7. 7

52. INT. RUMAH CITRA. MALAM

Pintu rumah digedor berulang kali. Karin berlari dari dalam rumah, menuju pintu. Lalu membukakan pintu.

KARIN

Iya sebentar!

Kita melihat Citra yang sedang menangis histeris saat Karin membuka pintu.

CITRA

Mama...

KARIN

Kak? Kamu kenapa nak?

Citra tidak menjawab. Dia memeluk Karin dan menangis histeris di pundak Karin.

53. INT. SEKOLAH. KELAS CITRA. SIANG.

Citra sedang duduk di kelasnya. Semua teman kelasnya sedang menikmati jam istirahat. Ada yang bermain gitar di belakang kelas, ada yang tidur, ada pula sekumpulan cewek-cewek yang sedang asik menggosip.

Tatapan Citra tampak kosong. Matanya bengkak bekas menangis semalam. Tangan kirinya menggenggam kuat gelang yang melingkar di tangan kanannya.

Beberapa saat kemudian, Rido datang menghampiri Citra ke dalam kelasnya. Rido duduk di samping Citra yang sedang melamun.

RIDO

Cit?

Citra tak menghiraukan Rido. Kemudian, Citra bangkit dari duduknya dan pergi ke luar kelas.

Dia berjalan dengan tempo kencang menuju kantor kepala sekolah.

Rido mengikuti sambil memanggilnya dari belakang, tetap Citra tak menghiraukan Rido.

CUT TO

54. INT. KANTOR KEPALA SEKOLAH. SIANG.

Laras sedang sibuk dengan beberapa berkasnya di atas meja. Tiba-tiba, pintu kantornya dibuka begitu saja dan menampakkan Citra dari balik pintu itu.

CITRA

Permisi Ibuk. Lagi sibuk nggak Buk? Ada hal penting yang ingin saya diskusikan.

LARAS

Siapa yang mengutus kamu ke sini? Saya rasa kamu bisa bersikap lebih sopan lagi!

Citra tak mendengarkan Laras. Dia berjalan santai dan duduk di sofa kantor itu.

CITRA

Hum, bagus ya kantor Ibuk.

LARAS

Maksud kamu apa? Saya minta kamu untuk keluar dari kantor saya, sebelum saya panggilkan kamu guru BP!

CITRA

Oh iya, saya lupa minta maaf karena kemarin datang ke rumah Ibu. Maaf ya Bu.

LARAS

Jangan pernah kamu berani ungkit hal itu di sekolah ini!

CITRA

Kenapa sih Ibuk jahat banget ke Rido. Padahal kan Rido anak baik ...[Beat]... ah sudahlah. Bukan itu tujuan saya ke sini.

Laras mengambil telepon yang ada di atas mejanya, dan menekan beberapa tombol di sana.

Citra melihat apa yang dilakukan Laras, kemudian mengambil gunting di meja itu, dan memotong kabel telepon Laras.

LARAS

Apa-apaan kamu! Keluar dari ruangan saya sekarang juga!

CITRA

Saya belom selesai ngobrol bareng Ibuk, kenapa cepet banget sih ngelaporin saya ke guru BP.

Citra berjalan mengelilingi ruang kantor itu.

CITRA (CONT’D)

(Tersenyum picik

Oh! Begini ternyata rasanya takut dilaporin ya Buk?

LARAS

(Bingung)

Apa maksud kamu?

Citra kembali menghampiri Laras, dia menunjukkan lengan kanannya.

CITRA

Ibuk kenal ini?

LARAS

Da-dari mana kamu dapat ...

Tubuh Laras mengeras. Dia terkejut melihat gelang di tangan Citra.

CITRA

Dari mana saya dapat gelang cantik ini? Sepertinya saya nggak perlu jawab ...[Beat]... yaudah deh, untuk hari ini cukup segini aja. Saya permisi Ibuk.

Citra senyum ke arah Laras, lalu keluar dari ruangan itu.

Saat keluar, Citra mendapati Rido di samping pintu sedang menungguinya.

RIDO

Cit.

CITRA

Gue lagi pengen sendiri Do.

Citra meninggalkan Rido sendirian. Dia pergi ke arah belakang sekolah.

55. EXT. BEAKANG SEKOLAH. SIANG.

CAMREA SLOW PAN LEFT, menampakkan Citra yang sedang memeluk dengkulnya, menyembunyikan wajahnya di sana dan menangis terisak.

CITRA

Papa... Pa-papaa...

CUT TO

56. INT. KAMAR ROMI DAN LARAS. MALAM.

Romi dan Laras terlihat sedang berbaring di atas tempat tidur king size. Laras sedang bermain ponsel, sedangkan Romi sedang melamun.

ROMI

Mah.

LARAS

Ya Mas?

ROMI

Kamu inget gak, momen perayaan hari ulangtahun pernikahan kita yang ke 20 tahun.

LARAS

Iya Mas inget. Saat itu kamu romantis banget. Kasih aku hadiah candle light dinner.

ROMI

Iya ya. Kamu inget gak? Apalagi yang aku kasih ke kamu?

LARAS

Hum. Apa ya? Intinya, kamu kasih aku kebahagiaan di momen itu.

ROMI

Kamu ingat gak? Kalau aku pernah kasih kamu gelang rantai dengan ornamen Love. Dan di ornamen itu, aku lukis nama kamu.

Laras menegang. Dia berhenti bermain handphone. Laras menelan ludahnya.

LARAS

O-oh, gelang itu. Maaf ya Mas, gelangnya hilang.

ROMI

Hilang di mana Ras?

LARAS

Aku juga gak inget hilangnya di mana Mas. Udah deh, nggak usah bahas itu. Besok aku pergi ke toko emas buat beli gelang baru yang mirip gelang kamu itu.

ROMI

Nggak perlu. Aku udah nemuin gelang itu.

Laras mengganti posisi tidurannya menjadi duduk.

LARAS

Mana Mas? Ayo balikin ke aku gelangnya Mas.

ROMI

Kamu bisa ambil sendiri gelang itu dari Citra.

Laras terdiam. Wajahnya terlihat shock.

ROMI (CONT’D)

Malam ini aku mau tidur di kamar Rido saja.

Romi bangun, mengambil bantalnya dan pergi meninggalkan Laras sendirian di kamar.

Laras masih shock. Tubuhnya masih kaku. Lalu dia teriak histeris sambil mengacak rambutnya frustasi. Laras menangis.

57. INT. KAMAR RIDO. MALAM.

Rido sedang tiduran di atas kasurnya, berbantalkan lengan kanannya. Kita melihat Rido sedang melamun.

CUT BACK TO SCENE 54

P.O.V RIDO: Rido mengikuti Citra sampai kantor kepsek. Dia mengintip apa yang dilakukan Citra di dalam sana. Matanya membulat saat melihat Citra berani memotong kabel telepon milik Laras.

Kembali pada Rido. Dia menarik napasnya dan mengemuskannya gusar. Sesaat kemudian, pintu kamarnya diketuk oleh Romi.

ROMI

Rido.

RIDO

Ya Pah?

Rido membuka pintu kamarnya, dan memperlihatkan Romi yang sedang membawa bantal dipelukannya.

ROMI

Papa boleh ya, tidur di sini malam ini.

Romi menerobos masuk ke dalam kamar Rido, sebelum Rido menjawab pertanyaannya.

RIDO

Tumben Papa.

Rido menutup pintu kamarnya setelah Romi masuk.

ROMI

Papa ga akan ganggu kamu kok. Papa bakalan langsung tidur.

Romi mengambil posisi tidur di atas kasur Rido, dan langsung menutup matanya. Rido tidak menjawab. Dia juga mengambil posisi tidur di sebelah Romi yang sudah terlihat tertidur. Selang beberapa waktu. Romi buka bicara tanpa membuka matanya.

ROMI

Rido ...[Beat]... Maafin Papa ya nak.

Rido tidak menjawab, dia melihat ke arah Romi. Romi meneteskan sebulir air mata.

Rido menatap Romi lekat.

CUT TO

58. INT. RUMAH/MEJA MAKAN. PAGI.

Karin sedang sibuk menyusun makanan yang baru dia masak ke atas meja makan. Tak lama, Citra datang.

KARIN

Citra, sarapan dulu yuk.

Citra hanya diam dan berjalan lamban ke arah meja makan. Karin menyiapkan gelas untuk Citra dan menuangkan susu ke dalam gelas Citra.

Lalu Fanya dengan seragam sekolahnya dan wajah kusut berlalu begitu saja, melewati meja makan, menuju pintu depan. Karin memanggilnya.

KARIN (CONT’D)

Fanya, sarapan dulu yuk nak. Mama udah masak nasi goreng buat kalian berdua. Yuk.

Fanya terhenti dari langkahnya, dia berbalik dan berjalan ragu ke arah meja makan. Kemudian Fanya duduk di sebelah Citra. Karin menyiapkan gelas dan menuangkan susu untuk Fanya.

Suasana hening.

Karin mengambil piring kosong yang ada di hadapan Citra dan akan menyendokkan nasi goreng kepada Citra. Namun dengan cepat Citra menghentikan Mama.

CITRA

Biar Citra aja Ma.

Citra pun menyendokkan nasi gorengnya sendiri. Dilanjut Fanya yang juga menyendokkan nasinya sendiri.

Mereka makan dengan hikmat, beberapa menit hanya ada suara dentingan sendok dan piring yang beradu.

KARIN

Maafin Mama ya nak. Gara-gara Mama kita jadi kayak gini.

Citra dan Fanya masih tetap terdiam. Kecepatan makan mereka semakin melamban.

FANYA

(Tertunduk merasa bersalah)

Fanya juga minta Maaf ya Ma, kak. Fanya udah bikin masalah kita jadi rumit.

Citra tersenyum bahagia sambil menunduk. Akhirnya masalah keluarganya selesai.

CITRA

Andai kamu ga minta maaf, kakak usir kamu dari rumah Fan.

KARIN

Hush! Jangan ngomong gitu ah kak.

CITRA

(Tersenyum)

Becanda Ma. Maafin Citra juga ya Ma, udah bandel sama Mama.

FANYA

(Menangis)

Hhuuuaaaa, Fanya janji Fanya ga bakal nakal lagi kok Ma. Maafin Fanya Mamaaa, kak Citraaa...

CITRA

Iya, iya berisik ah. Muka kamu jelek kalok nangis.

KARIN

Iya bener. Makanya senyum.

FANYA

Hehehe.

Fanya cengengesan, kemudian mereka bertiga tertawa bersama dan menghabiskan sarapan mereka dengan bahagia.

CUT TO

59. INT. SEKOLAH. KELAS CITRA. SIANG.

Guru sedang mengajar di depan kelas, sesaat kemudian, bel tanda istirahat berbunyi. Citra langsung keluar dari kelasnya begitu bel berbunyi.

Citra pergi ke arah kantor kepala sekolah.

EXT. KORIDOR. SIANG

Di perjalanan menuju kantor kepsek, Citra berpapasan dengan Rido. Rido memanggil Citra dan mengikuti Citra lagi, tapi Citra tidak mengiraukan. Ekspresinya datar.

60. INT. KANTOR KEPALA SEKOLAH. SIANG.

Citra membuka pintu ruang kepsek, dan masuk tanpa ijin. Laras terkejut saat melihat Citra masuk ke dalam kantornya.

Citra menyentuh benda-benda berharga yang ada di dalam kantor itu seperti pot bunga kramik yang besar, bingkai foto dengan gambar Laras di dalamnya yang menggunakan jas hitam sambil tersenyum, juga menyentuh sofa.

CITRA

B 3425 LR

LARAS

Mau apa lagi kamu ke sini?

CITRA

Ibu ingat angka-angka itu?

LARAS

Saya tidak mengerti apa yang kamu maksud.

CITRA

Hum begitu ya.

Citra mengeluarkan ponselnya, menampilkan gambar mobil putih BRV yang remuk bagian depannya.

CITRA (CONT’D)

Kalau ini? Ibu ingat? Waahh, harusnya Ibu gak boleh lupain itu sih.

LARAS

Saya minta kamu keluar dari ruangan saya! KELUAR!

Citra menyentak meja Laras dengan kedua tangannya.

CITRA

SAYA MINTA IBU AKUIN PERBUATAN IBU!

LARAS

Nggak! Saya nggak salah! Saya nggak salaah!

CITRA

Anda sudah membunuh Papa saya!

IN SHOT :

Dari luar pintu, Rido sedang mengintip Laras dan Citra. Menunjukkan ekspresi terkejut.

LARAS

(Mulai histeris)

Saya bukan pembunuh!

CITRA

Mungkin saja, andai Ibu langsung menelepon ambulans alih-alih kabur meninggalkan kami. Mungkin sekarang Papa saya masih hidup!

Suara Citra bergetar, diselingi tumpahnya air mata.

Laras menutupi telinganya histeris. Wajahnya menggambarkan ketakutan.

LARAS

Maafkan saya Citra. Sa-saya akan bayar kamu berapapun yang kamu minta.

CITRA

Bayar? Ibu mau membayar nyawa Papa saya? Semudah itu kah merenggut nyawa orang Buk?

Laras menggapai lengan Citra dan menggenggamnya.

LARAS

Tolong jangan penjarakan saya. Saya mohon Citra, saya mohon!

Citra menepis tangan Laras dari lengannya.

CITRA

Akui Buk. Cukup akui. Atau hidup Ibuk tidak akan pernah tenang di mana pun Ibuk berada.

Citra keluar, meninggalkan Laras yang masih ketakutan sendirian.

Di depan pintu, Citra mendapati Rido sedang menunggunya.

EXT. KORIDOR. SIANG.

Rido menghadang Citra yang akan pergi.

RIDO

Citra.

Citra menyeka sisa air matanya.

CITRA

Gue lagi pengen sendiri Do.

RIDO

Kali ini aja Cit. Please.

Citra tidak menjawab. Dia melihat wajah frustasi Rido.

CUT TO  

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar