INT. KAMAR PRAM - RUMAH PRAM - MALAM
Pram sedang melihat E-mail itu, datar.
Terdengar suara ketukan pintu --
Tiwi masuk ke dalam kamar, Pram melihatnya.
TIWI
Bang, minta uang. Mau beli eskrim.
Pram memberikan Dompetnya dan Tiwi mengambil uang dari situ. Pram melihatnya --
PRAM
Abang ikut juga.
Tiwi melihat Pram, datar.
EXT. DEPAN MINI MARKET - MALAM
Pram dan Tiwi memakan Eskrim mereka di depan Mini Market. Mereka duduk di kursi.
PRAM
Karir kamu gimana?
TIWI
Kenapa semua orang bilang karir.
PRAM
Ada lagi yang tahu karir kamu?
TIWI
Ada, teman sekelas aku. Adiknya Kak Karin.
Pram mengangguk, melanjutkan memakan Eskrimnya.
TIWI
Dia bilang aku harus jadi pro player.
PRAM
Kamu sendiri, mau?
Mereka saling melihat.
TIWI
Abang sendiri serius sama Futsal?
Pram tidak menjawab, ia memakan Eskrimnya.
TIWI
Apa yang ada di pikiran Abang sama kayak aku.
PRAM
Abang dapat email seleksi timnas futsal.
TIWI
Setidaknya Abang punya jalan.
PRAM
Teman kamu gak tahu kamu punya Tim?
TIWI
Tim amatir, Bang.
PRAM
Kamu punya jalan sekarang, sama kayak Abang.
Mereka saling melihat, dalam diam. Mereka melanjutkan memakan eskrim.
Terdengar desahan panjang dari mereka.
INT. RUANG KERJA SUPARMAN - SEKOLAH - PAGI
Karim melihat sekitar Ruangan itu, tampak kosong.
Karim berjalan ke arah Meja Kerja, melihatnya sesaat. Ia mencari-cari di sana, ia menarik laci dan membaliknya.
Flashdisk tertempel di belakang Laci dengan selotip menutupinya.
Karim mengambilnya dan melihat sekitar, memeriksa keadaan.
Karim meletekan kembali dan berjalan keluar Ruangan.
INT. RUANG KONSELING - SEKOLAH - PAGI
Karim dan Septia berada di depan Laptop, melihatnya, serius.
SEPTIA
Ini semua benar, Pak?
KARIM
Kita cuma perlu periksa satu persatu.
SEPTIA
Kita mulai dari mana?
KARIM
Nama PT ini.
Karim dan Septia saling melihat, datar.
INT. WARKOP - SORE
Pram dan Dedi duduk bersebelahan, mereka sedang memakan makanan mereka.
DEDI
Semua yang Mas tahu ada di laporan itu semua.
PRAM
Tapi apa yang aku dapat dari Ronald, beda.
DEDI
Kalau itu Mas gak tahu, semua laporan, semua barang bukti, semuanya ke arah Ronald. Dan dia udak mengakui semuanya.
PRAM
Tapi bukan itu yang aku dengar, Mas.
Ada jeda di antara mereka.
DEDI
Kalau memang benar, salah satu dari dua info yang kita dapat salah.
PRAM
Kita cuma perlu cari tahu siapa yang salah.
Dedi melihat Pram.
PRAM
Aku dengar Mas di tegur Bapak.
DEDI
Bukan masalah besar, gak usah di pikirin.
PRAM
Mas juga tahu kasus Kepala Sekolah di hentiin.
DEDI
Mas udah lakuin sebisanya.
PRAM
Mas bisa tolong aku lagi?
DEDI
Soal Tio kali ini?
PRAM
Ini bukan cuma soal Tio.
DEDI
Soal Karina? Mas lihat kalian dekat.
PRAM
Cuma teman sekolah.
DEDI
Teman sekolah? buat sekarang. Gak tahu nanti.
Pram melihat Dedi, datar. Dedi tersenyum.
PRAM
Aku udah janji bantuiin dia. Kalau aku berhenti tengah jalan, mati aku.
Dedi tertawa kecil.
PRAM
Dia orangnya serius.
DEDI
Dia gimana orangnya, Pram?
Pram terdiam sejenak.
PRAM
Lucu, dia orangnya suka bercanda. Kadang-kadang impulsif, itu yang bikin aku khawatir. Dia orangnya kuat, tahu apa yang dia mau. Dia orangnya --
Pram melihat Dedi yang menahan senyum --
Dedi tertawa. Pram hanya melihatnya.
DEDI
Maaf. Cuma jarang-jarang kamu bicara soal cewek. Kamu juga gak cerita soal pacar kamu sama Mas. Btw kalian masih pacaran? sama Cantika?
PRAM
Kami udah putus, dia pindah ke Jakarta.
DEDI
Mungkin bukan karena soal Tio, tapi karena Karina.
PRAM
Maksud Mas?
DEDI
Alasan kenapa kamu mau tahu Tio meninggal. Kalau cuma itu, kamu gak berhenti kayak dulu.
Pram tidak menjawab, ia hanya diam.
DEDI
Mas pasti bantuin kamu. Kalau memang benar apa yang kamu bilang. Ada orang yang sengaja ubah barang bukti, merubah arah penyelidikan.
PRAM
Aku harap aku ketemu jawabannya kali ini.
DEDI
Bicar-bicara soal Karina. Dia punya pacar?
PRAM
Hubungannya sama aku?
DEDI
Gak, cuma tanya aja.
Pram menggeleng.
DEDI
Kamu sadar kan kamu minta tolong sama Mas?
PRAM
Sadar.
Dedi mengepalkan tangannya ke arah Pram, menahannya. Gemas.
DEDI
Kalau Karina tahu kamu aslinya kayak gini --
PRAM
Dia tahu.
DEDI
Dia gak bilang gak apa-apa?
PRAM
Dia marahin aku.
Dedi mengepalkan tangannya. Bahagia. Pram melihat Dedi, menggelengkan kepala.
EXT. DEPAN RUKO - SORE
Karim dan Septia berdiri di depan Ruko-ruko.
SEPTIA
Ini benar alamatnya, Pak?
Karim melihat sekitar.
SEPTIA
Nama PT nya, Pak?
KARIM
PT. Anugerah Cipta Nusa. Nomor tigapuluh satu.
Septia melihat sekitar, ia berjalan ke depan.
SEPTIA
Ini nomor tigapuluh satu, Pak.
Karim berjalan menuju Septia, berdiri di sebelahnya, melihat Ruko itu.
KARIM
Ini bukan PT nya.
Mereka melihat Ruko yang kosong, tidak ada apa-apa di sana, hanya ada tulisan:
RUKO INI DI SEWAKAN.
Mereka melihat Ruko, dalam diam.
CUT TO:
Septia masih melihat Ruko itu, datar.
Karim menempelkan Handphonenya di telinga.
OPERATOR (V.O)
Nomor yang ada tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan. Cobalah beberapa saat lagi.
Karim mematikannya dan melakukan hal yang sama. Lagi, terdengar jawaban yang sama. Karim mematikannya.
Ia berjalan menuju Septia, berdiri di sebelahnya.
SEPTIA
Ini baru satu PT. Masih ada sepuluh PT lagi yang harus kita datangi.
KARIM
Saya gak terkejut kalau semua PT yang kita datangi kondisinya sama kayak gini.
SEPTIA
Sekarang kita tahu modusnya Kepala Sekolah.
KARIM
Kita cuma perlu cari bukti lebih banyak lagi.
SEPTIA
Dan orang yang bantu Kepala Sekolah. Moduk kayak gini lebih dari satu orang. Mereka punya perannya masing-masing.
KARIM
Dan makin banyak tugas kita.
Karim dan Septia melihat Ruko itu, dalam diam.
INT. KAMAR TAMA - RUMAH TAMA - MALAM
Tama berada di Kamarnya, ia melihat Foto mereka bertiga, tersenyum lebar.
Tama melihatnya, datar. Tama melihat Kalender di sebelahnya. Di sana ada lingkaran merah di Tanggal Dua Belas.
INT. KAMAR PRAM - RUMAH PRAM - MALAM
Pram berbaring di Tempat Tidurnya, ia melihat ke arah Tas Gitar yang berada di atas Kursi di sudut Kamarnya.
Ia berjalan menuju benda itu, membukanya, tak terlihat isinya.
PRAM
Selamat ulang tahun.
Pram melihat isi tas itu, datar.
INT. RUANG KELAS - SEKOLAH - PAGI
Karina sedang mendengarkan Musik melalui Headsetnya. Pram duduk di Kursi depannya. Karina tersadar, ia melepaskan Headset.
PRAM
Aku udah bilang ke Mas Dedi. Dia mau bantuiin kita.
KARINA
Makasih.
Pram melihat bangku sebelah Karina.
PRAM
Rosa gak masuk?
KARINA
Iya, dia ada persiapan POPDA.
Pram mengangguk.
KARINA
Kalau memang benar Ronald bilang. Kita harus mulai dari mana?
Pram diam, tidak menjawab.
KARINA
(tersenyum)
Walaupun aku semangat cari tahu, sejujurnya aku gak harus ngapain.
Pram tersenyum kecil.
KARINA
Kita jangan lupa juga soal Tio. Kita harus cari tahu kenapa Sekolah tutup mulut.
PRAM
Pasti ada hubungannya sama Ronald.
KARINA
Bisa jadi. Kita cuma perlu cari siapa orang yang urus masalah Tio ini.
PRAM
Setahu aku guru BP yang urus masalah ini. Tapi udah pensiun.
KARINA
Berarti kita buntu, gak mungkin kita tanya Kepala Sekolah.
Pram hanya diam, ia melihat Karina.
PRAM
Mungkin Bu Septia tahu.
Karina melihat Pram.
KARINA
Jangan bilang kamu mau...
Pram hanya diam, melihat Karina, datar.
INT. KANTIN - SEKOLAH - PAGI
Harris dan Tiwi duduk bersama di Kantin, sedang memakan jajanan mereka.
Tiwi melihat Karina dan Pram yang berjalan menuju Ruang Guru.
TIWI
Kamu sadar gak Abang aku sering berduaan sama Kakak kamu?
Harris melihat ke arah Tiwi dan melihat pemandangan yang sama.
HARRIS
Wajar, kan mereka teman. Apa bedanya kamu sama aku sekarang?
Tiwi melihat Harris, mengangguk.
HARRIS
Aku mau beli air, kamu mau?
Harris mengangguk, Harris berjalan ke penjual, membeli minuman. Tiwi melihat Harris, datar.
TIWI
Aku gak pernah tahu kamu mau jadi apa.
HARRIS
Pertama kamu gak tanya. Kedua, itu bukan yang bisa di banggkan.
TIWI
Bilang aja. Aku gak ketawiin.
HARRIS
Penulis Film.
TIWI
Kamu ada naskah?
HARRIS
Aku lagi nulis.
TIWI
Judulnya apa?
HARRIS
Bintang SMA.
TIWI
Kenapa?
HARRIS
Karena kita bisa jadi Bintang dalam kehidupan SMA kita. Walaupun redup, tapi Bintang masih bisa di lihat dari jauh, tak peduli di tutup atau tidak, dia bersinar dan selalu ada setiap malam.
TIWI
Dalam. Aku suka premisnya. Aku yakin kamu pasti bisa jadi penulis. Walaupun banyak pesaingnya.
HARRIS
Iya aku sadar. Tapi itu bukan masalah. Yang penting aku punya karya, kan?
Mereka berdua tersenyum.
HARRIS
Kamu mau ke cafe minggu ini, kebetulan Kak Karin ada jadwal manggung di sana.
TIWI
Oh, ya aku mau. Aku juga bosen di rumah. Pram berantem sama Ayah aku gara-gara kasus Kepala Sekolah.
HARRIS
Iya, gak keluarga aku, keluarga kamu. Semua ada masalah.
Harris mengangkat Botol Airnya, Tiwi juga, mereka bersulang, meminum air.
Mereka melihat ke sembarang arah, datar.