A Prenup Letter
10. #10

CUT TO:

32. INT. MAL. RESTORAN. SIANG

Cast. Alina. Marco. Niken. Maria. Extrass

 

Alina, Marco, Niken, dan Maria duduk berhadapan di dalam sebuah restoran. Pelayan baru saja menyajikan minuman di meja. Dua cangkir kopi untuk Alina dan Marco, segelas es teh manis untuk Niken, dan sebotol air mineral untuk Maria.

 

Alina menatap tajam pada Niken, lalu beralih pada Maria yang duduk di hadapannya. Anak itu tampak menggemaskan. TApi suasana hati Alina sangat buruk. Raut wajahnya terlihat dingin dan enggan.

 

Marco merasa kikuk berada di antara mereka. Niken juga merasa tidak enak, tapi dia terlihat pasrah, sementara Maria duduk dengan tenang, bermain games di ponsel.

 

    ALINA

Dia mirip sekali dengan kamu… (sembari berpaling pada Marco yang duduk di sebelahnya).

 

Marco bingung bagaimana menanggapinya, jadi dia diam saja.

 

    ALINA

Sekarang… Apa yang kalian inginkan? (bergantian menatap Marco dan Niken)

 

Marco menatap Niken sejenak, lalu menelan ludah.

 

    NIKEN

Saya… eum… Begini… ini kesalahan saya dan Marco… di masa lalu… Tapi, Anda nggak perlu khawatir… (memandang Alina lekat-lekat)… Saya nggak minta Marco menikahi saya. Saya hanya minta sedikit tanggung jawabnya sebagai ayah Maria.

 

ALINA

Seperti apa tanggung jawab itu?

 

NIKEN

Eum… Saya minta Maria bisa ketemu Marco secara bebas… maksudnya tentu sesuai jadwal Marco, kapan dia nggak sibuk, dan sepengetahuan Anda. Saya nggak ingin Maria ketemu ayahnya dengan sembunyi-sembunyi.

 

ALINA

Oke. Apalagi?

 

NIKEN

Saya minta Marco ngasih biaya hidup dan biaya sekolah Maria, asuransi kesehatan dan asuransi pendidikannya juga. Terus terang, saya nggak sanggup kalau harus menanggung semuanya… dan saya pikir, Marco memang harus bertanggung jawab sebagai ayah kandung Maria…

 

ALINA

Oke. Yang lain?

 

NIKEN

Itu cukup.

    

Alina berpaling pada Marco.

 

    ALINA

Aku setuju dengan permintaan Niken. Kamu sendiri yang atur kapan kamu kerja, kapan kamu ketemu Maria, atau aktivitas lain. Aku nggak akan membatasi waktumu sama Maria.

 

Marco hanya menunduk, merasa sangat bersalah di depan istrinya itu.

 

    ALINA

Aku juga nggak akan ikut campur tentang biaya hidup Maria dan biaya lain-lainnya itu. Toh, aku juga punya bisnis sendiri. Jadi, urusan Maria, semuanya terserah padamu. (berpaling kembali pada Niken). Apa ada lagi yang lain?

 

NIKEN

(menggeleng) Sudah cukup. Terima kasih atas pengertiannya.

 

    ALINA

    Baik. Aku pergi dulu. (berdiri dari kursi)

 

Tanpa mengatakan apa-apa lagi, Alina memutar tubuhnya, meninggalkan Marco yang terkesima dengan sikap dingin istrinya. Alina sama sekali tak menyentuh kopinya.

 

CUT TO:

 

33. INT. APARTEMEN MARCO. KAMAR. MALAM

Cast. Alina. Marco

 

Alina meletakkan koper di atas tempat tidur, membukanya, kemudian memasukkan beberapa lembar pakaian ke dalamnya. Marco baru pulang, masuk ke kamar dan trekejut melihat Alina sibuk berkemas.

 

    MARCO

Mau ke mana?

 

ALINA

    Entahlah.

 

    MARCO

    (berjalan mendekati Alina, meraih lengannya) Mau ke mana?

    

ALINA

Bukan urusanmu!

    

MARCO

Bukan urusanku? Aku ini masih suamimu, Al!

 

ALINA

(sejenak mematung) Suami macam apa yang tiba-tiba punya anak dengan perempuan lain?

 

Marco tersentak, lalu melepaskan genggamannya dari lengan Alina.

    

Alina kembali mondar-mandir antara lemari pakaian dengan koper. Mengambil beberapa baju, menjejalkannya ke dalam koper, mengeluarkannya lagi, kmengambil yang lain, memasukkannya, melemparnya lagi. Dia tampak marah dan bingung.

 

Marco menarik lengan Alina dan memeluknya.

 

MARCO

Al, tenanglah… tenang…

 

Sejenak Alina membeku dalam pelukan Marco, namun kemarahan membuatnya menggeliat melepaskan diri.

 

    MARCO

Al, bukankah kamu sudah setuju dengan semua permintaan Niken? Kamu bisa percaya padaku. Aku nggak punya hubungan lain dengan Niken selain urusan Maria… Al…

 

ALINA

    Aku… entahlah… Aku merasa dibohongi… ditipu…

 

    MARCO

Al, aku nggak pernah bohong ke kamu… Aku benaeran nggak tahu apa-apa soal Maria sampai mereka muncul baru-baru ini…

 

ALINA

    (menatap tajam pada Marco)

Ada berapa perempuan lain selain Niken? Ada berapa banyak friend with benefit yang kamu punya? Ada berapa banyak Maria yang harus aku hadapi di masa depan?

 

Marco mencengkeram lengan Alina hingga gadis itu mengaduh kesakitan.

 

MARCO

Alina! Aku nggak suka dengan kata-katamu barusan! Aku bukan orang serendah itu!

 

Alina menggeliat, melepaskan diri dari cengkeraman Mario. Sebutir air mata jatuh di pipinya. Marco menyesal dengan sikapnya yang kasar.

 

    MARCO

Maaf, Al… Maaf…

 

Alina menutup koper, menurunkannya tempat tidur, lalu menyeretnya keluar kamar. Lalu terdengar pintu depan dibuka dan ditutup. Alina meninggalkan Marco dan apartemen mereka dalam keheningan.

 

FADE-IN

FADE-OUT

34. INT. RESTORAN ELISA. SIANG

Cast. Danny. Eka. Enni. Eddy. Elisa. Extrass

 

Danny, Eka, Enni, dan Eddy memasuki gedung restoran. Mereka disambut oleh pelayan yang membukakan pintu. Ada beberapa meja yang sudah terisi oleh tamu yang sedang menikmati hidangan. (Danny membawa amplop besar berisi surat perjanjian pra-nikah)

 

    DANNY

    Ruang VIP atas nama Danny Suhendra.

 

Pelayan itu mengangguk, memberi isyarat pada keluarga Danny untuk mengikutinya. Di dekat meja kasir, terlihat Elisa sedang berbicara dengan salah satu karyawan. Dia berpaling, melihat Danny dan keluarganya, dia berjalan mendekat.

 

    ELISA

    Danny!

 

Danny dan keluarganya berpaling. Enni dan Eka terlihat lupa-lupa ingat dengan Elisa.

 

    DANNY

Hai, Lis… (lalu berpaling pada orang tuanya) Ma, masih ingat Elisa? Teman SMA-ku.

 

Enni dan Eka seketika ingat.

 

    ENNI

Pacarmu dulu, kan? (suaranya berbisik, di dekat telinga Danny, dan hanya dibalas dengan senyuman)

 

ELISA

Oh, halo, Tante… halo, Om… (menyalami Enni, Eka, dan Eddy) Apa kabar?

 

ENNI

Elisa, ya? (mengamati Elisa) Ah… kamu tambah cantik, ya… Kamu… kerja di sini?

 

ELISA

(wajah bersemu malu karena pujian Enni)

Restoran ini punya papa saya…

 

    ENNI

Oh… Sudah lama banget nggak ketemu kamu. Main-mainlah ke rumah, ya… Jangan sungkan… Sudah lama Tante nggak ngobrol sama kamu… Kamu baik-baik aja, kan? Sudah nikah?

 

ELISA

Belum, Tante… (lalu berpaling pada Danny) Di ruang VIP, ya? (melihat anggukan Danny)

 

ENNI

Tante masuk dulu, ya… Tante tunggu ngobrol-ngobrol lagi sama kamu…

 

Danny dan keluarganya menuju ruang VIP diantar pelayan.

 

FADE-IN

FADE-OUT

 

35. INT. RESTORAN ELISA. RUANG VIP. SIANG

Cast. Danny. Eka. Enni. Eddy. Susan. Kusnadi. Miran. Extrass

 

Hanya ada satu meja bundar berukuran cukup besar di dalam ruang VIP. Satu set sofa dengan televisi layar datar yang bisa digunakan untuk karaoke.

 

Danny dan keluarganya dipersilakan duduk di meja bundar. Beberapa saat kemudian, pintu kembali terbuka. Pelayan lain masuk, diikuti Susan, Miran, dan Kusnadi.

 

Melihat Kusnadi, Enni dan Eka terperangah. Begitu pula Kusnadi.

    

    EKA, ENNI

    (berbarengan)

    Kusnadi?

 

    KUSNADI

    Eka? Enni?

 

Semua yang melihat reaksi Eka, Enni dan Kusnadi satu sama lain ikut terkejut. Susan dan Miran menyentuh lengan Kusnadi.

 

    SUSAN

Papa kenal sama papa mamanya Danny? (suara berbisik, namun suaranya terdengar senang dan lega, berpikir jika orang tua saling mengenal segalanya akan lebih lancar)

 

MIRAN

Kau kenal orang tua Danny? (di sisi lain Miran berbisik)

 

Kusnadi menjadi gugup. Dia bingung, cemas mengingat Enni tempo hari, juga tidak yakin pada Eka.

 

    ENNI

    Kau… kau… papanya Susan?

 

    KUSNADI

    Iya… (lalu mengulurkan tangan, menyalami Eka)

 

Enni bergeming ketika tangan Kusnadi terulur untuk menyalaminya. Tangannya gemetar menahan marah. Dan reaksi berikutnya mencengangkan semua orang.

 

    ENNI

Jadi… ini yang kau lakukan selama puluhan tahun? Belagak jadi pengusaha besar dari mencuri uang orang lain?

 

Semua mata yang ada di ruangan membelalak mendengar perkataan Enni. Wajah Kusnadi pucat pasi, demikian juga Eka dan Danny. Sementara Susan dan Miran terkejut dengan sejuta pertanyaan di kepala mereka.

 

Dua orang pelayan yang masih ada di sana pun terkejut, tapi mereka menyadari tak boleh ada di sana. Keduanya segera keluar dan menutup pintu di belakang mereka.

 

Mata Enni tertuju pada amplop yang ada di atas meja di depan Danny. Dia langsung menyambar amplop tersebut, mengeluarkan isinya, lalu melambaikannya.

 

    ENNI

Ini! Kau minta anakku membuat surat perjanjian pra-nikah atas dasar apa? Kau pikir kau pengusaha paling hebat sejagat raya? Kau sukses dan kaya-raya di atas penderitaan orang lain!

 

Enni menatap kertas itu sejenak, lalu merobeknya menjadi dua, lalu menjadi empat, dan merobeknya menjad kecil-kecil dan melemparkannya ke udara. Robekan kertas itu melayang-layang jatuh bertebaran di sekeliling meja dan lantai.

 

    ENNI

Danny, mulai hari ini, kamu putus dari Susan! Mama nggak sudi punya besan seorang maling!

 

Eka memegang lengan Enni, namun ditepis. Wanita itu meraih tas tangannya, lalu melangkah keluar dari himpitan meja. Di dekat Kusnadi yang pucat pasi, dia berhenti sesaat, menatapnya tajam, lalu tersenyum tipis dan berjalan tanpa menoleh lagi.

 

Seisi ruangan membeku. 

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar