5. 5

37. INT. KAFE. SORE.

Terlihat Citra sedang sibuk di balik meja pantry kafe tempat dia bekerja. Menerima pesanan. Membuat pesanan. Menerima bayaran. Memberikan kembalian. Lalu Rido datang ke kafe dan memesan minuman.

RIDO

Matcha Latte satu ya mbak. Oh iya, jangan lupa pakek air ya mbak, pakek gelas juga, trus kasih sedotan. Ah iya satu lagi, harus warna hijau ya mbak. Karena kalok warna merah jadi red velvet ntar.

CITRA

Iya mas, ditunggu lama ya pesanannya.

RIDO

Kok lama sih mbak. Biasanya saya disuruh nunggu sebentar kok.

CITRA

Hahaha, apaan sih Do. Yaudah duduk dulu, ntar gue anterin minumannya.

RIDO

Okey sip.

Citra membuatkan pesanan Rido, lalu mengantarkannya ke Meja Rido, dan ikut duduk di meja Rido.

CITRA

Lo biasa nongkrong di kafe ini Do? Kok gue baru liat.

RIDO

Ya lumayan, bukannya lo yang karyawan baru di sini?

CITRA

Iya juga sih.

Citra menggaruk tengkuk belakangnya. Rido tersenyum melihat Citra.

Tak lama kemudian, RATIH (45) dengan dress tunik bergambar bunga, rambut panjang yang curly dan sepatu high heels datang menghampiri Rido.

RATIH

Halo sayang, kamu udah lama nunggu?

Ratih duduk di sebelah Rido dan cipika-cipiki dengan Rido.

RIDO

Nggak kok sayang, aku baru dateng kok.

Rido membalas Ratih dengan senyum merekah.

Citra yang melihat adegan tersebut membulatkan matanya kaget.

RATIH

Bisa aja kamu. Yaudah yuk masuk ke dalem. Tante udah masak enak buat kamu.

RIDO

Sebentar lagi Rido masuk Tan.

Citra menutup mulut menganganya dengan dua tangan.

RATIH

Oke deh kalau gitu, Tante tunggu di dalam.

Ratih mengedipkan matanya ke pada Rido. Rido balas tersenyum lebar. Citra melihat itu.

CITRA

LO?

RIDO

Kenapa?

Rido masih tersenyum lebar sambil meminum minumannya.

CITRA

Lo? Sama Tante Ratih?! (Beat) Bentaar.

RIDO

Gue kenapa sama Tante?

Ponsel Citra berdering, dia mengambil ponselnya dan menerima panggilan dari Fanya.

CITRA

Sebentar ... [Beat]... Ada apa? ... Hah? Yaudah gue pulang sekarang.

Do, gue balik duluan, sorry gue tinggal.

RIDO

Kenapa Cit?

CITRA

(Raut muka tegang bercampur cemas)

Nyokap gue pingsan di rumah.

RIDO

Yaudah gue anterin, gue bawa motor.

CITRA

Tapi, tante Ratih?

RIDO

Ga papa, ayok.

Rido berdiri. Citra izin kepada temannya untuk pulang duluan. Dia melepas celemeknya dan bergegas pergi. Sedangkan Rido sudah stand-by dengan motornya menunggu Citra untuk naik.

CUT TO

38. INT. RUMAH/DAPUR. MALAM.

Citra dengan wajah tegang melangkah cepat ke dalam rumah mencari Karin dan Fanya. Terlihat Karin sedang pingsan di dapur bersama Fanya yang sedang memangku kepala Karin.

FANYA

Lama banget sih kak! Mama berat, gue ga bisa angkat sendirian.

Rido dengan sigap mengangkat Karin dan memindahkan Karin ke atas sofa.

Terlihat Citra menekan beberapa angka dari ponselnya.

CITRA

Halo pak, bisa tolong kirim ambulan? Mama saya pingsan di rumah pak. Alamatnya di komplek Nusa Indah blok 1 rumah nomor 1 pak. Tolong cepet ya pak.

DISSOLVE TO

39. INT. RUMAH SAKIT. KORIDOR. MALAM.

Terlihat Citra dengan langkah pasti bersama Rido di belakangnya berjalan cepat menyusuri koridor rumah sakit.

Kemudian Citra membuka salah satu pintu ruang inap dan masuk ke dalam dengan ekspresi tegang.

40. INT. RUMAH SAKIT. KAMAR. MALAM.

Citra melihat Fanya yang duduk dengan kaki terangkat di atas meja sedang asik bermain ponselnya di samping Karin yang masih dalam keadaan pingsan.

Citra merampas ponsel Fanya dari tangannya.

FANYA

Kak. Apa-apaan sih! Siniin hp gue!

CITRA

Lo kenapa malah maen hp hah? Tapi lo yang mau terlihat baik di depan Mama. Yaudah rawat Mama yang bener. Bukan main hp kayak gini.

FANYA

Apaan sih! Darah rendah doank ribut banget lo. Wajar lah Mama pingsan, lagian ga kenapa-kenapa jugak kan.

Terlihat Karin yang mulai sadar dari pingsannya. Citra melirik ke arah Karin yang belum sadar sempurna. Kemudian dia melempar ponsel Fanya ke sofa di samping Fanya duduk.

CITRA

(Berbisik dengan raut kesal)

Lo jagain Mama kesayangan lo baik-baik!

Lalu Citra bergegas pergi meninggalkan ruangan Karin bersama Rido. Dia tak ingin terlihat baik di depan Karin karena sudah membawanya ke rumah sakit.

Kemudian Fanya mendatangi Karin yang sudah sadar.

CUT TO

41. INT. RUMAH RIDO. RUANG KELUARGA. MALAM.

Rido masuk ke dalam rumah. Di tengah rumah, kita melihat Laras dan Romi yang sedang bertengkar. Rido berhenti di depan pintu dan mengintip pertengkaran Romi dan Laras.

LARAS

Mas! Rido itu udah besar! Udah 17 tahun lebih! Apa susahnya sih tinggal nyuruh dia nge kos kek, ngontrak kek atau apa lah! Aku tuh capek ngeliat dia berkeliaran di rumah ini setiap hari!

ROMI

Ini rumah kita Laras! Rumah Rido juga! Kamu bisa nggak untuk stop berencana mengusir Rido dari rumah ini?

Rido menundukkan kepalanya.

LARAS

Aku cuma mau dia nggak tinggal di sini apa susahnya sih Mas?

ROMI

Rido itu anak aku! Anak kamu juga! Ngerti kamu?!

LARAS

Dia bukan anak aku! Dan gak akan pernah jadi anak aku! Seharusnya dari awal kamu nggak usah bawa anak selingkuhan kamu itu ke rumah ini!

Air mata Rido tumpah. Dengan cepat dia menghapus air matanya.

Romi terdiam. Laras pergi dari hadapan Romi.

Rido berjalan masuk ke dalam rumah. Romi melihat kedatangan Rido.

ROMI

Rido? Kamu denger?

RIDO

Nggak papa kok Pah. Rido udah terbiasa.

Rido tersenyum pilu dan masuk ke dalam kamarnya.

CUT TO

42. INT. KAMAR RIDO. MALAM

Rido menutup pintu kamarnya, menaruh tasnya di atas kursi belajar, lalu duduk di atas kasurnya. Sekali lagi air matanya tumpah. Dia mengusap wajahnya lalu menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

CUT TO 

43. EXT. SEKOLAH. LAPANGAN BASKET. SIANG. 

Di kursi penonton, terlihat Citra dan Rido sedang berbicara. Lapangan terlihat kosong. Hanya ada mereka berdua yang duduk di kursi penonton.

RIDO

Ga masuk kelas?

CITRA

You see?

RIDO

Kenapa?

CITRA

Gue ga suka gurunya. Too much talk.

RIDO

Uhm ...[Beat]... Mama lo gimana?

CITRA

Ya begitu lah. Thanks ya Do, lo udah nolongin mama gue kemaren.

RIDO

Santai ...[Beat]... hubungan lo dan Mama lo gimana? Masih berantem?

CITRA

Lebih tepatnya gue yang males berdamai sama Mama.

RIDO

Kenapa?

CITRA

Kenapa ya, entah lah. Gue muak aja sama sikap Fanya dan Mama.

Rido menopangkan tangannya ke belakang, dia memerhatikan Citra yang sedang bercerita.

CITRA (CONT’D)

Sejak Papa meninggal, suasana di rumah berubah drastis. Fanya selalu adu domba gue sama Mama. Trus Mama mau-mauan aja percaya Fanya. Akhirnya gue jadi orang yang paling dibenci di rumah. Malesin banget. ...[Beat]... Hah! Dunia ini suka ga adil ya Do.

RIDO

Begitulah. Kadang dunia ini memang ga adil. Tapi sialnya, keadilan di dalam hidup adalah ketidak adilan itu sendiri.

Rido memandang langit, lalu menutup matanya. Dia terlihat damai.

RIDO (CONT’D)

Cit, gue boleh curhat gak?

CITRA

Oh ya, cerita aja

RIDO

Kepsek sekolah ini tuh sebenernya nyokap gue.

CITRA

(Terkejut)

Hah? Gausah ngaku-ngaku deh Do.

RIDO

Lucu kan Cit? Satu sekolah ini kalok gue bilang gue anaknya kepsek memang ga bakal ada yang percaya.

CITRA

Semua orang juga tau kalok anak bu Laras lagi kuliah di luar negri. Lah lo tampang beginian ngaku-ngaku.

RIDO

(Tertawa kecil)

Lucu ya Cit jokes gue?

CITRA

Lucu banget Do

RIDO

Tapi gue serius sih Cit. Bu Laras emang nyokap gue. Tepatnya ibu tiri.

Citra memerhatikan Rido tanpa berkomentar.

RIDO

Dulu, di umur pernikahan bokap gue dan bu Laras yang ke 8, dia bosen trus cari pelarian. Dan pelariannya itu nyokap gue. Dia selingkuh sampek gue lahir.

44. INT. KAMAR. MALAM - 2002

Kita melihat seorang wanita di atas tempat tidur dengan perut besar, sedang berjuang melahirkan bayinya, yang ditolong oleh seorang dukun beranak yang mengenakan baju kebayak. Di sampingnya, ada Romi yang menemani wanita itu sampai melahirkan.

RIDO (V.O)

Di umur gue yang ke 7 tahun, Mama meninggal. Jadi mau ga mau Papa harus rawat gue ... [Beat]... Papa bawa gue ke bu Laras yang akhirnya ngebongkar perselingkuhan Papa dan Mama. Papa udah minta maaf dan bilang kalok Mama udah nggak ada. Dia juga minta kesempatan kedua ke buk Laras. Buk Laras setuju, dengan syarat ga boleh ada satu orang pun yang tau kalok gue anak tirinya dan anak Papa.

45. EXT. KUBURAN. PAGI – 2009

Romi dan Rido kecil yang mengenakan baju serba putih berdiri di samping kuburan sambil menangis. Lalu Romi memegang lengan Rido kecil dan membawanya pergi.

46. INT. RUMAH RIDO. SIANG – 2009

Kita melihat Romi sedang menggenggam lengan Rido, berhadapan langsung dengan Laras. Romi menunduk malu. Laras menangis, lalu menampar Romi. Romi kemudian berlutut di hadapan Laras, di samping Rido. Laras menangis dan memukul-mukuli Romi.

CUT BACK TO:

EXT. SEKOLAH. LAPANGAN BASKET. SIANG. 

RIDO (V.O)

Sejak kepindahan gue ke rumah itu. Hidup gue berasa di neraka. Gue ga pernah lagi rasain punya Mama itu gimana sampek sekarang.

Rido menutup ceritanya dengan menatap Citra dalam dan senyuman yang menusuk. Citra merasa tersentuh dengan cerita Rido. Dia terdiam.

RIDO (CONT’D)

(Tersenyum)

Ga usah gitu banget ngeliatin gue Cit.

CITRA

Lo ga ngarang cerita kan Do?

RIDO

Kalok gue ngarang, mungkin sekarang gue udah jadi penulis terkenal kali Cit.

CITRA

Sorry ya Do, gue udah ga percaya sama lo tadi.

RIDO

Ga papa santai aja. Gue udah biasa jugak. Ikut gue yuk.

CITRA

Ke mana?

RIDO

(Menunjuk langit)

Ke sana.

CITRA

(Menahan tawa)

Ke Mars? Ngapain?

RIDO

Hayalan lo tinggi banget sih Cit. Ya nggak lah. Kita ke rooftop sekolah. Biasanya kalok gue lagi stres, gue bakal ke sana dan teriak kenceng-kenceng.

Citra terkejut. Matanya membulat.

CITRA

Oh jadi selama ini suara teriakan yang bikin gempar satu sekolah itu suara lo? Sinting lo Do.

Rido menggaruk tengkuknya malu.

RIDO

Hehehe. Yaudah ikut gak nih? Seru tau Cit.

CITRA

Ikut deh. Yuk.

Montage :

(a)   Rido dan Citra berlari di lapangan menuju gedung sekolah.

(b)   Rido dan Citra berlari menaiki tangga.

(c)   Rido dan Citra sampai di atas atap sekolah.

(d)   Rido dan Citra teriak di atas atap sekolah.

(e)   Suasana salah satu kelas yang terkejut karena suara teriakan Rido dan Citra yang menggema.

(f)   Rido dan Citra tertawa bersama.

CUT TO

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar