Bintang SMA 105
6. Bagian 6

INT. RUANG KELAS - SEKOLAH - PAGI

Laras sedang duduk di Kursinya, Tama mendekatinya --

TAMA

Bisa bicara sama aku?

Laras melihat Tama, datar.

EXT. DEPAN RUMAH LARAS - SORE

Tama dan Laras berada di depan Rumah Laras.

TAMA

Aku minta maaf. Memang benar aku gak kasih tahu kamu soal Ayah. Aku cuma gak mau kamu ikut campur.

LARAS

Karena ini masalah pribadi kamu?

TAMA

Iya.

LARAS

Tapi kamu tahu kan, setidaknya kamu kasih tahu aku?

TAMA

Iya, aku tahu.

LARAS

Dan Karina?

TAMA

Aku pernah bantu Karin. Begitu dia tahu masalah aku, dia mau bantu aku juga. Sama Pram.

LARAS

Kasus Karina sama Pak Irfan?

TAMA

(mengangguk)
Aku minta maaf. Aku tahu aku salah.

LARAS

Hebatnya aku juga gak tahu kamu bantuin Karin. Jangan-jangan masih banyak hal yang aku gak tahu dari kamu.

TAMA

Aku tahu, apapun itu aku minta maaf.

LARAS

Walaupun aku tahu kamu gak harus kasih tahu aku semuanya. Tapi tau dari orang itu rasanya gak enak. Kayak kamu gak anggap aku.

Ada jeda di antara mereka.

LARAS

Dan kenapa kamu mau laporin Kepala Sekolah, orang tua kamu sendiri?

Tama tidak menjawab.

LARAS

Pasti ada alasannya Tama, kamu bukan orang yang suka bercanda.

TAMA

Karena apa yang Ayah lakuin itu salah. Kasus Okta, kasus Karina, kasus Tio dan sekarang korupsi yang dia lakuin. Semua hal yang dia lakuin itu salah, aku yakin apapun yang dia lakuin, dia pasti bilang semuanya demi aku. Padahal aku sama sekali gak minta.

Laras tidak menjawab.

TAMA

Aku cuma mau dia tanggung jawab sebagai orang tua, sebagai Kepala Sekolah.

Laras memeluk Tama, yang di balas Tama. Tama membenamkan Wajahnya di pelukan itu.

LARAS

Maaf, harusnya aku sadar kalau masalah itu memang gak sembarangan orang bisa di ceritaiin.

TAMA

Kamu bukan orang yang sembarangan. Harusnya aku cerita.

Mereka saling melihat, dalam diam.

LARAS

Aku minta maaf. Aku cuma mau kamu jujur sama aku, tapi aku buat kamu gak nyaman.

TAMA

Kamu tahu aku cari soal Tio lagi, kan? kami udah ketemu jawabannya.

Laras tidak menjawab, ia hanya diam.

TAMA

Ronald, abang Roni. Bilang dia gantiin orang yang sebenarnya nabrak Karin, dia juga orang yang tusuk Tio.

LARAS

Kalian percaya sama dia?

TAMA

Dia bilang kami cuma harus cari Pisau sama Mobil yang di pakai sama orangnya.

LARAS

Kalian percaya gitu aja, gak ada bukti sama sekali?

TAMA

Karina bilang dia percaya sama Ronald.

LARAS

Bukan berarti kalian percaya juga kan?

TAMA

Tapi sejauh ini, cuma petunjuk ini yang paling menyakinkan dari yang pernah kami lakuin sebelumnya.

LARAS

Memang, tapi maksud aku, bisa jadi Ronald bohong sama kalian, kan?

TAMA

Memang itu harus kami pikirin, tapi dasarnya dia mau bohong apa?

LARAS

Supaya fokus kalian ke dia, padahal bisa jadi memang dia yang tusuk Tio.

TAMA

Tapi kamu tahu sendiri, Laras. Tio gak pernah ikut geng motor sama sekali. Aku tahu betul dia.

LARAS

Hanya karena kamu tahu dia, bukan berarti kamu tahu segalanya tentang dia kan.

Ada jeda di antara mereka.

TAMA

Kamu kenapa? gak suka aku cari tahu soal Tio?

Laras tidak menjawab, ia hanya diam.

TAMA

Aku harus cari tahu soal Tio. Ini bukan cuma dia.

LARAS

Karina juga?

TAMA

Iya.

LARAS

Sejujurnya aku gak suka kamu cari tahu soal Tio lagi. Bukan karena ada Karina.

TAMA

Tapi aku harus.

Laras melihat Tama, datar.

LARAS

Kalau gitu aku bantu kamu.

TAMA

Bantu?

LARAS

Makin banyak orang makin bagus kan.

TAMA

Iya... makasih.

LARAS

(melamun)
Memang benar apa yang kamu bilang. Gak semua masalah bisa kita ceritaiin ke sembarangan Orang.

TAMA

Maksud kamu?

Laras sesaat masih melamun, sesaat ia tersadar. Ia melihat Tama, tersenyum.

LARAS

Bukan apa-apa, itu cuma pemikiran aku.

Laras menarik Tama masuk ke dalam Rumah.

EXT. KANTIN - SEKOLAH - PAGI

Karina dan Pram sedang memakan jajanan mereka, dalam diam. Karina melihat sekitar, Pram memperhatikannya.

PRAM

Yang harus kita lakuin sekarang, kita harus cari Mobil itu sama Pisau itu.

KARINA

Itu sama aja cari jarum di tumpukan jemari. Kita cuma tahu Mobil sedan warna hitam, ada baret di bemper depan. Kita gak punya rekaman CCTV, berapa banyak mobil sedan hitam di kota ini. Sayangnya aku gak ingat semuanya.

PRAM

Aku gak paksa kamu buat ingat. Tapi aku yakin kamu pasti ingat, cepat atau lambat.

KARINA

Aku harap itu cepat.

Pram tersenyum mendengarnya.

KARINA

Dan kita harus cari saksi itu, Perempuan. Ronald bilang dia kayak wanita penghibur. Walaupun Ronald juga gak yakin. Kamu tahu daerah wisata malam, Pram?

PRAM

Tahu, akan jadi masalah kalau kita ketahuan di daerah itu. Bisa-bisa kita di tangkap.

Ada jeda di antara mereka.

PRAM

Ciri-ciri saksinya kayak apa?

KARINA

Setinggi aku, berarti sekitar seratus enampuluh limaan. Rambut panjang, kulitnya kuning langsat. Umurnya kayak 30-an. Cuma itu yang Ronald tahu.

PRAM

Ciri-cirinya juga gak spesifik.

KARINA

Setidaknya kita tahu kalau ada saksi.

Pram hanya diam, tidak menjawab.

KARINA

Udah ada kabar dari Om Dedi?

PRAM

Belum.

KARINA

Aku juga gak yakin Om kamu bisa bantuiin kita lagi. Dia pasti di awasin.

PRAM

Iya, itu yang aku khawatirin. Kita harus cari sebisa kita.,

Karina mengangguk, memakan jajanannya. Ia melihat Pram.

KARINA

Pram, kalau aku ajak kamu ngeband, mau gak?

PRAM

Band? kayak aku dulu sama Tio?

KARINA

Iya, kenapa gak. Aku di vokal, kamu di gitar, Tama di Drum.

Pram tidak menjawab, ia hanya diam.

KARINA

Kebetulan aku ada jadwal manggung malam ini. Aku tahu kita butuh latihan, setidaknya kita bisa senang-senang bareng-bareng.

PRAM

Kamu menikmati kayaknya?

KARINA

Kalau kita gak menikmati hidup, apa gunanya kita hidup, kan? Kita cuma anak sekolah umur tujuh belas tahun.

Pram hanya melihat Karina.

EXT. CAFE - MALAM

Karina menyanyi di atas Panggung, ia selesai membawakan lagu. Terdengar suara tepkan tangan dari Penonton. Pram, Tiwi dan Harris juga bertepuk tangan.

Karina turun dari Panggung dan berjalan menuju Meja Mereka bertiga.

PRAM

Kenalin ini adik aku, Tiwi.

Karina dan Tiwi bersalaman --

TIWI

Apa yang kakak lakuin buat lawan Pak Irfan itu keren. Serius.

KARINA

(tersenyum)
Makasih. Dan kamu adiknya Pram? aku yakin cuma kamu yang merasa hidup di rumah itu.

TIWI

Iya, sisanya cuma ngejalanin hidup. Jadi penonton.

Mereka berdua tersenyum.

KARINA

Adik kamu asik, Pram. Serius.

Pram melihat Tiwi, setuju.

KARINA

Kamu mau makan apa? kakak beliin.

HARRIS

Oh, ya. Aku mau semuanya yang enak.

Karina tersenyum.

TIWI

Kami cari makanan dulu.

Harris dan Tiwi berjalan --

TIWI

Kakak kamu asik, serius.

HARRIS

Iya, sayangnya aku gak bisa kayak gitu.

TIWI

Oh, ya. Menurut aku kamu asik. Kamu jadi diri kamu sendiri, sementara yang lain cuma pura-pura buat dapetin perhatian cewek-cewek.

HARRIS

So deep. Aku pernah dengar, ada pemikiran kalau masalah cowok itu cuma dua. Kalau gak uang ya tampang.

TIWI

Iya dan itu di amini banyak cowok. Aku kasihan sama cewek-cewek mereka.

HARRIS

Kenapa kasihan? bukannya cewek mereka juga punya pemikiran yang sama? Bukannya kalau kita pacaran itu artinya komitmen dan kita harus satu pikiran sama pasangan kita.

Tiwi berhenti. Ia melihat Harris.

TIWI

Harusnya mereka punya pilihan, kan?

HARRIS

Setidaknya kamu udah paham. Jadi kamu tahu harus ngapain kalau ketemu cowok kayak gitu.

Tiwi melihat Harris, mengangguk. Harris juga mengangguk. Mereka tersenyum.

TIWI

Harris. Aku kayaknya serius mau jadi Pro gamer.

HARRIS

Itu bagu, Tiwi. Aku pasti bantuiin kamu.

TIWI

Makasih. Aku juga pasti bantuiin kamu soal penulis film.

HARRIS

Oh, ya itu harus. Aku butuh orang yang ngomong apa adanya. Dan orang itu kamu.

TIWI

Tunggu itu pujian atau apa?

HARRIS

(tersenyum)
Itu pujian Tiwi.

TIWI

Gak, Haris. Itu bukan pujian.

Mereka berdua berjalan, sambil tertawa.

Di meja mereka, Pram dan Karina melihat sekitar.

PRAM

Rosa gak dateng?

KARINA

Rosa sama Gio. Mereka ada date katanya.

Mereka tersenyum.

PRAM

Malam ini ramai.

KARINA

Lumayan, biasanya lebih ramai dari ini.

SUARA PEREMPUAN (O.S)

Karin.

Karina menoleh. ASTRID PUTRI, 30-an, berdiri di sebelah Karina. Karina tersenyum melihatnya. Pram melihat mereka, datar.

ASTRID

Kamu nyanyi malam ini, kan?

KARINA

Iya, Kak. Kakak datang sama siapa?

ASTRID

Sendiri, cuma mau lihat kamu.

KARINA

Aku suka lihat Kakak kalau bilang sendiri. Kayak gimana gitu.

ASTRID

Iya, kan. Kayak Kakak tahu apa yang Kakak mau lakuin.

Karina menunjuk Astrid, setuju dengan perkatannya. Astrid melihat Pram, Karina tersadar.

ASTRID

Ini siapa, pacar kamu?

KARINA

Bukaaaan, teman aku. Pram kenalin Kak Astrid. Kak Astrid, ini Pram.

Mereka saling berkenalan. Pram tersenyum ramah, yang dibalas Astrid.

ASTRID

Kakak duduk di tempat biasa.

Karina mengangguk, Astrid berjalan pergi, sekilas ia memberikan salam ke Pram, ia membalasnya, sopan. Pram melihat Astrid pergi.

PRAM

Kenalan kamu?

KARINA

Iya, kenalan aku. Baru kenal waktu aku kerja di sini. Dia suka suara aku, kadang-kadang dia suka kasih aku uang buat jajan katanya.

Pram melihat Astrid dari kejauhan, datar.

KARINA

Pram, kenapa kamu lihatin Kak Astrid gitu? wajarlah ya, dia cantik, banyak yang suka.

PRAM

Iya, dia cantik. Tapi dia bukan kamu kan?

Karina terkejut mendengarnya, ia melihat Pram. Pram menyadarinya.

PRAM

Kenapa kaget, kamu yang bilang sendiri cuma ada satu Karina Hartono di dunia ini dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Karina tidak menjawab, ia berdehem, ia melihat ke arah lain. Ia merasa canggung.

PRAM

Kamu di panggil.

Karina tersadar, ia berjalan menuju Panggung tanpa melihat Pram. Disana ia berbicara dengan Para Pemain Band, mereka sedang bersiap-siap.

Pram melihat Karina, lekat-lekat. Karina melihat Pram, ia tersenyum kepadanya. Pram membalasnya, ia tersenyum kecil.

KARINA

Selamat Malam semuanya, untuk memulai malam hari ini, saya akan membawakan lagu berjudul CHRISYE.

Terdengar suara tepuk tangan dari Penonton. Pram juga bertepuk tangan.

Karina membawakan lagu itu dengan Aransemen dari Band itu.

Semua orang yang ada di situ bernyanyi bersama. Termasuk Pram, yang juga ikut bernyanyi.

Karina menikmati apa yang dia lakukan. Pram tersenyum melihat Karina yang bernyanyi bersama penonton.

INT. RUANG KERJA AGUNG - RUMAH PRAM - MALAM

Pram berjalan menuju Agung yang sedang membaca Buku. Ia tersadar, melihat Pram.

AGUNG

Ada apa?

PRAM

Pram cuma mau kasih tahu. Pram dapat seleksi Timnas Futsal.

AGUNG

Ternyata kamu serius sama Futsal?

PRAM

Iya, jangan sampai Bapak tahu dari Orang Lain dan supaya Bapak tahu apa yang Pram mau.

AGUNG

Alasan kamu?

PRAM

Karena hidup ini Pram yang jalanin, bukan Bapak atau Ibu. Bukan siapapun.

AGUNG

Apa ini bentuk perlawanan kamu, Pram?

PRAM

Justru Pram minta izin sama Bapak.

Agung tidak menjawab, ia hanya melihat Pram, datar.

PRAM

Jadi Pram harap Bapak ngerti pilihan Pram.

Pram berjalan menuju keluar pintu. Ia berhenti, melihat Agung.

PRAM

Satu hal lagi. Kalau Bapak kira Pram gak serius. Bapak bisa lihat sendiri nanti.

AGUNG

Bapak yakin kamu pasti balik ke Pram yang dulu.

PRAM

Pram masih Pram yang sama, Pak. Cuma pemahaman Pram yang berbeda.

AGUNG

Makanya kamu harus jadi Pram yang dulu.

PRAM

Sayangnya Pram yang itu udah berubah.

Pram tersenyum kecil. Agung melihat Pram, datar.

PRAM

Sekarang Pram bukan pengecut lagi.

Pram berjalan keluar. Agung melihat Pintu itu, datar.

INT. RUANG TENGAH - RUMAH PRAM - MALAM

Pram keluar dari Ruangan itu. Ia berhenti, melihat Laras ada di depannya.

PRAM

Sebaiknya kita saling dukung sekarang, Tiwi.

Tiwi tersenyum kepada Pram. Ia mengangkat tangannya. Pram berjalan dan menepuk tangan Tiwi.

PRAM

Apa yang kita lakuin ini gak salah.

TIWI

Tiwi tahu.

Mereka berdua berjalan menuju Kamar mereka masing-masing.

INT. KAMAR LARAS - RUMAH LARAS - MALAM

Laras berbaring di Kamarnya, melihat langit-langit kamarnya, datar.

Ia bangun dan berjalan menuju Meja Belajarnya. Ia membuka lacinya.

Laras melihat datar bungkusan yang tertutup kain di laci itu, datar.

FADE OUT.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar