Borgol Dan Sepotong Cinta
6. Setelah Makan Malam

INT. TKP WONGSO - DAY

Dewi, BAGAS dan Chandra melihat sekeliling. BAGAS mendekati meja, melihat bekas lubang di meja bekas paku besar.

BAGAS

Ini penyiksaan.

DEWI

Maksudmu?

BAGAS

Kau lihat ini. Dia memaku tangan korban, kondisi korban masih hidup.

Dan dia menggunakan palu.

CHANDRA

Kau bilang dia sadis, kau sendiri?

BAGAS

Kami pembunuh, kami tidak pernah nyiksa orang.

Kami memaku tangan korban setelah dia mati.

Dan kami menggunakan bor tembak, bukan palu.

DEWI

Ini menunjukan apa?

BAGAS

Pelakunya ini orang yang sadis

dan tidak khawatir dengan suara gaduh yang ditimbulkan.

CHANDRA

Orang dekat?

BAGAS

Saatnya melihat senjata Algojo Dewi.

.

EXT. KANTOR POLISI - DAY

Dewi keluar dari mobil, masuk ke gedung. Bagas dan Chandra duduk di dalam mobil.

.

INT. KOLONEL OFFICE - MORNING

Dewi dan Kolonel.

KOLONEL

Dewi! Aku bilang ini sudah final!

Kau tidak seperti biasanya.

Ada apa?! Hah?!

DEWI

Pak Seno ini,… dia… ah...!

Dewi menunduk dan menggelengkan kepala.

KOLONEL

Fokus. Fokus ke kasus Algojo Dewi.

Dewi menatap Kolonel.

DEWI

Baik pak.

Dewi pergi. Kolonel memandang Dewi tajam.

.

INT. MOBIL DEWI - DAY

BAGAS dan Chandra duduk di dalam mobil.

CHANDRA

Tadi nyampe mana?

Kapten mengajak kau ke rumahnya?

BAGAS

Ya, tapi tidak langsung sih.

FLASH BACK

INT. KANTOR POLISI - DAY

WAWAN dan Dewi sedang mendiskusikan sesuatu, melihat ke peta.

BAGAS (V.O.)

Waktu itu, aku ada acara keluar kota selama dua minggu.

Jadi aku tidak menemuinya selama waktu itu.

Dewi menunduk, pandangan menerawang.

WAWAN

BAGAS lama gak kelihatan? Kemana dia?

DEWI

Gak tahu tuh. Dia gak bilang.

WAWAN

Orangnya seru. Aku suka.

Kalian gak putus kan?

Dewi menatap WAWAN heran.

DEWI

Memang kami sudah..?

(menghela nafas)

WAWAN

Sorry, aku kira,...

Dewi bangkit, lalu keluar. WAWAN tersenyum, geleng-geleng.

.

INT. RESTO - NIGHT

Dewi duduk di pojok, sendiri, pandangan menerawang.

.

EXT. KANTOR POLISI - NIGHT

Dewi keluar menuju mobilnya. Di ujung tempat parkir, satu siluet sosok, berdiri menatap Dewi, lalu berjalan mendekati Dewi. Dewi melirik sosok itu, lalu Dewi merogoh pistol di pinggangnya.

BAGAS

Hei! Baru pulang?

Sosok itu BAGAS! Dewi menghela nafas lega.

BAGAS (CONT’D)

Aku baru datang dari bandara langsung ke sini.

Gak tahu, rasanya ingin sekali melihatmu.

Seperti kerasanya sudah bertahun-tahun tidak melihatmu.

Dewi melanjutkan jalan ke mobilnya.

DEWI

Kau kemana saja BAGAS?

BAGAS

Aku harus menghandle klien di Kota Barat Jauh, well dia agak rewel dikit.

Jadi aku tidak bisa cepat.

Hei, kau baik baik saja kan?

Dewi masuk mobil.

DEWI

Ya, aku baik baik saja. Mau bareng?

BAGAS mengangguk. Lalu masuk mobil.

DEWI (CONT’D)

Kau tidak bawa mobil sendiri?

BAGAS

Aku tidak bawa mobil sendiri kalau menemui kamu saja.

Kalau aku bawa mobil sendiri, tidak bisa ngobrol seperti ini dong.

Dewi tersenyum.

BAGAS (CONT’D)

O ya, aku mau ke kantorku,

kalau gak keberatan simpang depan itu belok kiri.

Ada pekerjaan yang harus kuselesaikan.

DEWI

Kau tidur di kantor?

BAGAS

Kadang-kadang saja. Kau tahu, di kota Barat Jauh,

peredaran matahari rasanya lambat sekali.

Beberapa hari seperti berbulan-bulan kerasanya,...

Dewi tersenyum.

.

INT. KANTOR BAGAS - MORNING

Dewi masuk, menemui resepsionis.

RESEPRIONIS

Pagi. Mau bertemu dengan siapa ya?

DEWI

BAGAS.

RESEPRIONIS

Dari mana?

Dewi menunjukan lencana polisinya, sambil tidak sengaja menyingkap pistolnya terlihat. Resepsionis kaget, mengangguk.

RESEPRIONIS (CONT’D)

Silahkan langsung saja. Ruang ke dua, di kanan.

Dewi mengangguk, lalu jalan. BAGAS sedang mengetik sesuatu, Dewi mengetuk pintu.

SFX: TOK TOK TOK

BAGAS melihat Dewi, girang, lalu membukanya.

BAGAS

wou, pagi. Ayo masuk, duduk.

Dewi jalan, melihat sekeliling.

DEWI

Ini kantormu ya?

BAGAS

Hmm yah begitulah. Mau minum apa Dewi?

DEWI

Tidak perlu, aku sebentar saja.

BAGAS

Sebentar saja ya? Hmmm,... mau ngobrol sambil duduk atau sambil jalan?

Dewi tersenyum. Dewi berjalan keluar, BAGAS menjejerinya.

DEWI

Kau nanti malam bisa membantuku?

BAGAS

Malam ini? Bisa. Ada apa?

DEWI

Aku mau ngajak keluarga Santi makan malam di rumahku.

Bisa bantuin nyiap-nyiapin macam-macamnya?

BAGAS

Bisa. Hanya saja aku tidak bisa masak.

Mungkin nanti bisa mbantuin habisin masakan atau yang lain.

Dewi tertawa kecil.

DEWI

Oke, aku mengharapkanmu BAGAS.

Dewi masuk mobil.

DEWI (CONT’D)

Jam 7, jangan telat ya?

BAGAS

Oke. Eh aku belum tahu rumahmu.

DEWI

Ya udah, nanti pulang bareng aja.

BAGAS

Ok sip. Ehmm Dewi, aku beberapa hari ini kangen banget sama kamu,

aku kebingungan ingin menyampaikan kepadamu kalau aku cinta kamu,

walau aku pikir kau mungkin sudah tahu itu,

well belum tahu bener sih tapi...

mungkin kau sudah bisa menduga atau merasakan hal yang berbeda yang aku rasakan,...

dan aku juga kebingungan ingin mencari cara

menyampaikan cinta kepadamu yang bisa membuatmu terkesan,...

dan aku juga tidak mengerti ketika di depanmu dan melihat bibirmu,

aku suka bicara ngelantur,... sorry. (Menghela nafas)

Dewi tersenyum.

DEWI

Sampai nanti ya.

Dewi melajukan mobilnya. BAGAS menatap kepergian Dewi, tersenyum.

.

INT. RUMAH DEWI - NIGHT

Dewi dan BAGAS menyiapkan piring, sendok, gelas, di meja makan, sambil berbincang dan tertawa.

DISSOLVE TO:

Dewi, BAGAS, Santi, Ardi duduk saling berhadapan makan malam, sambil tertawa riang. Santi melirik BAGAS mengerdipkan matanya, BAGAS tersenyum.

Dewi, BAGAS, Santi, Ardi duduk di sofa, sambil berbincang tertawa riang.

Santi dan Ardi, pamitan pergi. BAGAS dan DEWI berdiri di depan pintu melambaikan tangan. Dewi masuk, BAGAS mengikuti.

BAGAS

Ini situasi yang membuatku salah tingkah Dewi.

DEWI

Maksudmu?

BAGAS

Aku, kamu, saat ini berdua saja di rumahmu, dan hari sudah malam,

ehmm... apa yang diharapkan dari laki-laki dan wanita yang saling suka,...

Well aku tahu aku suka banget ama kamu,

dan aku menduga kamu mungkin suka juga ama aku,...

hanya saja ketika aku melihat bibirmu yang sedikit basah itu

sungguh membuatku tergoda dan aku sangat ingin sekali menciumnya,

tapi kau tahu, aku tidak akan menyentuh kamu sebelum kamu mengijinkan aku,

lagipula aku tidak suka gaya Amerika,

yang ngaku-ngaku cinta agar bisa tidur bareng 3 tahun,

kemudian 3 bulan setelah nikah, cerai, pisah, musuhan.

DEWI

Kau bicara apa BAGAS?

Dewi duduk di Sofa.

BAGAS

Aku ingin sekali menciummu, memelukmu dan tidur bersamamu,

tapi aku ingin melakukan semua itu setelah menikah,

mungkin kamu setuju dengan itu, mungkin juga tidak,

tetapi sepertinya,... (Menghela nafas)

Aku kebingungan dengan apa yang akan aku katakan.

BAGAS mendekati Dewi, berlutut di depan dewi,

BAGAS (CONT’D)

Hmm boleh aku memegang tanganmu?

Dewi tersenyum, mengangguk. BAGAS memegang tangan Dewi.

BAGAS (CONT’D)

Kau kelihatan capek.

Terimakasih sudah mengajakku di acara spesial ini.

Aku sungguh senang sekali.

Aku merasakan kehangatan dan kedamaian.

Kau tidak apa-apa kalau aku pulang sekarang?

Dewi tersenyum, mengangguk.

DEWI

Kau juga kelihatan capek. Sebaiknya cepat istirahat.

BAGAS bangkit, menatap Dewi tajam, mengangguk. Lalu pergi. Dewi menatap BAGAS tajam.

DEWI (CONT’D)

Gas, terimakasih.

Bagas, menoleh ke Dewi, melambaikan tangan.

BACK TO:

EXT. MOBIL DEWI – DAY

CHANDRA

Woo Man, itu kesempatan emas! Kau melewatkannya!

BAGAS

Maksudmu?

Chandra menggelengkan kepala. Dewi datang dan masuk mobil sambil menyerahkan bungkusan plastik berisi 3 batang besi sebesar kelingking.

DEWI

Ini Paku Algojo.

BAGAS mengamati paku besar itu sambil mengeryitkan alis. Dewi wajah lesu.

CHANDRA

Jadi?

BAGAS

Kita harus memeriksanya di Lab ini besi apa?

DEWI

Lab forensik sudah memeriksanya.

BAGAS

Lab swasta Dewi. Aku tidak percaya dengan polisi.

Bagas menatap Dewi tajam.

BAGAS (CONT’D)

Hei,... kau kelihatan,... Kau tidak apa-apa?

Dewi menatap Bagas sebentar lalu memandang ke depan.

DEWI

Ayo jalan Chan.

.

EXT. HALAMAN LAB SWASTA - DAY

BAGAS duduk di mobil, Dewi dan Chandra datang masuk ke mobil.

DEWI

Hasilnya baru bisa dilihat besok.

CHANDRA

Apa yang kau harapkan BAGAS?

BAGAS

Paku yang aku gunakan, dalam aksi Algojo adalah jenis besi yang tidak ada di Kota ini.

Aku mendapatkannya dari Papua,

ketika membeli rumah tua peninggalan Jepang di sana.

CHANDRA

Maksudmu?

DEWI

Kau ingin tahu, Paku itu sama dengan pakumu atau bukan.

BAGAS

Ya.

DEWI

Terus?

BAGAS

Kita lihat saja besok.

CHANDRA

Sekarang kemana nih?

BAGAS

Aku ingin melihat profil korban. Kau sudah punya kan?

Dewi dan Chandra saling memandang mengangguk.

.

INT. OFFICE JAKSA - NIGHT

BAGAS memeriksa dokumen dengan serius. Dewi duduk, melirik BAGAS sambil membaca dokumen di mejanya. Chandra datang membawa kopi, menyajikan ke BAGAS. Bagas meletakan folder profil sambil menggelengkan kepala. Lalu menatap Dewi.

BAGAS

Hmm,...

CHANDRA

Ada sesuatu?

BAGAS

Ini datanya kurang lengkap.

Profil ini yang membuat adalah polisi, jadi kurang lengkap.

Bagas menghampiri dewi menatapnya tajam. Dewi memandang Bagas.

DEWI

Kenapa?

Bagas duduk di depan Dewi. Dengan wajah innocent dan tatapan melas, menatap Dewi tajam.

DEWI (CONT’D)

Kau jangan melihatku seperti itu Gas.

BAGAS

Apa yang terjadi? Ceritalah.

Dewi dan Bagas saling menatap.

BAGAS (CONT’D)

Kau tahu aku Dewi.

Dewi menggelengkan kepala, menghela nafas, mengeluarkan HPnya.

DEWI

Kau bikin aku kikuk kalau menatapku seperti itu.

CHANDRA

What’s up ?

DEWI

Pak Seno, Ayah Santi meninggal karena kecelakaan?

Bagas kaget, kemudian menunduk.

BAGAS

Santi di mana?

Dewi menunjukan HP yang memutar video rekaman pesan Pak Seno ke Santi. Bagas melihatnya, mengeryitkan dahi.

CHANDRA

Kotak biru?

DEWI

Santi meyakini ayahnya dibunuh.

Ayahnya tidak bisa nyetir, jadi kecelakaan itu pasti rekayasa.

Aku sudah dua kali minta kolonel untuk membuka kasus Pak Seno,

melakukan penyelidikan awal, tapi ditolak.

Karena kematian Pak Seno sudah final di stempel sebagai kecelakaan lantas.

Bagas menatap Dewi sambil menggelengkan kepala.

BAGAS

Dan kau baru cerita sekarang?

DEWI

Apa maksudmu?

BAGAS

Dia itu temanmu! Temanmu ya temanku juga. Kenapa kau,..?

DEWI

Kenapa aku harus menceritakannya padamu?

Kau itu buronan, psikopat pembunuh, kriminal, ingat!?

Bagas menghela nafas, menggeleng, duduk, menunduk, berpikir.

BAGAS

Aku heran, biasanya wanita yang sangat percaya dengan cinta, tapi kau...

DEWI

Kau tahu apa tentang wanita hah!?

BAGAS

Aku tidah terlalu tahu mungkin karena kamu tidak mau terbuka,...

DEWI

Terbuka?! Supaya kamu bisa menyakitiku?

BAGAS

Aku menyakitimu?

Kau yang memborgolku, memenjarakanku dan kau bilang Aku menyakitimu?

CHANDRA

Fokus guys. Fokus. Sebenarnya, apa permasalahan di sini?

Dewi dan Bagas diam sejenak.

BAGAS

Gimana kabarnya Santi?

DEWI

Dia kelihatan tabah. Dan aku, hrrrh aku tidak bisa melakukan apapun untuk membantunya.

Bagas menunduk, berpikir.

BAGAS

Kemana kau akan pergi, jika semua temanmu tidak bisa dipercaya?

Dewi menatap Bagas, terbelalak.

DEWI

Musuhmu!

CHANDRA

What?

DEWI

Pak Harjo!

BAGAS

Ketika tidak ada orang yang bisa dipercaya,

kau hanya punya satu pilihan, mempercayai musuhmu.

CHANDRA

Ini kelihatan keren. Let’s go.

BAGAS

Dan Mr Harjo ini, juga punya data-data yang kita cari yang polisi tidak punya.

BAGAS bergegas keluar, Dewi dan Chandra mengikuti.

.

INT. MARKAS HARJO – NIGHT

BAGAS (V.O.)

Mr harjo ini mafia yang unik. Dia dibenci polisi dan juga ditakuti penjahat-penjahat lain.

BAGAS, Dewi dan Chandra duduk berhadapan dengan Harjo (L/55).

BAGAS

Kita nunggu anda ngomong atau kita bisa ngomong duluan?

HARJO

Aku tahu siapa kamu. Kamu.

Tapi aku tidak tahu siapa kamu (menatap Chandra)

CHANDRA

Saya Chandra Pak. Letnan Chandra dari kejaksaan.

BAGAS menyerahkan folder profil Wongso dan Hutapea. Harjo melihatnya sekilas, tersenyum sinis.

DEWI

Kami ingin tahu tentang orang ini Pak.

HARJO

Kalian mau bayar berapa?

BAGAS

Saya pikir temanku sudah memberi Bapak sesuatu yang sangat berharga.

Harjo, Dewi dan Chandra memandang BAGAS.

HARJO

Maksudmu?

BAGAS

Teman kami berbaik hati sudah menitipkan kotak biru kepada bapak, ya kan?

Harjo heran, Memandang BAGAS tajam. Dewi dan Chandra menoleh ke Bagas heran. Harjo memberi kode pengawalnya. Pengawal masuk.

HARJO

Mau main-main denganku?

Kalian mau membayar dengan sesuatu yang sudah ada padaku?

Bagas, Dewi dan Chandra saling memandang tegang. Pengawal Harjo mulai mendekat ke Bagas, Dewi dan Chandra.

BAGAS

Ok. Aku punya ini, pemberian dari sahabatku.

Bagas melepaskan cincin akiknya, lalu meletakan di meja.

BAGAS (CONT’D)

Dia bilang, bisa bernilai mahal dan berguna dalam situasi tertentu.

Harjo memungut cincin akik, lalu mengamatinya.

HARJO

Siapa sahabatmu?

BAGAS

Belut Beruang.

Spontan Harjo dan pengawalnya kaget, mengeluarkan senjatanya menodongkan ke Bagas. Dewi dan Chandra kaget, heran. Bagas diam, tenang.

DEWI

Apa yang kau lakukan? (berbisik)

Harjo menatap Bagas tajam, beberapa saat, lalu tertawa, sambil memberikan cincin akik ke Bagas. Bagas menerimanya, lalu memakainya lagi. Harjo memberi kode pengawalnya untuk menurunkan senjatanya.

HARJO

Jawab aku dulu. Kenapa kau melakukannya nak?

Membunuhi orang-orang itu.

BAGAS

Hmm orang-orang bilang aku ini psikopat, jadi aku tidak harus punya alasan untuk membunuh.

Harjo tertawa. Dewi tersungut melirik Bagas. Chandra tersenyum kecil.

HARJO

Kau pintar.

BAGAS

Siapa decking mereka ini pak?

BAGAS menunjuk kertas profil di meja. Harjo memandang BAGAS, lalu memandang profil Wongso dan Hutapea. Pengawal menyerahkan kotak biru ke Harjo. Harjo meletakan di depannya. Bagas, Dewi, Chandra menatap Kotak Biru.

HARJO

Mereka orang-orang liar yang gak punya decking.

BAGAS

Tapi mereka bisa menjadi bandar.

HARJO

Hanya pengusaha kecil yang beruntung saja.

Mereka dibunuh, ya aku sudah menduga cepat atau lambat itu akan terjadi.

Mereka ini memang orang bodoh.

Tidak tahu cara menjalankan bisnis di era modern ini.

BAGAS memandang Dewi dan Chandra.

BAGAS

Sepertinya kami ingin membawa kotak birunya pak.

Harjo memandang Bagas tajam.

HARJO

Kurasa aku akan menyimpan kotak birunya.

DEWI

Itu bukan milik anda Pak.

HARJO

O ya, dan kau mau apa?

Menahanku? Hehe,... seriuslah.

BAGAS

Bisa ceritakan isinya Pak?

Harjo diam sebentar.

HARJO

Untuk saat ini, yang ingin kukatakan, isi hard disk itu berbahaya bagi orang-orang tertentu.

Dan bagiku bisa menghasilkan uang banyak.

Bagas mengangguk.

BAGAS

Aku mengerti.

Berapa pejabat yang terlibat Pak?

HARJO

Hehehe,... Kau pintar.

Kau mestinya bekerja untukku, bukan bekerja untuk polisi.

BAGAS

Aku tidak bekerja untuk polisi.

Aku membantu dia, dia ini kekasihku.

HARJO

Oo, jadi berita itu benar.

Kalian, hehehe,.... Menarik sekali.

BAGAS

Terimakasih pak.

BAGAS beranjak, Dewi dan Chandra mengikuti.

BAGAS (CONT’D)

Sepertinya bapak harus secepatnya menggunakan kotak biru itu.

HARJO

Aku bisa melihat badai akan menghantammu Bu polisi,

kau hati-hatilah.

.

INT. MOBIL DEWI - NIGHT

Chandra nyetir, Dewi di sampingnya, BAGAS duduk di belakang.

CHANDRA

Jadi?

BAGAS

Korban aksi Algojoku yang 21 orang itu, tidak hanya sekedar penjahat,

tapi mereka adalah partner atau tangan kanan pejabat yang korup.

CHANDRA

Dan korban Wongso dan Hutapea ini, hanya penjahat biasa.

Hmmm menarik.

BAGAS

Apa kata teman lamamu,

engng WAWAN tentang ini.

DEWI

Dia di Barak 18, tidak bisa keluar.

BAGAS

Masih bisa dikunjungi?

Dewi mengangguk.

DEWI

Perlunya?

BAGAS

Kau sudah menunjukan profil korban ke dia?

Dewi menggeleng. BAGAS membuka tanganya. Chandra melihat ke BAGAS dan Dewi bergantian.

CHANDRA

Apa yang kita tunggu? Let’s go!

DEWI

Ok, besok pagi kita ke Barak 18.

CHANDRA

Sekalian mengambil hasil lab.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar