6. 6

47. INT. RUMAH. MALAM.

Citra sedang duduk di sofa sambil menonton tv. Dia terus menukar-nukar siaran tv dengan bosan. Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Citra mengambil ponselnya, ada pesan masuk dari Rido, yang tertulis:

 “Cit, besok kan libur tuh, bu Laras juga nggak di rumah. Lo mau main PS gak?”

Citra membalas pesan itu:

“Oke, share lokasi rumah lo. Besok gue dateng.”

Pesan lokasi masuk dari Rido. Kemudian Citra meletakkan ponselnya kembali.

Sesaat kemudian, Fanya masuk ke dalam rumah sambil bermain ponsel, disusul Karin di belakangnya membawa satu tas besar dan satu tas ransel milik Fanya. Citra melihat tingkah Fanya dengan geram. Citra langsung menyusul Fanya dan merampas ponsel-nya. Karin yang melihat tingkah Citra refleks berhenti.

Fanya terlihat kesal. Citra menatap mata Fanya tajam, lalu kemudian mengambil dua tas yang ada di tangan Karin dan mencampakkannya ke arah Fanya. Karin terkejut.

CITRA

Lo yang seharusnya bawa ini, bukan Mama.

FANYA

Lo apa-apaan sih kak!

CITRA

Lo pikir Mama babu? Bawa-bawain tas lo segala dan lo santai main hp!

FANYA

Kok lo yang sewot sih! Mamanya aja mau kok.

CITRA

Lo kalok kesel ke gue ya urusan lo sama gue! Jangan buat ulah lo ke Mama! Emang apa sih masalah lo sampe jadi anak ga tau diri gini?

FANYA

(Marah)

Gue tuh kesel sama kalian berdua. Nilai lo selalu bagus, lo cantik. Lo rajin. Mama selalu banding-bandingin gue sama lo. Bahkan Mama bisa lupa kalok gue alergi kacang! Gue benci digituin!

Karin terlihat terkejut dengan ucapan Fanya.

CITRA

Jadi itu alasan lo selama ini ngadu domba gue sama Mama? Lo tau ga sih? Gue udah setres ditinggal Papa, dan lo buat ulah! Kenakalan yang gue buat sekarang ini semua gara-gara lo! Gue kesel sama Mama gara-gara lo! Lain kali kalok mau bertindak pakek otak Fan!

Fanya terdiam mendengar ucapan Citra. Dia menahan tangisnya. Karin yang melihat kejadian itu menangis karena tersentuh. Karin hanya bisa menangis sambil menutup mulutnya dengan tangan.

CITRA (CONT’D)

Minta maaf sama Mama sekarang!

Fanya tak menggubris ucapan Citra. Air matanya tumpah. Fanya berlari ke dalam kamar meninggalkan Citra dan Karin.

CUT TO

48. INT. KAMAR RIDO. MALAM.

Rido memegang ponselnya. Dia senyum-senyum sendiri melihat pesan dari Citra. Rido kemudian berguling-guling di tempat tidurnya.

Kemudian dia pergi dari kamarnya menuju ruang tengah.

INT. RUANG TENGAH. MALAM.

Romi terlihat sedang sibuk dengan berkas-berkasnya. Dia juga menggunakan kaca mata dengan minus tebal.

Rido menghampiri Romi, dan duduk di sebelah Romi.

RIDO

Pah.

ROMI

Ya?

RIDO

Besok kan libur sekolah, jadi temen Rido mau dateng ke rumah, boleh nggak Pa? Mau main PS bareng.

ROMI

Temen?

RIDO

Iya, namanya Citra. Mama besok nggak di rumah kan Pa?

ROMI

Hmm, yasudah, silahkan.

RIDO

(Tersenyum kecil)

Makasih ya Pah.

Rido pergi meninggalkan Romi. Romi tersenyum simpul memerhatikan anaknya yang berlalu.

49. INT. RUMAH RIDO. RUANG KELUARGA. PAGI

Rido terlihat sibuk mengatur PS nya. Mulai dari membersihkan meja Tv dan Tv dari debu kecil, membersihkan karpet tempat mereka duduk dengan vacum cleaner. Menyambungkan kabel PS nya ke Tv, membawa banyak snack dari arah dapur menuju ruang keluarga. Lalu menepuk kedua tangannya tanda “Beres”.

50. INT. RUMAH RIDO. HALAMAN. PAGI

Kita melihat Romi sedang menyuci mobilnya di depan garasi mobil yang terbuka lebar. Di dalam garasi itu, ada satu mobil lain yang ditutupi oleh mantel mobil berwarna abu-abu.

Tak lama, Citra datang dan menghampiri Romi.

CITRA

Pagi Om.

ROMI

Ya?

CITRA

Aku temen Rido Om.

ROMI

Oh, Citra ya?

CITRA

Iya Om.

Citra menyalami Romi. Romi melihat gelang yang melingkar di tangan Citra sampai menahan tangan Citra cukup lama.

CITRA (CONT’D)

Om?

ROMI

Gelang yang bagus ... [Beat]... Yasudah masuk aja. Rido udah nungguin kamu dari tadi

Citra melirik mobil lain yang ditutupi mantel abu-abu di dalam garasi.

CITRA

Iya Om, permisi ya Om, aku masuk dulu.

ROMI

Iya, iya silahkan.

Citra pergi menuju pintu rumah, lalu menekan bel yang ada di samping pintu.

P.O.V Rido :

INT. DEPAN PINTU. PAGI

Bel rumah berbunyi. Rido berlari dari ruang keluarga menuju pintu depan rumah.

RIDO

Ya, sebentar!

Rido membuka pintu dan ada Citra di balik pintu.

CITRA

Permisi mas, Rido nya ada?

RIDO

Oh, Ridonya lagi semedi di gua mbak.

CITRA

Pfftt.

RIDO

(Tertawa kecil)

Yaudah yuk masuk.

Citra masuk, mengikuti Rido menuju ruang keluarga yang sudah di-setting Rido menjadi ruang bermain PS.

CITRA

Wahh.. terniat lo Do.

Rido menggaruk tengkuk belakangnya. Merasa sedikit malu. Lalu mereka berdua duduk di atas karpet dan mulai bermain game.

RANGKAIAN ADEGAN:

·        Citra dan Rido memainkan game sepak bola.

·        Beberapa kali Citra kalah dalam bermain.

·        Di pertandingan selanjutnya, Citra mengganggu stick Rido agar dia gagal. Lalu Citra menang.

·        Kemudian Citra dan Rido memainkan game balab mobil, sambil mengunyah snack yang sudah disiapkan Rido tadi.

·        Citra menang lalu menghukum Rido dengan menyelentik jidat Rido dengan jari telunjuk dan jempolnya.

CITRA

(Sambil main PS)

Do.

RIDO

Uhm?

CITRA

(Terbata)

Gimana, itu, hubungan lo, itu.

RIDO

Hah? Hubungan apaan?

CITRA

Itu, yang di kafe. Yang sama bos gue.

RIDO

Tante Ratih? Kenapa tante Ratih?

CITRA

Eng-enggak. Gue cuma mau nanya aja, gimana hubungan lo sama tante Ratih? Baik-baik aja kan?

RIDO

Oh, iya baik-baik aja kok. Kenapa emang?

CITRA

Gapapa sih ... [Beat] ... Lo Gigolo ya Do?

RIDO

Pfft!! Hah? Lo bilang apa barusan?

CITRA

Ya itu... Tante Ratih pacar lo kan?

RIDO

(Tertawa terpingkal)

BHUAHAHAHA... APAAN SIH CIT?!

CITRA

Kok lo malah ketawa siihh!!

RIDO

Ya gimana enggak cobak? Tante Ratih itu tante gue. Gimana ya bilangnya. Gue tuh sama anaknya deket banget dari kecil, dan gue sering main ke sana. Jadi dia udah anggap gue kayak anak sendiri. Makanya deket banget.

CITRA

Jadi, tante Ratih bukan pacar lo?

RIDO

Ya bukan lah. Gila kali lo.

Citra tertawa malu.  Rido masih tertawa terpingkal. Citra menepuk pundak Rido karena malu.

IN SHOT :

Di sudut lain ruangan, ada Romi yang sedang membawa nampan berisi 2 jus jeruk, memerhatikan Rido dan Citra yang bermain PS. Dia menatap lekat gelang yang ada di tangan kanan Citra.

ROMI

Wahh, seru banget ya keliatannya. Nih Papa bawain jus jeruk.

RIDO

Makasih ya Pah.

CITRA

Makasih Om.

ROMI

Iya sama-sama. Om duduk di sini boleh ya? Kalian lanjut main aja, nggak usah hiraukan Om.

CITRA

Oh, iya Om, duduk aja. Kan rumah Om, hehehe.

RIDO

Bisa aja lo.

Romi tersenyum. Dia duduk di atas sofa tepat di belakang Citra dan Rido. Pandangannya kembali pada gelang Citra.

Romi mengambil ponselnya, membuka galeri yang menunjukkan gambar dirinya dan Laras yang sedang makan malam di kafe. Romi memperbesar gambar Laras. Di tangan Laras, melingkar gelang yang persis sama seperti gelang yang digunakan oleh Citra. Lalu pandangannya kembali tertuju pada tangan kanan Citra.

ROMI

Oh iya Citra, Om boleh tanya?

CITRA

Boleh Om. Tanya aja.

ROMI

Kamu beli gelang itu di mana? Om sukak deh sama gelangnya. Bagus banget.

CITRA

Oh ini, cantik ya Om? Gelang ini berharga banget buat aku. Nilainya sama seperti nyawa Papaku.

ROMI

Berharga?

CITRA

Ini peninggalan satu-satunya dari Papaku Om.

ROMI

Peninggalan?

CITRA

Iya, Papa udah nggak ada. Meninggal saat ditabrak lari beberapa bulan yang lalu.

ROMI

Te-terus?

CITRA

Ya, jadi Papa cuma ninggalin ini untuk aku di nyawa terakhirnya. Aku ga akan bisa lupain momen itu.

ROMI

Begitu ya. 

Citra menjawab Romi dengan senyuman intimidasi, matanya seketika tajam saat memandangi raut ketakutan Romi. Lalu dia kembali fokus pada permainannya.

Selang beberapa waktu, Laras pulang. Dia melihat Romi duduk di sofa, serta Rido dan Citra yang sedang bermain PS di depannya.

LARAS

Apa-apaan ini Rido! Berani kamu bawa teman ke rumah saya ya!

Citra terperanjat saat mendapati Laras mengamuk melihat kehadirannya bersama Rido di rumah itu. Rido berdiri di hadapan Laras. Begitupun Citra.

Citra berusaha menyalami Laras.

CITRA

Buk.

Laras menepis kasar tangan Citra yang menjulur untuk menyalaminya. Rido menatap sinis kepada Laras.

ROMI

Mah udah, kamu nggak perlu marah-marah.

LARAS

Kamu diem Mas! Lancang sekali kalian berdua!

Citra meneliti wajah Laras. Matanya memicing saat memerhatikan wajah Laras dari dekat.

RIDO

(Membentak)

Memang apa salahnya saya bawa teman untuk bermain di rumah saya?

LARAS

Rumah siapa kamu bilang? Ini rumah saya! Bukan rumah kamu. Kamu itu cuma anak haram di mata saya!

ROMI

Laras cukup!

LARAS

Apa Mas?! Semua yang aku bilang itu bener!

ROMI

Kamu pulang-pulang sudah membuat onar! Rido, bawa Citra keluar.

Rido meraih lengan Citra dan membawa Citra keluar dari rumah itu.

51. EXT. TERAS RUMAH RIDO. MALAM

Rido dan Citra hening saat sudah berada di luar rumah.

RIDO

Sorry ya Cit. Gue ga tau bu Laras bakalan pulang secepat ini.

CITRA

Never mind. It’s okay.

RIDO

Yaudah lo tunggu di sini sebentar, gue ambil motor dulu ke garasi. Bentar aja.

Citra meraih dan menahan lengan Rido.

CITRA

Do! Gue mau ikut.

RIDO

Hum? Yaudah, ayok.

Rido membuka pintu garasi. Di dalam garasi, ada dua mobil dan satu motor Rido. Salah satu mobil ditutupi oleh mantel abu-abu.

Citra berjalan perlahan mendekati mobil yang ditutup itu. Tubuhnya menegang.

Rido tak menghiraukan Citra dan terus mengeluarkan motornya.

Citra membuka penutup mobil itu, Rido refleks terkejut lalu melihat ke arah Citra.

Kita melihat mobil Honda BRV putih yang bagian depannya rusak cukup parah. Mobil itu terlihat cukup usang.

Mata Citra membulat saat melihat plat mobil itu. Tertulis : B 3425 LR.

RIDO

Kenapa Cit?

CITRA

(Dengan suara bergetar)

Ini mobil siapa Do? Mobil ini kenapa?

RIDO

Itu mobil bu Laras. Beberapa bulan yang lalu, dia nabrak pohon.

CITRA

Nabrak pohon?

Air mata Citra tumpah. Rido panik.

RIDO

Cit? Lo kenapa?

Citra berlari meninggalkan Rido. Rido berusaha mengejarnya, namun Romi yang baru datang menahan Rido untuk mengejar Citra.

ROMI

Biarin aja.

RIDO

Tapi Pah.

Romi menunduk sedih. Sambil terus menahan lengan Rido.

CUT TO 

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar