AIR TERJUN MISTERIUS
7. BERTAHAN UNTUK HIDUP

53. EXT — BASE CAMP - SORE

Dua buah Helikopter Puma BASARNAS berputar putar mengitari Base Camp.

Deretan pohon pohon besar sekitar mess berayun ayun hebat, imbas dari putaran baling baling kedua helikopter tersebut. Debu berterbangan menyelimuti Base Camp.

Kemudian salah satu helikopter itu turun perlahan ditanah lapang Tidak jauh dari mess utama, disusul helikopter satunya lagi.

Nampak turun Hermanto bersama beberapa staff ahli Basarnas. Disusul anggota team berikut perlengkapan dibawanya, turun dari helikopter puma satunya lagi.

CUT TO :

54. EXT. — JEMBATAN - SORE

Team Basarnas dari bengkulu juga sudah datang, juga dari kepolisian dan militer setempat.

Mereka mendirikan pos komando di jalan utama dekat sungai jembatan roboh.

CUT TO :

55. EXT. — POS KOMANDO - SORE

Setelah berembuk dan melakukan koordinasi kilat. Terlihat salah satu Helikopter Puma mengudara kembali akan menyusuri, menyisir sungai. Sebelum hari mulai gelap! 

CU TO :

56. EXT. — HELIKOPTER SEDANG TERBANG MENYUSUR SUNGAI - SORE

Beberapa anggota team SAR dengan peralatan canggih dimilikinya, berada didalam Helikopter Puma. Dengan seksama memperhatikan, meneropong setiap jengkal daratan sungai dilaluinya. 

Setelah setengah jam lebih. Helikopter Puma tersebut kembali ke Base Camp.

Nihil! .. Tidak mendapatkan temuan yang berarti.

CUT TO :

57. EXT. — POS KOMANDO - SORE

KOMANDAN BASARNAS
Sepertinya kita tidak bisa melakukan pencarian optimal pada hari ini, Mengingat hari sudah mulai gelap Mau tidak mau operasi kita lanjutkan besok pagi! Pasukan komando terlatih akan memback-up operasi kita besok pagi. Mereka sudah dalam perjalanan.

CUT TO :

58. EXT — LEMBAH SUNGAI - SORE

Di lembah sungai jauh dihilir, nampak dua sosok manusia tersangkut di akar pohon tepi sungai dalam keadaan terikat sebuah balok, Keduanya tidak sadarkan diri!

Kedua insan malang itu, ternyata Andin dan Raymond, setelah lebih dari satu jam terombang-ambing arus deras. 

Perlahan Raymond terlihat sudah mulai sadarkan diri. Baru menyadari dirinya saat ini berada dimana. Semua perlengkapan masih lengkap disandang dibahunya.

Bersyukur Andin masih berada disampingnya, namun masih belum sadarkan diri. Perlahan mulai beringsut melepaskan diri dari belitan akar. Menyeret Andin menuju tepian sungai lapang. Memapahnya kesebuah cerukan tidak digenangi air.

Meletakkan Andin disana dalam keadaan masih berpakaian lengkap, Ransel, pelampung masih melekat ditubuhnya.

Sungguh kasihan Raymond melihat kondisi Andin saat ini. Terbaring lemah, basah kuyup sekujur tubuhnya Wajahnya pusat pasi, berharap secepatnya sadar kembali.

Matahari perlahan sudah berniat menyembunyikan diri, dibawah batas kaki langit cakrawala.

Sebentar lagi hari mulai gelap bertekad akan melindungi Andin! Seperti pernah dilontarkannya tanpa sadar sebelumnya. 

Didepan teras kamar Andin, malam kemaren. Akan meminjam sayapnya untuk dapat membawa pulang dengan selamat.

Dengan parang dibawanya dipinggang, berusaha mencari sesuatu. Setidaknya tempat berteduh yang layak bagi Andin. 

Daripada membiarkan dirinya tegeletak diceruk tepian sungai yang dingin dan lembab. Mulai mencari batang batang kayu, dedaunan, dan akar tumbuh-tumbuhan untuk mendirikan pondok seadanya. Sebelum hari mulai gelap.

Bekerja cepat, sambil sekali-kali menoleh kebawah, berkemungkinan telah sadar kembali.

Ternyata Andin telah sadar, terlihat menangis sesunggukan.

CUT TO :

61. EXT. — CERUKAN SUNGAI. - SORE

Segera melompat menghampirinya. Langsung memeluk merebahkan kepalanya dibahu.

Andin tidak mengira Raymond masih berada disisinya. Tidak kuasa menahan haru menangis sejadi-jadinya.

RAYMOND
Mas masih ada disini, jangan takut. Saya berjanji akan mengantar pulang.
Masih ingat khan apa yang pernah mas ucapkan semalam?

Sambil mengelus bahu dan rambut Andin.

ANDIN
Iya Andin masih ingat. Mas bilang mau pinjam sayap Andin.
Kenapa bisa terjadi betulan seperti ini. Dimana kita sekarang? Andin takut mas.

Terus menangis dipelukan.

RAYMON
Tidak usah takut, Sekarang kita pindah keatas, mas sudah dirikan pondok darurat, nanti kita coba buat api unggun.
Bisa berdiri? Ya, ampun sepertinya ada banyak luka.  

Raymond iba sekali melihaf kondisi Andin saat ini, Berantakan! Penuh luka disekujur tubuhnya, Mengginggil seluruh badan Andin.

Raymond sendiri sebetulnya juga mengalami hal sama, Tapi tidak dirasakannya. Lebih fokus ke Andinya dari pada dirinya sendiri.

Raymond membobong ketempat yang lebih aman, menempatkan di pondok barusan dibuatnya. Tapi belum memadai betul untuk bisa ditempati. 

CUT TO :

62. EXT. — PONDOK DARURAT - SORE

RAYMOND
Duduk disini dulu ya, Mas mau selesaikan pondok ini.
Sebentar mas ada sesuatu.

Raymond segera membongkar isi dalam ranselnya Semua masih terbungkus plastik kedap air. Mengambil salah satu bungkusan.

Satu stel pakaian traning kering tidak kemasukan air. Memang sudah dipersiapkan semalam.

RAYMOND
Pakai kaos, celana training mas ini. Lepaskan semua, biar tidak kedingingan lagi.

Andin menerima kaos celana training dalam keadaan kering, pemberian Raymond. Tapi malu terlihat saat mengenakannya.

RAYMOND
Jangan khawatir, mas akan menghadap kebelakang selama berganti.

Raymond langsung membenahi pondok belum rampung dibuatnya, Membelakangi Andin sementara berganti pakaian. 

Andin melepaskan semua pakaian basah, mengganti dengan kaos, celana kering.

Meskipun terlihat kedodoran, tapi mampu menghangatkan tubuhnya.

ANDIN
Sudah mas! 

Raymond masih sibuk membuat pondok darurat seadanya. Menancapkan beberapa batang pohon, mengikatnya dengan akar tumbuh-tumbuhan serta tali tambang masih utuh.

Mencari daun lebar kering akan dibuat untuk alas, juga untuk menutupi bagian atas. Cukup lumayan untuk dipakai berteduh dan menghangatkan badan.

CUT TO :

63. INT. — PONDOK DARURAT - MALAM

Malam telah tiba, beruntung bulan purnama menampakkan dirinya. Mampu membuat hutan tepi sungai ini tidak tampak gelap gulita sekali.

Andin terlihat berbaring dipondok dengan alas ala kadarnya, Terbuat dari dedaunan dan ranting ranting kecil.

Pelampung digunakan untuk menyanggah kepalanya. Terlihat sudah tertidur lelap, akibat kelelahan.

Raymond masih sibuk membenahi pondok, membuat pagar penghalang disekelilingnya Agar tidak diserang binatang buas nantinya.

Tidak bisa dipungkiri usaha dilakukannya, membuat tenaganya terkuras habis. Tidak mampu lagi melanjutkan pekerjaan membenahi pondok masih belum sempurna. Berkemungkinan bisa roboh diterpa angin malam.

Berusaha tidak memejamkan mata untuk berjaga dari kemungkinan hal tidak terduga!

Sekarang Raymond menggingil kedinginan, pakaian basah dikenakannya telah digantikan dengan celana pendek kering ada dibawa di dalam ransel.

CUT TO :

64. EXT — DILUAR PONDOK DARURAT - MALAM

SUARA ANEH (V.O)
Bermacam suara aneh, belum pernah didengar sebelumnya.
Gemeretak suara ranting patah terinjak. Seperti ada sesuatu yang mengintainya!

Tengah malam. Raymond berjaga, waspada! dengan parang ditangan. Tidak berani keluar pondok.

Tidak jadi juga membuat api unggun, takut binatang buas malah akan menghampirinya.

CUT TO :

65. EXT — POS KOMANDO - MALAM

Menjelang tengah malam, suasanana di Base Camp Bukit Seluma semakin ramai orang. Semakin banyak penduduk berdatangan. 

Bahkan ada yang membuat tenda dan pondok darurat. Untuk melihat operasi peyelamatan dilakukan oleh team dari Basarnas.

Mereka saat ini tengah sibuk merencanakan, bagaimana dapat menyelamatkan kesembilan orang masih terjebak dalam kepungan banjir bandang!

Berencana akan menerjunkan pasukan militer terlatih untuk menyusuri tebing sungai!

Hermanto terlihat tidak bisa menahan kesedihannya memikirkan keselamtan anaknya.

KOMANDAN BASARNAS
Kami sudah menghubungi markas komando pasukan terlatih. Mereka akan datang dalam satu dua jam lagi.
Kita akan bergerak subuh pagi besok, akan datang lagi dua buah helikopter dari kepolisian. Juga sepuluh ambulance berikut team medis akan segera tiba!
HERMANTO
Tolong usahakan temukan anak saya pak, apapun yang bapak minta akan saya penuhi.

Hermanto mengiba, agar putrinya dapat segera ditemukan!

KOMANDAN BASARNAS
Bapak tidak usah khawatir, kami akan berusaha menemukan putri bapak dan yang lainnya secepatnya. Ini sudah menjadi kewajiban Negara!

CUT TO :

66. INT. — KANTOR BASE CAMP - MALAM

Di dalam ruang kantor Base Camp telah berkumpul para staff proyek, Tetua kampung setempat, Pak Amat, juga pejabat berwenang. Akan mengintrograsi para staff proyek.

Ibu Dian, Pak Budianto tidak berkutik ketika diintrogasi oleh Hermanto langsung dan pejabat berwenang.

HERMANTO
Kenapa kalian biarkan mereka pergi menyusuri sungai. Siapa yang mengijinkannya! Apa saja tugas raymond disini!

Suara Hermanto bergetar, meninggi!

Pak Budianto dan Ibu Dian gelagapan menjawabnya. Namun berusaha profesional menjelaskannya.

IBU DIAN
Berawal dari keinginan anak anak teknik pertambangan berniat untuk menemukan air terjun.
Sebelumnya kami telah mendiskusikan matang matang dengan mereka. Melakukan simulasi dan peragaan, Mempersiapkan segala peralatan diperlukan. 
Pak raymond juga tidak akan gegabah mengijinkan begitu saja. Bahkan bersedia memimpin dan mengawal mereka, dikarenakan putri bapak bersikeras ingin ikut dalam rombongan.
Saya tidak bermaksud menyalahkan pak raymond. Tapi ini keinginan murni dari anak anak dalam mengisi kegiatan dikala tidak ada aktifitas di proyek. Ada juga dua warga setempat ikut bersama rombongan.
Mereka memiliki kompetensi menjadi anggota pencinta alam Mapala di kampusnya masing masing.
Sulit rasanya bagi kami tidak mengijinkannya pak.
BUDIANTO
Mohon ijin bapak, kami akan memutarkan video kegiatan mereka sebelum berangkat.
Merupakan bukti keseriusan pak Raymond dalam menjaga keselamatan anak anak.

Semua tamu yang hadir menyaksikan video ditayangkan di layar kaca.

Mereka saling berbisik, beragumen sendiri sendiri. 

Seorang tetua kampung mengomentari kejadian ini dihadapan Hermanto juga seluruh pejabat berwenang dengan bijak.

TETUA KAMPUNG
Saya sebagai sesepuh dikampung, melihat ini sebagai musibah murni. Tidak bisa dielakkan, Sudah puluhan tahun bapak tinggal di kampung Bukit Seluma. Baru kali ini melihat banjir bandang sedahsyat ini.
Kita tidak bisa menyalahkan anak anak, Bapak anggap mereka sebagai pahlawan, Berjuang mempromosikan air terjun, belum banyak diketahui masyarakat umum, Nyawa sendiripun dipertaruhkannya!
Mereka hampir saja menjadi pemenang! Saya akan membuktikannya!

Tetua kampung kemudian berseru kepada Pak Amat. juga diundang hadir.

Pak Amat! .. Coba panggilkan Udin dan Ipul kemari!

Bergegas Pak Amat memanggil keduanya. Sungguh diluar dugaan tiba tiba Ipul dan Udin muncul. Kemudian Udin dsn Ipul menceritakan kisahnya.

FLASHBACK

Beberapa jam lalu kedua warga itu berhasil menyelamatkan diri dari musibah datang.

Beruntung mereka berada di jalur lurus sungai. Melihat air bah datang dari kejauhan. langsung melompat ke daratan tinggi.

Kemudian pulang menuju kerumahnya, tanpa diketahui masyarakat. Melapor Tetua Kampung.

Lain halnya dengan ketujuh anak muda. Saat itu mereka beristirahat dikelokan. Padahal sudah tidak jauh lagi sampai ke jembatan Ketika banjir bandang sudah berada didepan. Mereka tidak siap untuk menyelamatkan diri masing masing.

Haru biru tamu tamu terhormat mendengar kisah perjuangan anak anak muda itu. Saat ini ketujuh yang lainnya belum ditemukan!

CUT TO :





Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar