Dongeng Putri Bulan dan Kesatria Matahari
2. Scene #2

SCENE 2. EXT. PASAR — NOON

Menampilkan sebuah aktivitas pasar yang ramai, berlatar dunia fantasi dengan sebuah pasar bergaya Eropa klasik. Terlihat pula sebuah istana kerajaan besar di kejauhan.

NARATOR PEREMPUAN (V.O.)

... tapi sebuah kisah yang menjelma rumor dengan bumbu fantasi dan sihir yang membentuk dongeng.

Dua orang Lady tengah saling mengobrol seraya berjalan dengan memakai payung.

LADY 1 (16) (EXTRAS)

Saya masih saja menyukai rumor mengenai kutukan Putri Bulan.

LADY 2 (16) (EXTRAS)

Benarkah?

LADY 1 (EXTRAS)

Ya! Saya dengar Beliau memiliki paras yang amat cantik. Terlebih lagi, Beliau cerdik menggunakan kekuatannya untuk mengelabui musuh. Beliau bagai kesatria!

LADY 2 (EXTRAS)

Namun, pada akhirnya Putri Bulan telah dikalahkan oleh Demon yang paling ditakuti oleh seluruh negeri, kan?

LADY 1 (EXTRAS)

Iya! Beliau jadi seorang putri yang malang. Sangat disayangkan Beliau kalah. Menjadikannya terkena kutukan hingga terjebak dengan kekuatannya sendiri.

LADY 2 (EXTRAS)

Lady masih suka pada yang kalah seperti itu? Lagi pula itu hanya rumor, kan?

LADY 1 (EXTRAS)

(menghela napas, sedih)
Beruntungnya Tuan Putri negeri ini tidak memiliki nasib malang seperti itu.

Di belakangnya, tampak mengekori dua pelayan pria membawa belanjaan kedua wanita bangsawan tersebut, majikannya.

PELAYAN 1 (EXTRAS)

Kau udah tau soal rumor yang lagi diomongin majikan kita?
(setengah berbisik)

PELAYAN 2 (EXTRAS)

Udah tau! Katanya dia cuma manusia biasa kayak kita. Bisa aja dia sekarang ada di sekitar kita, tapi gara-gara kutukannya, dia jadi gak bisa dilihat.

PELAYAN 1 (EXTRAS)

Ternyata dia mirip hantu ya?
(terkekeh)
Katanya dulu dia gak mau dengerin keinginan Raja yang mau ngejodohinnya dengan Pangeran negeri seberang. Dia lebih pilih berjuang sendiri, ngebela negeri dari musuh bahkan Demon. Itu karmanya. Coba saja, dia mau dijodohin. Kita jadi punya sekutu, kan?

PELAYAN 2 (EXTRAS)

Hei! Kau gak boleh bicara sembarangan gitu. Kau gak liat, Kesatria Matahari sedang patroli. Kalo mereka denger, kau bisa ditangkap. Apalagi kita cuma orang kecil. Majikanmu mana mau ngebantu.

PELAYAN 1 (EXTRAS)

Itu kan cuma rumor. Tuan Putri negeri ini kan baik-baik aja di Istana yang banyak harta. Santai aja. Buat apa takut? Tapi...

PELAYAN 2 (EXTRAS)

(memotong pembicaraan)
Udah! Aku udah ngingetin. Aku gak akan heran kalo kau ilang tiba-tiba.

5 orang Kesatria Matahari dengan tongkatnya, sedang berpatroli berjalan dari arah seberang mereka, melewati mereka begitu saja. Salah satu Kesatria bernama Agras tidak sengaja mendengar pembicaraan.

AGRAS (21)

Semua orang masih aja suka membual.

KESATRIA MATAHARI 1 (EXTRAS)

Membual soal apa?

AGRAS

Kau gak dengar mereka ngebicarain rumor Putri Bulan? Itu kan cuma omong kosong!

KESATRIA MATAHARI 1 (EXTRAS)

Hah? Kau gak percaya? Ternyata lu gak sepintar yang dibicarakan oleh para Lady ya.

KESATRIA MATAHARI 2 (EXTRAS)

Apa? Agras gak percaya soal legenda itu?

AGRAS

Hah? Kenapa sekarang malah jadi ngebahas legenda?

KESATRIA MATAHARI 1 (EXTRAS)

Iya, legenda. Itu bukan cuma rumor biasa. Sebenarnya rumor itu dari legenda yang tertulis di sebuah batu, baru saja ditemukan beberapa tahun lalu. Karena saat itu jadi populer, akhirnya ada penulis yang membuatnya jadi novel. Ya tentu saja dengan tambahan-tambahan yang berlebihan.

KESATRIA MATAHARI 2 (EXTRAS)

Tapi, Kau ngerasa aneh gak sih? Raja gak menyimpan batu itu jadi artefak kerajaan?

KESATRIA MATAHARI 1 (EXTRAS)

Ya! Karena itu dan tambahan-tambahan kisah berlebihan dari novel, banyak orang yang berspekulasi. Jadi banyak rumor aneh soal itu di kalangan masyarakat.

KESATRIA MATAHARI 2 (EXTRAS)

(menyeringai seraya fokus melihat sekitar)
Kerennya lagi itu jadi semacam pengalihan isu. Skandal yang banyak terjadi di antara Bangsawan udah bukan jadi topik hangat.

AGRAS

Halah! Omong kosong!

Tiba-tiba seorang Kesatria Matahari menunggangi kuda datang menghampiri Agras.

KESATRIA MATAHARI 3 (EXTRAS)

Agras!
(turun dari kudanya)
Kau diminta menghadap komandan sekarang. Biar aku yang menggantikan tugas patrolimu.
(menyerahkan kudanya)

Agras mengangguk dan langsung pergi menunggangi kudanya.

CUT TO:



Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar