawaban diplomatis ya (meledek)
(Karen dan Nivo tertawa)

Mereka masih bicara tapi suara sudah tidak terdengar lagi.

ZOOM OUT.

06. INT. RUANG MEETING — SORE

Cast : Kayana, Wolof, Serli, Chika, Virli, Tlina, Weni, Tika dan Parmin.

Kayana, Chika dan Virli duduk di ruang 'meeting'. Kayana tampak mengobrol dengan Chika sambil melihat ke arah laptop dan menunjuk-nunjuk layar laptop. Kayana tampak mengikuti instruksi Chika, dengan menggerakkan mouse dan mengetik di keyboard laptop. Virli tampak duduk agak jauh, sibuk dengan handphonenya.

Chika :
(menunjuk layar) Nivo diundang lagi, jangan di minggu kedua deh, ganti jadi bulan depannya. Partai dia kan akan mulai masa pemilihannya. Ditukar saja sama Kalina, pecinta lingkungan, yang ini Kay. Nah, yang ini dinaikkan ke atas aja, tukar sama Traveler, Bimo. Ok...iya, udah benar...
Kayana :
(mengarahkan mouse lalu mengetik beberapa kata) Ok, ada lagi Chik?
Chika :
Wolof mana, kok dia belum datang? Vir, coba hubungin Wolof (pandangan masih tetap ke laptop) Siapa sih yang bikin jadwal ini? (tampak kesal)
(Virli baru mau menjawab, langsung di sela oleh Kayana)
Kayana :
Tim yang bikin...
(Wajah Virli berubah sinis, mendengar perkataan Kayana)
Virli (V.O) :
Padahal dia yang bikin sendiri, gak mau dengerin tim, dasar egois. Giliran hasilnya ngaco, nyalahin tim. Gila nih cewek, gak ada malunya.
Chika :
Vir, Wolof udah lo hubungin? (menoleh ke arah Virli)
Virli :
(kaget) Iya bu, ini mau aku call. (buru-buru mengambil hp dan mencari nama Wolof dari kontak hpnya)
(saat Virli sedang men-scroll hp dengan jarinya, Wolof masuk ke dalam ruangan bersama Serli)
Wolof :
Hai Mbak, elo udah disini? Gua kira lo langsung ke tempat meeting. (mengambil tempat duduk di hadapan Chika)
Chika :
Lo lama banget sih, hampir habis nih kesabaran gua. Ini Kay, tuker sama nomor 4.
Wolof :
(tertawa pelan) Iya mbak, sorry. Tadi ada masalah sama beberapa mikrophon, gua cek satu-satu dulu.
Chika :
Lof, lo cek lagi nih, jadwal bintang tamu. Sesuaikan dengan kondisi masing-masing tamu.
Wolof :
Iya mbak, nanti gua cek lagi. Kita lagi kekurangan orang nih, mau cari orang baru.
Chika :
(melepaskan pandangannya dari laptop lalu menyederkan punggungnya ke kursi) (menoleh ke Virli) Vir, tolong telphon Pak Parmin dong, bawain makanan yang tadi gua kasih. Sama teh kopi juga.
Virli :
Ok bu, sebentar ya. (berdiri dan menuju telephon yang ada di ruangan. Dia pencet 3 nomor dan mulai bicara) Pak, Ibu Chika bilang, makanannya yang tadi dikasih ke Pak Parman, bawa ke ruangan meeting. Kopi dan tehnya juga sekalian ya. (tampak mendengar jawaban dari telephon, lalu menutup telphon).
Chika :
Panggil Tika, Tlina sama Weni sekalian, semuanya kesini deh. Ada yang mau gua omongin.
Serli :
Aku telphonin mereka dulu ya (berdiri dan keluar dari ruangan)

Kayana menutup laptop sambil lihat-lihatan dengan Wolof. Wolof mengangguk pelan, disambut dengan anggukan Kayana, seolah mengerti sesuatu. Tidak lama, Pak Parman masuk membawa kereta makanan. Ada 2 piring berisi mie goreng, 1 piring berisi jajanan pasar, piring-piring kosong beserta sendok garpu, Piring berisi pisang goreng dan gorengan lainnya, serta teko untuk teh dan kopi, beserta gelas-gelas kosong)

Wolof :
Waduh, ada acara apa hari ini? makanannya banyak betul.
Kayana :
Pak Parmin sekalian makan sama kita. Banyak nih pak, makanannya.
Pak Parmin :
(tertawa) tadi saya sudah dapat duluan dari Bu Chika, spesial request. Saya tinggal dulu ya, mbak Kayana, masih ada tugas.
Kayana :
O...h ok pak.

Pak Parmin keluar dari ruangan. Chika mengetuk-ngetukan jarinya ke meja, terlihat tidak sabaran. Kayana dan Wolof sesekali saling pandang dan melirik ke arah Chika. Virli tampak diam saja di tempat duduknya, sambil sibuk dengan hp-nya. Tidak lama kemudian, Serli masuk ke dalam ruangan bersama dengan Tlina, Weni dan Tika.

Chika :
(tersenyum lebar) Nah, semua sudah datang. Makan dulu deh, kita rapat sambil makan. Diambil dulu makanan dan minumannya.

CUT TO:

Semua orang sudah duduk, mengitari meja meeting. Piring berisi gorengan sudah pindah ke meja meeting. Beberapa orang tampak asik menyuap mie goreng dan gelas-gelas berisi kopi atau teh, sudah ada di depan para anggota tim. Wolof berdiri dan mengambil tahu dari piring.

Chika :
Gua langsung aja ya. Ada beberapa hal yang mau gua sampaikan disini. Pertama tentang perpindahan beberapa anggota tim. Kedua tentang progress dari podcast Graha Bincang. Ketiga tentang penambahan anggota baru yang akan bergabung dan keempat tentang kantor kita yang akan pindah dari sini. Sisanya akan ditambahkan oleh Wolof.
(Tlina, Weni, Tika dan Virli saling lihat-lihatan)
Ok, pertama, Tlina dan Tika akan dipindahkan ke divisi baru kita, yang ada di gedung sebelah. Sekarang kita akan bagi kekuatan...

Wajah Virli tampak bersemu merah, saat mendengar perkataan Chika. Dia melirik ke arah Kayana, yang tampak serius mendengar omongan Chika.

Chika (CONT'D) :
...kenapa bagi kekuatan? karena perusahaan ini sedang dalam proses untuk mengadakan kerjasama dengan podcast luar negri, tapi masih wilayah asia. Kemungkinan Serli juga akan bergabung dengan divisi baru kita...(menoleh ke arah Serli, yang langsung menggeleng-gelengkan kepalanya tanpa sadar) tapi, masih gua pertimbangkan, tergantung nanti lah. (tersenyum lebar ke arah Serli) Ada pertanyaan untuk topik pertama kita?
(semua saling berpandangan lalu menggelengkan kepala)
Ok, next topik. Kedua, sejauh ini, Graha Bincang progressnya bagus, sesuai dengan laporan dari Wolof. Bintang tamu-nya keren-keren, topiknya juga menarik, terima kasih untuk tim. Kritik gua adalah untuk Kayana, elo masih agak kaku saat bicara dengan bintang tamu, kata elo-gua disesuaikan dengan bintang tamu yang diundang. Selebihnya sih, semua udah ok.
(Tlina dan Virli saling lirik dan melempar senyum)
Kayana :
Ok, terima kasih untuk kritiknya.
Chika :
Ketiga, tim kita untuk tenaga teknisi selama ini masih part time, jadi kita akan mulai mengubahnya menjadi yang full time. Di luar tenaga teknisi, tidak ada penambahan, jadi guys...give your best effort for now. Ada yang mau ditanyakan sejauh ini?
Virli :
Bu Chika, saya boleh usul ? (semua mata memandang ke arah Virli, kecuali Kayana yang memilih untuk menunduk, menatap meja di depannya)
Chika :
Ya, ada apa Virli?
Virli :
Kita belum punya minutes of meeting yang rapi, seperti untuk keputusan bintang tamu, topik podcast dan lain-lain. Agar semua terecord dengan baik, apa bisa MOM menjadi syarat mutlak untuk pengambilan keputusan?
Chika :
Ide yang bagus...Kay, bagaimana menurut lo?
Kayana :
(menoleh ke arah Chika sambil tersenyum tipis) Ok, gak masalah.
Virli (V.O) :
Sekarang dia gak bisa lagi ambil keputusan sendiri, rasain.
Chika :
(melihat jam di tangannya) Gua langsung aja ke point keempat. Tahun depan kantor kita akan pindah, sekarang lagi proses renovasi. Semua tim dan divisi akan digabung. Tolong kalian pertimbangkan jarak dari rumah masing-masing dan ambil tindakan yang perlu kalian ambil.
(melihat timnya satu persatu)
Chika (CONT'D) :
Sebelumnya terima kasih untuk kerja keras kalian selama ini dan semoga kita semakin solid ke depannya. Maaf semua, sekarang gua udah harus pergi, gua masih harus meeting.(berdiri dan mengambil tasnya) Ok guys, sampai ketemu lagi dan terima kasih untuk waktu kalian...Bye...
Semua :
Bye !!

Chika keluar dari ruangan dan yang tinggal masih bicara satu sama lain, tapi suara sudah tidak terdengar lagi.

ZOOM OUT.

07. INT. PANTRY KANTOR — SORE

Cast : Virli, Tika dan Weni.

Ruangan Pantry seluas 10m2, diisi dengan mesin pembuat kopi, microwave dan lemari minuman dingin. 6 kursi kafe setinggi 75 cm, mengelilingi sebuah meja panjang dengan keramik warna pastel. Virli sedang sibuk meniup mangkok berisi indomie yang masih panas. Pintu pantry terbuka, Tika dan Weni terlihat memasuki ruangan dan mengambil tempat duduk di dekat Virli.

Weni :
Baunya enak banget...masak pake microwave ya mbak?
Virli :
Iya nih, aku ikutin ajaran kamu...hehe. Fuh...fuh...(niup mie di mangkok)
Tika :
Ibu Serli hari ini gak ke kantor ya? seharian kok gak kelihatan? (mengeluarkan kotak makan dari plastik yang dia bawa)
Virli :
Bawa makan apa, Tik?
Tika :
Ayam goreng sama perkedel jagung.
Weni :
Tlina belum gabung lagi sama mbak Virli ya?
(wajah Virli berubah kesal, tapi masih terus meniup mie-nya yang panas)
Weni (cont) :
Kasihan deh mbak Virli, kayanya akhir-akhir ini ditekan. (berusaha menghasut)
Tika :
Ditekan siapa? (mulai makan)
Weni :
(nada suara direndahkan) Itu tuh...yang merasa punya perusahaan, cuma karena pacaran sama orang kaya.
(Virli diam saja dan mulai memakan mie-nya)
Tika :
Mbak, tapi boss disini kan mbak Chika...
Weni :
Ibu Chika sih orangnya baik, beda sama...(melirik Virli)
kalau yang itu, suka sok galak, sok tegas (suara direndahkan) tapi kalo ada Bu Chika, gak bisa ngomong apa-apa..hihi.
Tika :
(tampak cemas) Mbak, kalau ditekan, aduin aja ke Ibu Chika. (menyentuh lengan Virli)
Weni :
Ibu Chika gak tahu sih, si itu kelakuannya seperti apa. Kasihan juga mbak Serli, udah pasangannya diambil, eh musti nurut lagi sama pelakor.
Virli :
(mendadak berdiri) Ini di kantor, kalian jangan sembarangan bicara. Kalau orangnya dengar, kalian bisa kehilangan pekerjaan. Hati-hati sama mulut kalian. (membuang bungkus dan sisa mie ke tempat sampah lalu keluar dari ruangan)
Tika :
Kita salah ngomong ya mbak?
Weni :
(mengangkat bahu dengan acuh tak acuh)

CUT TO:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar