Bintang SMA 105
4. Bagian 4

INT. KAMAR PRAM - RUMAH PRAM - MALAM

Pram sedang melihat E-mail itu, datar.

Terdengar suara ketukan pintu --

Tiwi masuk ke dalam kamar, Pram melihatnya.

TIWI

Bang, minta uang. Mau beli eskrim.

Pram memberikan Dompetnya dan Tiwi mengambil uang dari situ. Pram melihatnya --

PRAM

Abang ikut juga.

Tiwi melihat Pram, datar.

EXT. DEPAN MINI MARKET - MALAM

Pram dan Tiwi memakan Eskrim mereka di depan Mini Market. Mereka duduk di kursi.

PRAM

Karir kamu gimana?

TIWI

Kenapa semua orang bilang karir.

PRAM

Ada lagi yang tahu karir kamu?

TIWI

Ada, teman sekelas aku. Adiknya Kak Karin.

Pram mengangguk, melanjutkan memakan Eskrimnya.

TIWI

Dia bilang aku harus jadi pro player.

PRAM

Kamu sendiri, mau?

Mereka saling melihat.

TIWI

Abang sendiri serius sama Futsal?

Pram tidak menjawab, ia memakan Eskrimnya.

TIWI

Apa yang ada di pikiran Abang sama kayak aku.

PRAM

Abang dapat email seleksi timnas futsal.

TIWI

Setidaknya Abang punya jalan.

PRAM

Teman kamu gak tahu kamu punya Tim?

TIWI

Tim amatir, Bang.

PRAM

Kamu punya jalan sekarang, sama kayak Abang.

Mereka saling melihat, dalam diam. Mereka melanjutkan memakan eskrim.

Terdengar desahan panjang dari mereka.

INT. RUANG KERJA SUPARMAN - SEKOLAH - PAGI

Karim melihat sekitar Ruangan itu, tampak kosong.

Karim berjalan ke arah Meja Kerja, melihatnya sesaat. Ia mencari-cari di sana, ia menarik laci dan membaliknya.

Flashdisk tertempel di belakang Laci dengan selotip menutupinya.

Karim mengambilnya dan melihat sekitar, memeriksa keadaan.

Karim meletekan kembali dan berjalan keluar Ruangan.

INT. RUANG KONSELING - SEKOLAH - PAGI

Karim dan Septia berada di depan Laptop, melihatnya, serius.

SEPTIA

Ini semua benar, Pak?

KARIM

Kita cuma perlu periksa satu persatu.

SEPTIA

Kita mulai dari mana?

KARIM

Nama PT ini.

Karim dan Septia saling melihat, datar.

INT. WARKOP - SORE

Pram dan Dedi duduk bersebelahan, mereka sedang memakan makanan mereka.

DEDI

Semua yang Mas tahu ada di laporan itu semua.

PRAM

Tapi apa yang aku dapat dari Ronald, beda.

DEDI

Kalau itu Mas gak tahu, semua laporan, semua barang bukti, semuanya ke arah Ronald. Dan dia udak mengakui semuanya.

PRAM

Tapi bukan itu yang aku dengar, Mas.

Ada jeda di antara mereka.

DEDI

Kalau memang benar, salah satu dari dua info yang kita dapat salah.

PRAM

Kita cuma perlu cari tahu siapa yang salah.

Dedi melihat Pram.

PRAM

Aku dengar Mas di tegur Bapak.

DEDI

Bukan masalah besar, gak usah di pikirin.

PRAM

Mas juga tahu kasus Kepala Sekolah di hentiin.

DEDI

Mas udah lakuin sebisanya.

PRAM

Mas bisa tolong aku lagi?

DEDI

Soal Tio kali ini?

PRAM

Ini bukan cuma soal Tio.

DEDI

Soal Karina? Mas lihat kalian dekat.

PRAM

Cuma teman sekolah.

DEDI

Teman sekolah? buat sekarang. Gak tahu nanti.

Pram melihat Dedi, datar. Dedi tersenyum.

PRAM

Aku udah janji bantuiin dia. Kalau aku berhenti tengah jalan, mati aku.

Dedi tertawa kecil.

PRAM

Dia orangnya serius.

DEDI

Dia gimana orangnya, Pram?

Pram terdiam sejenak.

PRAM

Lucu, dia orangnya suka bercanda. Kadang-kadang impulsif, itu yang bikin aku khawatir. Dia orangnya kuat, tahu apa yang dia mau. Dia orangnya --

Pram melihat Dedi yang menahan senyum --

Dedi tertawa. Pram hanya melihatnya.

DEDI

Maaf. Cuma jarang-jarang kamu bicara soal cewek. Kamu juga gak cerita soal pacar kamu sama Mas. Btw kalian masih pacaran? sama Cantika?

PRAM

Kami udah putus, dia pindah ke Jakarta.

DEDI

Mungkin bukan karena soal Tio, tapi karena Karina.

PRAM

Maksud Mas?

DEDI

Alasan kenapa kamu mau tahu Tio meninggal. Kalau cuma itu, kamu gak berhenti kayak dulu.

Pram tidak menjawab, ia hanya diam.

DEDI

Mas pasti bantuin kamu. Kalau memang benar apa yang kamu bilang. Ada orang yang sengaja ubah barang bukti, merubah arah penyelidikan.

PRAM

Aku harap aku ketemu jawabannya kali ini.

DEDI

Bicar-bicara soal Karina. Dia punya pacar?

PRAM

Hubungannya sama aku?

DEDI

Gak, cuma tanya aja.

Pram menggeleng.

DEDI

Kamu sadar kan kamu minta tolong sama Mas?

PRAM

Sadar.

Dedi mengepalkan tangannya ke arah Pram, menahannya. Gemas.

DEDI

Kalau Karina tahu kamu aslinya kayak gini --

PRAM

Dia tahu.

DEDI

Dia gak bilang gak apa-apa?

PRAM

Dia marahin aku.

Dedi mengepalkan tangannya. Bahagia. Pram melihat Dedi, menggelengkan kepala.

EXT. DEPAN RUKO - SORE

Karim dan Septia berdiri di depan Ruko-ruko.

SEPTIA

Ini benar alamatnya, Pak?

Karim melihat sekitar.

SEPTIA

Nama PT nya, Pak?

KARIM

PT. Anugerah Cipta Nusa. Nomor tigapuluh satu.

Septia melihat sekitar, ia berjalan ke depan.

SEPTIA

Ini nomor tigapuluh satu, Pak.

Karim berjalan menuju Septia, berdiri di sebelahnya, melihat Ruko itu.

KARIM

Ini bukan PT nya.

Mereka melihat Ruko yang kosong, tidak ada apa-apa di sana, hanya ada tulisan:

RUKO INI DI SEWAKAN.

Mereka melihat Ruko, dalam diam.

CUT TO:

Septia masih melihat Ruko itu, datar.

Karim menempelkan Handphonenya di telinga.

OPERATOR (V.O)

Nomor yang ada tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan. Cobalah beberapa saat lagi.

Karim mematikannya dan melakukan hal yang sama. Lagi, terdengar jawaban yang sama. Karim mematikannya.

Ia berjalan menuju Septia, berdiri di sebelahnya.

SEPTIA

Ini baru satu PT. Masih ada sepuluh PT lagi yang harus kita datangi.

KARIM

Saya gak terkejut kalau semua PT yang kita datangi kondisinya sama kayak gini.

SEPTIA

Sekarang kita tahu modusnya Kepala Sekolah.

KARIM

Kita cuma perlu cari bukti lebih banyak lagi.

SEPTIA

Dan orang yang bantu Kepala Sekolah. Moduk kayak gini lebih dari satu orang. Mereka punya perannya masing-masing.

KARIM

Dan makin banyak tugas kita.

Karim dan Septia melihat Ruko itu, dalam diam.

INT. KAMAR TAMA - RUMAH TAMA - MALAM

Tama berada di Kamarnya, ia melihat Foto mereka bertiga, tersenyum lebar.

Tama melihatnya, datar. Tama melihat Kalender di sebelahnya. Di sana ada lingkaran merah di Tanggal Dua Belas.

INT. KAMAR PRAM - RUMAH PRAM - MALAM

Pram berbaring di Tempat Tidurnya, ia melihat ke arah Tas Gitar yang berada di atas Kursi di sudut Kamarnya.

Ia berjalan menuju benda itu, membukanya, tak terlihat isinya.

PRAM

Selamat ulang tahun.

Pram melihat isi tas itu, datar.

INT. RUANG KELAS - SEKOLAH - PAGI

Karina sedang mendengarkan Musik melalui Headsetnya. Pram duduk di Kursi depannya. Karina tersadar, ia melepaskan Headset.

PRAM

Aku udah bilang ke Mas Dedi. Dia mau bantuiin kita.

KARINA

Makasih.

Pram melihat bangku sebelah Karina.

PRAM

Rosa gak masuk?

KARINA

Iya, dia ada persiapan POPDA.

Pram mengangguk.

KARINA

Kalau memang benar Ronald bilang. Kita harus mulai dari mana?

Pram diam, tidak menjawab.

KARINA

(tersenyum)
Walaupun aku semangat cari tahu, sejujurnya aku gak harus ngapain.

Pram tersenyum kecil.

KARINA

Kita jangan lupa juga soal Tio. Kita harus cari tahu kenapa Sekolah tutup mulut.

PRAM

Pasti ada hubungannya sama Ronald.

KARINA

Bisa jadi. Kita cuma perlu cari siapa orang yang urus masalah Tio ini.

PRAM

Setahu aku guru BP yang urus masalah ini. Tapi udah pensiun.

KARINA

Berarti kita buntu, gak mungkin kita tanya Kepala Sekolah.

Pram hanya diam, ia melihat Karina.

PRAM

Mungkin Bu Septia tahu.

Karina melihat Pram.

KARINA

Jangan bilang kamu mau...

Pram hanya diam, melihat Karina, datar.

INT. KANTIN - SEKOLAH - PAGI

Harris dan Tiwi duduk bersama di Kantin, sedang memakan jajanan mereka.

Tiwi melihat Karina dan Pram yang berjalan menuju Ruang Guru.

TIWI

Kamu sadar gak Abang aku sering berduaan sama Kakak kamu?

Harris melihat ke arah Tiwi dan melihat pemandangan yang sama.

HARRIS

Wajar, kan mereka teman. Apa bedanya kamu sama aku sekarang?

Tiwi melihat Harris, mengangguk.

HARRIS

Aku mau beli air, kamu mau?

Harris mengangguk, Harris berjalan ke penjual, membeli minuman. Tiwi melihat Harris, datar.

TIWI

Aku gak pernah tahu kamu mau jadi apa.

HARRIS

Pertama kamu gak tanya. Kedua, itu bukan yang bisa di banggkan.

TIWI

Bilang aja. Aku gak ketawiin.

HARRIS

Penulis Film.

TIWI

Kamu ada naskah?

HARRIS

Aku lagi nulis.

TIWI

Judulnya apa?

HARRIS

Bintang SMA.

TIWI

Kenapa?

HARRIS

Karena kita bisa jadi Bintang dalam kehidupan SMA kita. Walaupun redup, tapi Bintang masih bisa di lihat dari jauh, tak peduli di tutup atau tidak, dia bersinar dan selalu ada setiap malam.

TIWI

Dalam. Aku suka premisnya. Aku yakin kamu pasti bisa jadi penulis. Walaupun banyak pesaingnya.

HARRIS

Iya aku sadar. Tapi itu bukan masalah. Yang penting aku punya karya, kan?

Mereka berdua tersenyum.

HARRIS

Kamu mau ke cafe minggu ini, kebetulan Kak Karin ada jadwal manggung di sana.

TIWI

Oh, ya aku mau. Aku juga bosen di rumah. Pram berantem sama Ayah aku gara-gara kasus Kepala Sekolah.

HARRIS

Iya, gak keluarga aku, keluarga kamu. Semua ada masalah.

Harris mengangkat Botol Airnya, Tiwi juga, mereka bersulang, meminum air.

Mereka melihat ke sembarang arah, datar.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar