Bintang SMA 105
1. Bagian 1

EXT. DEPAN RUMAH KARINA - SORE

Karina, Pram hanya diam. Mereka melihat Roni berdiri di depan mereka.

RONI

Ronald bukan orang yang tusuk Tio.

PRAM

Kamu ada buktinya?

RONI

Gak ada. Tapi Ronald yang bilang gitu.

PRAM

Dia ada buktinya?

RONI

Kalau itu aku gak tahu.

KARINA

Kalau gitu aku harus bicara sama dia.

Pram melihat Karina.

KARINA

Itu memang rencananya, kan.

RONI

Aku bisa bantu kamu.

Karina melihat Roni.

RONI

Aku cuma mau orang yang sebenarnya di tangkap.

PRAM

Itu yang kami mau juga.

Karina hanya diam.

INT. RUANG KELAS - SEKOLAH - PAGI

Karim berdiri di depan Kelas, ia melihat ke arah Murid-murid dengan senyuman yang mengembang.

Murid-murid juga melakukan hal yang sama.

KARIM

Bapak senang bisa kembali lagi ke kelas ini. Jadi wali kelas kalian.

Tepukan tangan yang meriah di lakukan Murid-murid. Karina juga melakukannya.

KARIM

Apa yang terjadi beberapa hari belakangan ini, Bapak minta maaf. Bapak bohong sama kalian.

Terdengar satu dua jawaban yang terdengar dari murid-murid. Karim tersenyum mendengarnya.

KARIM

Hasil rapor kalian sudah keluar. Untuk nilainya, ada yang memuaskan dan ada yang tidak. Tapi tidak masalah, makanya ada Bapak disini. Bapak akan bantu kalian, kalian paham?

Terdengar jawaban dari Murid-murid.

KARIM

Sebelum itu, Bapak akan kasih kalian materi tentang minat dan bakat yang Bapak dapat dari Pelatihan kemarin. Karena tidak semua dari kalian suka akademik. Maka kalian harus tahu minat dan bakat kalian. Tujuannya supaya kalian bisa mengasah dan mungkin bisa menjadi skill kalian di masa depan.

Murid-murid hanya diam, tidak menjawab.

KARIM

Kalau kalian masih ragu, kalian bisa bicara sama Bapak.

Murid-murid berpikir, mencari jawaban. Pram hanya memandatang datar Karim.

EXT. LAPANGAN - SEKOLAH - PAGI

Karim dan Tama sedang duduk di Lapangan Sekolah. Cola ada di tangan mereka masing-masing.

TAMA

Maaf, Pak. Gara-gara saya, Bapak di keluarin sama Ayah.

KARIM

Sekarang Bapak udah balik lagi ke sini. Itu yang penting, kan?

Tama tersenyum kecil mendengarnya.

KARIM

Tapi apa yang kamu lakuin itu luar biasa, Pram. Gak semua orang berani lakuin itu.

TAMA

Dan sekarang semua yang saya lakuin itu sia-sia.

KARIM

Kamu cuma Anak Sekolah umur tujuh belas tahun, tapi pikiran kamu melebihi semua orang dewasa di sini, kamu harusnya bangga. Tapi percaya Bapak, semua yang kamu lakuin itu gak sia-sia.

Tama tidak menjawab.

KARIM

Sebagai wali kelas kamu. Itu tugas Bapak untuk lindungi semua anak murid Bapak. Dan sebagai guru, ini tugas Bapak untuk melindungi sekolah dan nilai-nilai sekolah.

Karim memegang pundak Tama, kemudian ia tersenyum. Tama juga ikut tersenyum.

KARIM

Karena kamu Bapak punya keberanian. Makasih, Tama.

Tama hanya tersenyum.

EXT. KANTIN - SEKOLAH - PAGI

Karina dan Rosa duduk di Kursi Kantin. Mereka sedang memakan jajanannya.

ROSA

Kamu mau ketemu Ronald?

Karina mengangguk, sambil memakan jajanannya.

ROSA

Kabarin aku kalau ada apa-apa.

KARINA

Oke. POPDA kamu kapan?

ROSA

Dua minggu lagi.

KARINA

Gak ada masalah kan?

ROSA

Ada, tapi waktu aku jadinya kurang sama kamu.

Karina melihat Rosa, tersentuh.

KARINA

Aaaaaahhhhhh, Rosa...

ROSA

Abis POPDA kita girls day out. Mau gak?

Karina mengangguk, mereka berdua tersenyum.

Pram berjalan melewati mereka, sesaat Karina melihatnya. Rosa menyadarinya.

ROSA

Kamu kenapa lihat Pram serius gitu?

KARINA

Gak apa-apa.

Rosa melihat Karina, tersenyum kecil.

ROSA

Setahu aku Pram cuma sekali pacaran. Waktu SMA kelas satu, terus mereka putus. Mantannya pindah ke luar kota.

KARINA

Terus hubungannya sama aku apa?

ROSA

In case you missed it.

KARINA

Itu TMI, Rosa.

ROSA

Buat aku iya, tapi gak buat kamu.

Pram berjalan melewati mereka, Karina masih melihat Pram.

ROSA

Ada yang bilang mereka putus, tapi ada yang bilang mereka masih lanjut. Kamu harus tanya sama Pram.

KARINA

Sekali lagi, hubungannya sama aku?

ROSA

In case you missed it.

Karina menggeleng.

ROSA

Aku kenal mantannya. Harus aku akui dia lebih cantik dari kamu.

Karina melihat Rosa, tidak percaya. Sesaat ia memperbaiki anak-anak rambut di pinggir Matanya.

ROSA

Namanya Cantika.

KARINA

Hubungannya sama aku apa, Rosa?!

Rosa mengangkat bahu. Karina masih tidak percaya.

ROSA

Banyak yang bilang mereka cocok, kayak serasi gitu. Tapi aku bilang biasa aja.

KARINA

Serius, Rosa. Hubungannya sama aku apa?

ROSA

Aku cuma kasih tahu kamu.

KARINA

Aku tahu kamu Rosa, gak mungkin gak ada alasan.

ROSA

Yang artinya kamu tahu alasan aku kasih tahu kamu.

KARINA

Aku benci kamu tahu aku.

ROSA

Walaupun masih belum ada apa-apa, setidaknya kamu udah aku kasih info. Setidaknya kamu bisa siap-siap.

KARINA

Buat apa?

ROSA

Kalau kamu di tolak --

Rosa berjalan cepat keluar Kantin. Karina melihtanya, tidak percaya.

KARINA

KURANG AJAR!!!

Karina menyusul Rosa, keluar kantin.

INT. RUANG KELAS - SEKOLAH - PAGI

Anak-anak sedang bersiap pulang. Pram merapikan Peralatan Sekolahnya dan memasukan ke dalam Tas.

Ia melihat Tama, datar.

EXT. DEPAN RUMAH - PERUMAHAN - SORE

Tiwi dan Harris turun dari Motor. Tiwi berjalan masuk ke dalam Rumah itu, tampak sepi.

Harris di belakangnya melihatnya. Ia berjalan masuk.

INT. KAMAR TIWI - RUMAH PERUMAHAN - SORE

Harris berdiri, ia melihat ke arah depannya, datar. Tiwi berdiri di sampingnya, melihat ke arah yang sama.

HARRIS

Ternyata kamu serius.

Di depan mereka ada Perlengkapan Gaming. Meja, Kursi dan Komputer dan juga Stading Mic.

Tiwi berjalan ke tempat itu. Harris melihat sekitar.

HARRIS

Dan aku yakin ini bukan rumah kamu. Aku yakin ada alasan kenapa semua barang-barangnya di sini.

TIWI

Yang tahu aku serius soal Mobile Game cuma Ibu sama Abang.

HARRIS

Alasan Bapak kamu gak tahu? dia larang kamu?

TIWI

Bapak aku itu kaku. Semua keluarganya harus ikutin apa yang orang tua mereka suruh. Dan itu terjadi di keluarga aku.

HARRIS

Kalau dia tahu?

TIWI

Barang-barang ini di buang. Yang paling parang aku gak bisa kemana-mana.

Ada jeda di antara mereka.

HARRIS

Aku gak tahu rasanya di kekang, tapi yang pasti itu gak enak.

TIWI

Setiap keluarga punya masalah, kan. Dan Bapak yang kaku jadi masalah keluarga aku.

HARRIS

Kamu pernah bilang mau jadi pro gamer?

TIWI

Percuma kalau cuma aku yang bilang. Ibu aku pasti gak bisa belaiin aku. Abang aku? aku belum tahu dia maunya apa. Tapi aku bisa lihat dia juga udah berani, dalam arti positif.

HARRIS

Iya, aku ngerti. Jadi udah sejauh mana karir profesional kamu?

TIWI

(tersenyum)
Karir? Aku baru mulai streaming game setahun yang lalu. Tapi serius main mobile game sejak lima tahun yang lalu.

HARRIS

Lima tahun? setahun setelah mereka muncul. Kamu orang lama ternyata.

TIWI

Dua tahun aku gak main, waktu itu ketahuan Bapak aku gara-gara nilai aku turun. Kamu tahu sendiri orang tua konservatif kayak apa.

Harris melihat sekitar, ia melihat Tiwi.

HARRIS

Jadi apa yang bisa aku bantu?

TIWI

Bantu? jadi subscriber aku terus share ke kenalan kamu.

HARRIS

Oke, aku lakuin buat kamu.

Mereka berdua tersenyum. Tiwi mulai menghidupkan Komputer dan mengeluarkan Handphonenya. Harris mendekat.

EXT. DEPAN RUMAH TAMA - SORE

Pram berdiri di atas Motor, ia melihat Rumah di Tama, sepi.

Ia melihat sekitar, tak ada orang. Ia memakai Helm --

TAMA (O.S)

Ngapain kamu di sini?

Pram melihat ke arah sumber suara. Tama berada di belakangnya, memperhatikan Pram.

Pram tidak menjawab. Tama berdiri di depannya.

TAMA

Ngapain kamu di sini? Ada perlu sama Bapak?

PRAM

Gak, cuma lewat.

TAMA

Kalau cuma lewat kenapa pake berhenti?

Pram tidak menjawab, ia hanya diam. Tama masuk ke dalam Rumah, membuka Pagar --

PRAM

Tadi aku cari makanan di sekitar sini.

Tama hanya diam. Pram dalam keadaan canggung.

PRAM

Aku pergi.

Pram menghidupkan Motornya. Tama melihatnya.

TAMA

Didepan ada yang enak, mau aku kasih tahu?

Pram tidak menjawab, mereka saling melihat.

INT. RUMAH MAKAN - SORE

Pram dan Tama makan makanan mereka, dalam diam. Mereka sesekali saling melihat, tak ada yang bicara.

PRAM

Tumben gak pulang sama Laras?

TAMA

Dia mau pulang duluan, ada urusan.

PRAM

Dia tahu masalah ini?

TAMA

Gak, kamu tahu dia ngapain kalau tahu. Jangan sampai dia tahu masalah ini.

Pram mengangguk, melanjutkan makannya.

TAMA

Aku dengar Roni mau bantu kita?

PRAM

Iya, dia bantuin kita. Kita tinggal tunggu buat ketemu Ronald.

Tama mengangguk, melanjutkan makannya. Mereka dalam diam.

Terdengar suara Handphone Pram, sesaat ia melihat, terlihat dari Layar Handphone:

BAPAK

Pram membalikan Handphonenya, melanjutkan makan. Tama melihatnya.

TAMA

Om Agung bilang apa soal pak Karim?

PRAM

Dia gak bilang apa-apa.

TAMA

Sejujurnya aku lebih ngeri lihat Om Agung daripada Ayah aku sendiri.

PRAM

Karena Bapak orangnya tenang dan Om Sugeng meledak-ledak?

TAMA

Kalau Ayah aku masih bisa tahu rencana dia karena dia pasti cerita.

PRAM

Sedangkan Bapak gak tahu sama sekali apa rencana dia.

TAMA

Kamu harus hati-hati buat cari tahu masalah Tio, Pram. Kita gak bisa harapin Om Dedi lagi.

PRAM

Iya aku mikirnya juga gitu. Apa yang kita harapin dari Polisi.

TAMA

Mereka hanya ikutin perintah, gak bisa berbuat banyak buat bantuin kita, anak sekolah.

PRAM

Maka dari itu, kita harus ketemu Ronald.

TAMA

Kalau memang bukan Ronald yang nusuk Tio, kita harus ngapain?

PRAM

Tergantung, Karina maunya gimana. Sekarang semua tergantung Karina.

TAMA

Aku hanya berharap kita bisa nemuin jawabannya kali ini.

PRAM

Itu semua yang kita mau, kan?

Mereka saling melihat, dalam diam.

INT. LAPANGAN FUTSAL - SORE

Pram melakukan pemanasan di pinggir lapangan. PELATIH, 30-an, berdiri di pinggir Lapangan, memperhatikan pemain-pemain.

Pram melihat ke arah mereka, datar.

PRAM

Minat dan Bakat... Futsal...

Terdengar suara peluit yang berbunyi.

PELATIH (O.S)

Semuanya kumpul.

Pram menyelesaikan pemanansan dan berlari ke tengah lapangan.

EXT. TERAS - RUMAH PRAM - MALAM

Pram turun dari Motor, sesaat ia melihat Agung yang berada di Teras Rumah, membaca buku, sendirian.

Pram berjalan menuju Agung dan menyalaminya dan masuk ke dalam Rumah --

AGUNG

Latihan Futsal lagi?

Pram berhenti.

AGUNG

Kamu jangan terlalu serius sama Futsal. Itu bukan masa depan kamu.

PRAM

Akpol masa depan Pram?

Agung tidak menjawab, ia hanya diam. Pram berjalan --

AGUNG

Masa depan kamu sudah di tentukan. Ikuti semua apa yang Bapak suruh. Kamu harus jadi kebanggan buat keluarga.

PRAM

Kebanggaan keluarga atau pencapaian buat ambisi Bapak?

Agung meletakan Bukunya, ia melihat Pram. Pram juga melihat Agung.

PRAM

Jangan jadikan Anak buat pencapaian pribadi, Pak. Pram masuk.

Pram berjalan masuk ke dalam rumah. Agung sendirian, ia melihat ke arah depan, datar.

INT. KAMAR PRAM - RUMAH PRAM - MALAM

Pram berbaring di tempat tidurnya, melihat langit-langit kamar, datar.

PRAM

Minat dan bakat... futsal...

Pram melamun ke langit-langit.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar