Bintang SMA 108
3. Bagian 3
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

21.INT. RUANG KERJA - KANTOR ARIF - PAGI

Arif sedang menelepon.

ARIF

Bantu apa, Pak?

SUGENG (V.O)

Bapak harus bantu saya, atau apa yang kita lakukan selama ini akan terbongkar semuanya.

Arif tidak menjawab, ia hanya diam.

INTERCUT ANTARA ARIF DAN SUGENG

SUGENG

Bukan hanya karir Bapak yang di pertaruhkan, tapi saya dan Pak Agung juga.

ARIF

Saya mengerti maksud Bapak.

SUGENG

Maka Bapak harus selesaikan masalah ini sekarang.

Telepon di matikan.

Arif meletakan Hadnphonenya di atas Meja. Ia melihat ke arah depan, datar.

Terdengar bunyi Handphone Arif, ia melihatnya, sebuah pesan dari Astrid, bertuliskan:

"Aku buat laporan hari ini, aku harap mas ngerti apa yang aku lakuin"

Arif memandang datar Handphonenya, ia meletakannya lagi di Meja. Ia melihat Foto di sebelahnya.

Foto dirinya dan Laras, mereka berdua tersenyum di dalam foto itu.

22.INT. RUANG KERJA - KARAOKE - PAGI

Astrid duduk, memandang datar handphonenya.

Ia mengambil Tasnya dan berjalan keluar.

23.INT. KANTOR POLISI - SIANG

Astrid duduk di depan Polisi, ia melihatnya datar.

POLISI

Apa yang Ibu mau laporkan?

ASTRID

Tentang kecelakaan yang melibatkan dua murid dari SMA Negeri Satu.

Polisi mengetik dan melihat Komputernya, datar.

POLISI

Kasus itu sudah selesai dan pelakunya sudah di tangkap.

ASTRID

Kalian menangkap pelaku yang salah.

POLISI

Apa Ibu punya bukti?

ASTRID

Karena saya saksi di kecelakaan itu. Orang yang bersama dengan pelaku sebenarnya.

POLISI

Siapa?

ASTRID

Arif Lukito, itu pelaku sebenarnya. Saya yakin Kapolres kalian juga tahu soal ini.

Ada jeda di antara mereka.

POLISI

Siapa nama Ibu?

ASTRID

Astrid Putri.

Polisi itu mulai mengetik pernyataan Astrid.

24.INT. RUANG KERJA - KANTOR POLISI - PAGI

Agung yang sedang mengerjakan kerjaan. Pintu di ketok, Dedi masuk ke dalam ruangan. Agung menyadarinya.

DEDI

Ada laporan masuk untuk Pak Arif.

Agung melihat Dedi.

DEDI

Ini tentang kecelakaan itu, Pak.

AGUNG

Pembuat laporannya?

DEDI

Astrid Putri, saksi dari kecelakaan itu.

Ada jeda di antara mereka.

DEDI

Apa yang akan Bapak lakukan?

Agung hanya diam, tidak menjawab.

DEDI

Pak?

Agung tersadar, ia melihat Dedi.

AGUNG

Biarkan saja.

DEDI

Tapi Bapak tahu akibatnya apa?

AGUNG

Kamu tahu Dedi, beberapa hari yang lalu Pram datang ke saya bawa dua BAP tentang kecelakaan itu.

Dedi tidak menjawab, ia hanya diam.

AGUNG

Saya tahu dia dapat dari mana dan saya tidak mempermasalahkannya.

Dedi hanya diam.

AGUNG

Jangan merasa bersalah. Kamu tahu apa dia bilang? Dia hanya mau saya tanggung jawab dengan apa yang saya sudah lakukan selama ini, hanya itu, tidak lebih.

DEDI

Bapak pasti bangga punya anak kayak Pram.

AGUNG

Saya bangga, bangga sekali. Saya harusnya bersyukur dia masih peduli sama saya.

Ada jeda di antara mereka.

AGUNG

Jadi biarkan Astrid bikin laporan itu. Saya tidak akan melakukan apa-apa.

DEDI

Baik, Pak.

Dedi berjalan keluar, Agung tinggal sendirian, ia melihat ke arah lain, datar.

25.INT. RUANG TENGAH - RUMAH LARAS - MALAM

Arif berada di ruang tengahnya, ia tengah menelepon.

AGUNG (V.O)

Bapak akan mendapatkan surat pemanggilan untuk masalah ini.

ARIF

Saya mengerti, Pak.

AGUNG (V.O)

Tidak ada lagi yang bisa saya lakukan sekarang, Pak.

ARIF

Saya paham, saya juga tidak memiliki keninginan untuk meminta bantuan Bapak lagi.

AGUNG (V.O)

Saya paham. Selamat Malam. Dan satu hal lagi, Pak. Ketika saya di tanya, saya akan menjawab semuanya dengan apa adanya.

ARIF

Saya paham, Pak. Saya juga akan melakukan hal yang sama.

Sambungan telepon di matikan. Arif meletakan handphone di atas meja.

Ia melihat Sabar.

ARIF

Astrid sudah membuat laporan. Saya akan dapat surat pemanggilan, secepatnya.

SABAR

Pak Agung?

ARIF

Tak ada lagi yang bisa dia lakukan dan saya tidak akan meminta tolong dia.

SABAR

Bapak akan biarkan saja?

ARIF

Saya akan bertanggung jawab. Itu yang akan saya lakukan.

SABAR

Laras?

ARIF

Dia pasti mengerti, apa yang saya lakukan ini juga demi dia.

Laras berdiri di balik tangga rumah. Mendengarkan apa yang Arif dan Sabar bicarakan. Ia hanya diam di situ.

26.INT. KAMAR LARAS - RUMAH LARAS - MALAM

Laras berbaring di tempat tidurnya, melihat dinding kamarnya, datar.

27.INT. RUANG TENGAH - RUMAH LARAS - PAGI

Laras dan Arif sedang sarapan di Ruang Tengah, dalam diam. Sesekali Arif melihat Laras yang hanya fokus sarapan.

ARIF

Kamu lapar? sampai serius makannya.

Laras tersadar, ia tersenyum kecil.

ARIF

Sebentar lagi libur sekolah. Kamu mau kemana?

LARAS

Laras belum kepikiran.

Arif mengangguk. Ia melihat Laras yang kembali fokus ke sarapannya.

ARIF

Laras.

Laras melihat Arif.

ARIF

Waktu itu kamu pernah tanya sama Ayah. Kalau ada orang yang kita sayang terus dia lakuin kesalahan, apa kita bisa gantiin dia buat tanggunng jawab, kamu ingat?

LARAS

Iya, Laras ingat.

ARIF

Dan kamu ingat apa jawaban Ayah, kan?

LARAS

Iya, Laras ingat. Ayah bilang bisa karena kita sedih kalau lihat orang yang kita sayangi terima akibat dari perbuatannya.

Arif mengangguk.

LARAS

Ayah kenapa tanya itu?

ARIF

Gak apa-apa. Ayah cuma mau tanya aja. Seberapun besar rasa sayang kita ke seseorang. Kalau orang itu melakukan kesalahan, kita harus ingatin orang itu, apa yang dia lakuin itu salah.

LARAS

Apa dia mau dengar?

ARIF

Pasti, karena kata-kata itu keluar dari mulut orang yang menyayangi dia.

Ada jeda di antara mereka.

LARAS

Laras juga harus lakuin hal yang sama, kan kalau Ayah lakuin kesalahan?

ARIF

Iya. Dan Ayah harus lakuin hal yang sama juga, kan kalau Laras lakuin kesalahan?

LARAS

...Iya.

Mereka melanjutkan sarapan mereka, dalam diam.

28.INT. DEPAN SEKOLAH - PAGI

Karina beralan kaki menuju Sekolah, ia berheti.

Astrid berada di depan pintu masuk Sekolah, melihat Karina.

Mereka saling melihat.

CUT TO:

Mereka duduk di Halte Depan Sekolah. Mereka melihat Murid-murid yang berjalan masuk ke dalam Sekolah.

ASTRID

Kakak jadi ingat waktu Kakak sekolah dulu.

KARINA

Kakak sekolah dimana?

ASTRID

Kamu tahu SMA Empat?

Karina menggleng.

ASTRID

Wajar kamu gak tahu, sekolahnya gak di sini.

Mereka berdua tersenyum.

ASTRID

Kakak udah buat laporan.

Karina melihat Astrid, terkejut.

ASTRID

Harusnya Kakak yang buat bukan kamu.

KARINA

Makasih, Kak.

ASTRID

Mungkin kamu juga di mintai keterangan.

KARINA

Kalau itu aku siap.

ASTRID

Makasih.

Ada jeda di antara mereka.

ASTRID

Laras udah tahu?

KARINA

Udah, tapi dia masih belum terima.

ASTRID

Iya, dia menolak buat terima alasan apapun saat ini.

KARINA

Hanya karena itu bukan berarti aku berhenti di sini, kan?

ASTRID

Kakak suka semangat kamu.

KARINA

(mengepalkan tangan)
Girl power.

Mereka berdua tersenyum.

29.INT. RUANG KELAS - SEKOLAH - PAGI

Karina masuk ke dalam kelas, sesaat ia melihat Laras yang sedang berbicara dengan Murid-murid lain.

Karina duduk di tempatnya, masih melihat Laras, datar.

30.INT. RUANG TENGAH - RUMAH KARINA - SORE

Karina berjalan menuju Ruang Tengah. Ada Ibu dan Bambang yang berada di sana, mereka diam.

Karina menuju mereka, melihat mereka satu persatu.

KARINA

Ada apa, Bu? kenapa serius banget?

Bambang dan Harini melihat ke arah Meja Makan. Karina mengikutinya, ia melihat Surat Pemanggilan dari Polisi.

Bambang dan Harini melihat Karina.

HARINI

Kamu gak terlibat masalah lagi, kan?

BAMBANG

Lagi?

Karina tersenyum canggung ke Orang Tuanya.

KARINA

Bukan, sebenarnya...

CUT TO:

Bambang dan Harini hanya diam, berpikir. Karina melihat mereka satu persatu.

BAMBANG

Oke, Ayah ngerti sekarang.

KARINA

Gak ada yang perlu di khawatirin.

Harini melihat Karina, datar.

KARINA

Karina gak buat masalah apa-apa.

HARINI

Bukan itu yang jadi masalah. Di umur kamu yang segini, udah sewajarnya kamu bikin masalah.

Karina bingung mendengarnya. Bambang tersenyum mendengarnya.

HARINI

Ibu gak masalah kamu mau cari tahu, Karin dan kamu udah bilang itu dari awal. Tapi Ibu gak nyangka kecelakaan kamu serumit ini.

KARINA

Karena Karina yakin itu bukan kecelakaan biasa.

Harini melihat Karina. Karina tersenyum canggung, Harini melihat Bambang, ia mengangguk.

HARINI

Kamu hati-hati. Kabarin kami kalau ada apa-apa.

KARINA

(memberi hormat)
SIAP!

Karina mengambil Surat itu dan mencium Harini dan memeluk Bambang.

KARINA

Makasih Ayah, Ibu.

Karina berjalan menuju Kamarnya. Harini dan Bambang melihatnya.

BAMBANG

Karina udah besar sekarang.

HARINI

Kadang-kadang aku mikir apa kita terlalu bebasin dia sampai berani cari tahu kayak gitu.

BAMBANG

Mungkin. Tapi dengan begitu, dia tahu apa yang harus dia lakukan. Yang paling penting, dia tahu apa yang dia mau lakuin buat masa depannya.

HARINI

Dengar Mas bicara kayak gitu, aku yakin, kita terlalu bebasin dia.

Bambang tertawa mendengarnya. Harini juga tersenyum mendengarnya.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar