Bintang SMA 108
2. Bagian 2
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

11.EXT. LAPANGAN - SEKOLAH - SIANG

Tama duduk di pinggir lapangan, terlihat ia sedang memperhatikan Class Meeting yang sedang berlansung, datar.

Pram berdiri di sebelahnya, Tama melihatnya.

PRAM

Mau minum?

TAMA

Minum apa?

PRAM

Bebas, paling di kantin cuma ada cola atau air.

Pram berjalan menuju Kantin. Tama melihatnya sesaat, ia mengikutinya dari belakang.

12.EXT. KANTIN - SEKOLAH - PAGI

Mereka berada di kantin. Di depan mereka ada Air Mineral, Pram dan Tama melihat sekitar.

PRAM

Karina ingat kata-kata terakhir Tio.

TAMA

Itu kenapa dia mau laporin Ayah Laras?

PRAM

Iya.

TAMA

Aku cuma gak mau lihat Laras kayak gitu.

PRAM

Gak ada yang bisa kita lakuin.

TAMA

Dan itu yang bikin aku gak suka.

PRAM

Aku yakin mereka berdua lebih bersalah dari kita sekarang.

TAMA

Iya.

PRAM

Kita jangan ikut campur lagi. Ini urusan mereka berdua.

Ada jeda di antara mereka.

PRAM

Kita harus lakuin ini, Tama.

Tama tidak menjawab, ia hanya diam.

PRAM

Kamu gak harus ikut.

Tama melihat Pram.

TAMA

Aku ikut, Pram.

Mereka saling melihat.

13.INT. RUANG KELAS - SEKOLAH - SIANG

Laras berada di kelas yang sepi. Ia merebahkan Kepalanya di atas meja, melihat ke arah samping, datar.

Tama berdiri di depan pintu, melihat Laras, datar.

14.EXT. SAMPING KELAS - SEKOLAH - SIANG

Karina bersandar di dinding Kelas, ia melihat datar ke arah depan. Karina memakai headset.

Pram berdiri tak jauh dari Karina, melihatnya, datar.

15.INT. MOBIL - BERGERAK - MALAM

Arif melihat jendela, datar.

Dari depan, Sabar menyetir Mobil dalam diam. Sesaat ia melihat Arif melalui cermin tengah, datar.

ARIF

Sabar.

Sabar melihat Arif dari cermin tengah.

ARIF

Kamu punya kabar tentang Ronald?

SABAR

Tidak ada, Pak.

ARIF

Adiknya masih sering jenguk dia?

SABAR

Masih, Pak. Itu yang saya dengar.

ARIF

Ibunya?

SABAR

Ibunya tidak ada perubahan.

Ada jeda di antara mereka.

SABAR

Tapi saya mendengar kabar ada beberapa orang yang mengunjungi dia.

Arif melihat Sabar, menunggu.

SABAR

Teman-teman sekolah Laras. Salah satunya Karina.

ARIF

Jadi dia sudah tahu.

SABAR

Kemungkinan dia di bantu Pram.

ARIF

Begitu.

SABAR

Tama juga.

Ada jeda di antara mereka.

ARIF

Apa kamu pikir yang saya lakukan itu salah, Sabar?

SABAR

Saya tidak punya hak untuk menilai itu, Pak.

ARIF

Saya bebaskan kamu bicara kepada saya, bukan sebagai bawahan saya.

Sabar melihat Arif, menunggu.

ARIF

Tapi sebagai teman.

Sabar melihat Arif --

SABAR

Apa yang kamu lakukan itu demi diri kamu sendiri. Aku gak tahu Laras tahu apa yang kamu lakuin di belakangnya, tapi kalau dia tahu mungkin dia akan kecewa. Kamu pegangan hidup dia selama ini. Kalau kamu melakukan hal ini, aku yakin Laras bisa melakukan hal yang lebih dari apa yang kamu lakukan.

ARIF

Makasih, Sabar.

Ada jeda di antara mereka.

SABAR

Soal Karina, Pak?

ARIF

Biarkan saja mereka melakukan apa yang mereka mau lakukan.

SABAR

Bapak biarkan mereka?

ARIF

Karena ini penting untuk Karina dan Laras. Saya akan ikuti saran dari teman saya.

Sabar melihat Arif melalui cermin tengah. Arif melihatnya.

ARIF

Mempunyai teman yang bisa memberikan saran ada adanya itu menenangkan pikiran. Saya harus makasih sama orang itu.

Sabar melihat Arif dari cermin tengah.

ARIF

Saya rasa saya perlu istirahat dari semuanya. Saya ingin dekat dengan Laras lagi.

Arif melihat luar jendela, datar.

16.INT. KAMAR LARAS - RUMAH LARAS - MALAM

Laras berbaring di Tempat Tidurnya, menghadap dinding, datar.

Pintu Kamar Laras terbuka, Arif berdiri di balik pintu.

Laras menutup matanya.

Arif hanya melihat Laras, datar. Ia menutup pintu.

Laras membuka matanya, melihat dinding kamarnya, datar.

17.INT. KANTOR POLISI - SIANG

Dedi melihat Dokumen di depannya, datar.

LAKI-LAKI, POLISI TIGA, sedang melihat Dedi yang melihat Dokumen itu.

POLISI TIGA

Hanya itu yang bisa aku dapat.

DEDI

Sisanya?

POLISI TIGA

Gak ada, laporannya hanya berhenti di situ.

Dedi melihat Laporan itu.

POLISI TIGA

Waktu kita selidiki, mereka gak dengar ada tawuran di situ, maksud aku, orang-orang sekitar gak dengar motor-motor di sekitar TKP. Mereka hanya dengar suara keras.

DEDI

Tapi beberapa hari kemudian arah penyelidikan berubah?

POLISI TIGA

Iya, penyelidikan mulai berubah karena Ronald di tangkap, dia bilang semuanya yang ada di laporan yang Abang pegang.

Dedi melihat dokumen di tangan kanannya.

DEDI

Apa orang-orang yang terlibat masih di sini?

POLISI TIGA

Kebanyakan dari mereka di pindahkan, hanya tinggal beberapa orang, itu pun cuma orang-orang yang terlibat setelah penyelidikan berubah.

DEDI

Makasih.

POLISI TIGA

Untuk apa Abang minta aku cariin laporan itu?

DEDI

Bukan untuk apa-apa, hanya ada orang yang minta tolong.

Dedi berjalan pergi dengan dokumen-dokumen itu.

18.INT. WARKOP - SORE

Pram dan Dedi berada di Warkop. Dedi sedang memakan Bubur Kacang Hijau.

Pram di sebelahya, sedang melihat laporan-laporan itu.

DEDI

Kecurigaan kamu memang benar, Pram.

PRAM

Bapak tahu soal ini?

DEDI

Bisa jadi, mungkin ada yang laporin ke Komandan.

PRAM

Kalau Bapak tahu, Om bilang apa?

DEDI

Palingan Om cuci tangan, bilang kamu yang minta.

PRAM

Padahal udah di suruh gak usah mau di suruh-suruh aku.

DEDI

Palingan Om di mutasi.

PRAM

Gara-gara aku?

DEDI

Itu paling parahnya. Tapi Om yakin Komandan gak marah.

Ada jeda di antara mereka.

PRAM

Om Arif yang nabrak Karina dan nusuk Tio, Om.

Dedi melihat Pram, hanya diam.

PRAM

Aku tahu dari Karina yang ketemu saksi dari kecelakaan itu.

DEDI

Di penyelidikan gak di bilang ada Saksi.

PRAM

Karena Saksi itu orang yang di bawa Om Arif. Karina ketemu dia dan Orang itu cerita semuanya. Dan Laras tahu selama ini.

DEDI

Karena dia mau lindungin Arif?

PRAM

Iya, barang buktinya ada di Laras. Pisau buat nusuk Tio.

DEDI

Karina bilang apa?

PRAM

Laras minta buat gak laporin Om Arif dan Karina ikutin. Tapi Karina berubah pikiran, dia mau laporin Om Arif.

DEDI

Kalian harus cepat laporin kalau memang gak ada masalah lagi.

PRAM

Semua keputusan di tangan Karina, Om. Aku gak bisa apa-apa lagi sekarang.

Ada jeda di antara mereka.

DEDI

Kamu sekarang udah tahu yang sebenarnya. Kamu mau ngapain, Pram?

Pram melihat laporan-laporan itu.

PRAM

Aku bantu Karina sebisa aku.

DEDI

Ada satu pertanyaa aku Om mau tanya ke kamu.

Pram melihat Dedi, menunggu.

DEDI

Kalau memang benar laporan ini di ubah. Komandan jadi orang yang ikut campur, Pram. Apa kamu gak masalah?

PRAM

Karena itu aku mau bikin Bapak sadar.

DEDI

Walaupun kamu tahu dia Orang Tua kamu sendiri? Kalau memang benar, dia bisa di mutasi dan promosi jadi jenderal nya di tunda.

PRAM

Aku gak peduli berapa bintang Bapak bisa dapat, Om. Buat aku Bapak salah dan Bapak harus tanggung jawab. Sesederhana itu.

Dedi tersenyum mendengarnya.

DEDI

Kalau kamu butuh apa-apa, kabarin Om.

Pram melihat Dedi.

PRAM

Kenapa Om mau bantuin aku?

DEDI

Om juga gak tahu kenapa. Mungkin karena lihat kamu.

Mereka saling tersenyum.

DEDI

Btw, gimana hubungan kamu sama Karina?, udah sejauh mana?

PRAM

Kami cuma teman, gak lebih. Beberapa hari yang lalu kami jalan.

Dedi tersenyum mendengarnya.

PRAM

Cuma jalan, gak lebih.

DEDI

Om gak bilang apa-apa. Walaupun kalau lebih dari itu juga gak apa-apa, asalkan kalian tanggung jawab.

Pram melihat Dedi, ia menggelengkan kepala.

DEDI

Serius, kenapa Karina bisa tahan sama kamu.

PRAM

Gak tahu, mungkin ini pesona aku.

Dedi tertawa, di paksakan.

19.RUANG KERJA AGUNG - RUMAH PRAM - MALAM

Pram berjalan menuju Agung yang sedang bekerja. Pram berhenti di depan Agung. Ia meletakan Map di depannya. Agung melihatnya.

AGUNG

Permainan apa lagi ini, Pram.

Pram tidak menjawab, ia hanya diam.

AGUNG

Bapak gak punya waktu buat permainan kamu.

PRAM

Bapak pasti ada waktu kali ini.

Agung melihat Pram, ia membuka Map itu dan melihat Dokumen-dokumen itu.

PRAM

Bapak tahu Pram sekarang gak main-main.

AGUNG

Kenapa kamu gak langsung lapor ini ke Dedi?

PRAM

Karena Pram tahu Bapak bisa hilangan barang bukti ini, kayak masalah Tio.

Ada jeda di antara mereka.

AGUNG

Apa yang kamu mau?

PRAM

Pram gak mau apa-apa. Pram cuma mau Bapak tanggung jawab atas apa yang Bapak buat.

AGUNG

Apa kamu ancam Bapak kamu sendiri?

PRAM

Pram bukan ancam Bapak. Justru karena Pram sayang Bapak makanya Pram lakuin ini.

Ada jeda di antara mereka.

PRAM

Bapak tahu apa yang Pram mau.

Pram berjalan menuju pintu --

AGUNG

Kenapa ini penting buat kamu, Pram?

Pram berhenti, ia menoleh ke Agung.

PRAM

Karena ini penting buat orang yang Pram peduliin.

AGUNG

Apa yang buat kamu gak suka dengan apa yang Bapak lakuin?

PRAM

Karena Bapak selalu ajarin Pram buat tanggung jawab. Dan Bapak tahu apa yang Bapak lakukan ini sekarang termasuk tanggung jawab atau tidak.

Agung hanya diam, tidak menjawab. Pram membuka pintu, ia berjalan keluar.

Agung melihat kertas-kertas itu, datar.

AGUNG

Udah besar kamu ternyata.

Agung melihat pintu, datar.

20.INT. RUANG KEPALA SEKOLAH - SEKOLAH - PAGI

Sugeng sedang memeriksa dokumen-dokumen yang ada di depannya.

Pintu di ketok dan terbuka, Karim dan Septia masuk ke dalam, mereka berdiri di depan Sugeng.

Sugeng melihat mereka, datar.

SUGENG

Ada apa?

Karim meletakan Map di depan Sugeng. Sugeng melihatnya, ia terkejut, melihat mereka berdua.

KARIM

Kami melakukan penyelidikan tentang korupsi yang di laporkan Tama. Dan kami menemukan itu.

SUGENG

Apa kamu di suruh Tama?

SEPTIA

Kami melakukan atas inisiatif kami, Pak. Apa Tama temukan itu hanya sebagian kecil dari kasus ini. Kasus Tunjangan Ekstra itu kami yang menemukannya. Dan juga SPT yang Bapak keluarkan, itu hasil kerjasama Bapak dengan PT yang di miliki Pak Arif Lukito, Orang Tua dari Laras Lukito.

Ada jeda di antara mereka.

KARIM

Kami juga menemukan Orang yang Bapak ajak kerjasama soal Tunjangan Ekstra. Rian Hidayat, pasti Bapak ingat nama itu.

SUGENG

Kurang ajar, kalian sudah berani-berani lawan saya.

KARIM

Kalau itu menyangkut soal masa depan Sekolah ini dan anak-anak murid saya berani. Jangan menantang saya soal ini.

SUGENG

Jangan ikut campur masalah ini, Karim.

KARIM

Terlambat, Pak. Sejak awal masalah ini muncul, saya sudah ikut campur. Dan Bapak tidak penasaran dari mana saya mendapatkan barang-barang bukti ini?

Sugeng tidak menjawab, ia hanya diam.

KARIM

Pasti Bapak tahu dari mana saya mendapatkan semua ini.

SUGENG

Kurang ajar Irfan.

KARIM

Dan Suparman, dia mungkin bukan guru yang baik. Tapi dia orang yang benar-benar konsisten. Dia tidak mau jatuh sendirian, sekalipun itu harus menyeret Bapak juga.

Ada jeda di antara mereka.

KARIM

Kami tidak akan lama menunggu, Pak. Kami yang lapor atau Bapak yang menyerahkan diri. Pilih salah satu.

SUGENG

Kamu tidak bisa membuat saya jatuh, Karim.

KARIM

Berarti kami tahu apa yang Bapak pilih.

SEPTIA

Kalau Bapak tidak mau lakukan ini demi diri Bapak sendiri. Lakukan ini demi Tama, Pak. Lakukan ini sebagai Orang Tua Tama.

SUGENG

Diam kamu, Septia. Tahu apa kamu soal tugas Orang Tua.

SEPTIA

Saya mungkin belum jadi Orang Tua, tapi saya tahu mau menjadi Orang Tua yang seperti apa.

Karim dan Septia berjalan keluar ruangan. Sugeng melihatnya, dingin.

SUGENG

Tak ada yang bisa jatuhkan aku di sini.

Sugeng melihat ke arah depan, dingin.

Ia mengambil Handphone dan memencet sesuatu di sana, ia menempelkannya di telinga.

SUGENG

Halo, ini saya. Bapak harus bantu saya.
Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar