A Prenup Letter
7. #7

                           CUT TO:

 

22. INT. RUMAH ALINA. KAMAR. PAGI

Cast. Alina. Marco. Niken (suara). Maria (suara)

 

Alina menyapukan kuas lipstick, memberi warna merah marun di bibirnya, lalu menyisir rambutnya. Mendadak terdengar nada dering ponsel Marco yang ada di atas meja. Alina menoleh ke kamar mandi, terdengar guyuran air. Marco masih mandi.

 

Ponsel itu berdering beberapa kali lagi. Alina menengok jam di dinding yang menunjukkan angka 06.20. Dahi Alina berkerut (siapa menelepon sepagi ini?)

 

Alina meraih ponsel Marco yang masih berdering, membaca nama yang tertera di layar. Niken. Alina memutuskan untuk menjawabnya.

 

    ALINA

    Halo. Selamat pagi.

 

    MARIA

    Halo… Papa… Papa…

 

    ALINA

(terkejut, lalu menjauhkan sedikit ponsel dari telinganya dan memandang heran, lalu mendekatkan lagi ke telinganya)

Halo… siapa ini? Cari siapa?

 

MARIA

Halo… Papa… Papa… Marco…

 

NIKEN

Halo, Marco? Maaf, Maria salah pencet…

 

Alina lemas, bingung, dan pucat. Ponsel di tangannya merosot dan jatuh di pangkuan.

 

Pintu kamar mandi terbuka. Marco keluar dengan tangan yang masih sibuk mengelap rambutnya yang basah dengan selembar handuk. Dilihatnya Alina sedang duduk dengan wajah bingung, lalu dilihatnya ponselnya ada di pangkuan sang istri. Marco mendekat.

 

    MARCO

Siapa yang menelepon? (lalu mendengar suara dari seberang sana, diambilnya ponselnya dari pangkuan Alina untuk menjawab telepon tersebut). Halo, siapa ini?

 

NIKEN

Halo, Marco. Ini Niken.

 

Wajah Marco memucat mendengar suara Niken di seberang sana. Dia segera menutup telepon dan menekan tombol power-off, lalu memandang Alina dengan bingung.

 

    MARCO

    Al…

 

    ALINA

Siapa Niken? Siapa Maria?

 

Marco menelan ludah. Dia duduk di atas tempat tidur, sejajar dengan posisi duduk Alina.

 

    ALINA

    Siapa Niken? Siapa Maria? (nada suaranya menekan)

 

    MARCO

Niken… eum… mantan… eum… FWB…

 

ALINA

FWB?

 

MARCO

Friend with benefit… (suara pelan, nyaris berbisik)

 

ALINA

Siapa Maria?

 

MARCO

Dia… eh… anakku… dengan Niken…

 

ALINA

Apa???

 

Tubuh Alina gemetar, wajahnya pucat pasi. Ini sesuatu yang tak pernah terbayangkan dalam imajinasinya yang paling liar sekalipun.

 

    MARCO

Maafkan aku, Al… aku… bener-bener nggak tahu tentang Maria… Aku… baru tahu… beberapa hari yang lalu…

 

Alina tampak terguncang, menatap Marco dengan tatapan sakit dan kecewa. Sebutir air mengalir di pipinya, bibirnya terkatup rapat.

 

Marco mendekati Alina dan berjongkok di depan wanita itu, mengusap air matanya, lalu memeluknya, sementara Alina masih diam saja. Hanya air matanya menetes diam-diam.

 

FADE-IN

FADE-OUT

 

23. INT. RUMAH DANNY. RUANG TAMU. MALAM

Cast. Eka. Enni. Danny

 

Eka masuk ke rumah lalu duduk di sebelah Enni yang sedang menonton televisi. Enni menoleh.

 

    ENNI

    Kamu tahu siapa yang datang ke rumah makan kita hari ini?

 

    EKA

    Siapa?

 

    ENNI

    Kusnadi!

 

    EKA

    (terkejut)

    Kusnadi? Bener… Kusnadi yang kita kenal?

 

    ENNI

Iya, memang ada kenalan kita yang namanya Kusnadi juga selain Kusnadi yang kabur itu?

 

    EKA

    (menggeleng) Lalu? Dia… sama siapa?

 

    ENNI

Sama Pak Affandi dan Pak Giyarto. Kamu ingat? Mereka langganan kita.

 

    EKA

    (dahi berkerut, berusaha mengingat, lalu menggeleng)

Ah… Aku lupa… Barangkali kalau aku ketemu, aku pasti kenal wajahnya…

 

Enni mengambil selembar kertas yang sedari tadi ada di atas meja dan memberikannya pada Eka.

 

    ENNI

Ini nomor handphone Kusnadi. Aku tadi dapat dari Pak Affandi. Ini nama perusahaan Kusnadi. Alamatnya nggak lengkap, dia ingat nama jalan, tapi lupa nomor berapa.

 

Eka menatap kertas itu.

 

    ENNI

    Kamu pergilah ke sana. Minta uangmu kembali.

 

    EKA

    Apa? (terkejut) Tapi…

 

    ENNI

Tapi apa? Kamu malu? Itu uangmu! Kamu berhak minta uang itu dikembalikan!

 

EKA

Tapi… itu kan sudah lama sekali! Ada… eum… tiga puluh tahun… sebelum Danny lahir, kan?

 

ENNI

Ya, lalu kenapa? Utang tetaplah utang, dan dia harus bayar! Kalau dia nggak bayar, sampai dia mati pun, utangnya itu tetap ada!

 

EKA

(menghela napas dengan bingung)

Kalau… eum… dia lupa… atau dia nggak mengakui kalau dia punya utang ke kita, gimana?

 

ENNI

    (diam sejenak, berpikir)

Sekarang dia pengusaha sukses. Dan kaya raya. Dia pasti bisa bayar. Jangan lupa, nilai uang dulu dan sekarang tentu beda. Dia harus bayar utangnya sesuai dengan nilai sekarang!

 

EKA

(menghela napas lagi)

En… gimana kalau… eum… kita relakan saja?

 

ENNI

(terkejut, lalu kesal)

Merelakan? Yang bener aja! Kamu tahu kan, aku bukan orang yang gampang melupakan dan memaafkan, apalagi untuk kesalahan seperti itu! Puluhan tahun kita jatuh bangun! Bikin usaha. Beli rumah. Sekolah anak-anak. Apa segampang itu aku harus merelakan apa yang seharusnya adalah hak kita? Sementara dia bisa bikin perusahaan besar dan hidup senang-senang dengan uang kita?

 

Eka diam dan menunduk, merasa serba salah.

 

    EKA

    Tapi… eum… kalau uang itu bukan rezeki kita, gimana?

 

    ENNI

Bukan rezeki kita gimana? Itu kan warisan dari bapakmu! Bagianmu! Rezekimu! Hanya orang jahat yang berani merampok barang yang bukan bagian dari rezekinya! (menarik napas panjang-panjang, berusaha meredakan kejengkelannya)… Pokoknya, entah kapan, kamu harus ketemu Kusnadi dan tagih semua uang yang dia pinjam! Atau…

 

EKA

Atau apa?

 

ENNI

Kalau kamu keberatan, biar aku aja yang ke kantornya. Kalau dia menolak bayar, aku akan bikin keributan!

 

EKA

Baik! Baiklah! (dengan nada cemas, takut istrinya membuat keributan di tempat orang) Aku yang ngurus Kusnadi…

 

Enni tersenyum tipis mendengar persetujuan Eka. Mendadak Danny turun dari anak tangga.

 

    DANNY

    Kusnadi siapa, Ma?

 

Enni dan Eka mendongak, terkejut karena ternyata Danny mendengarkan pertengkaran mereka. Eka cepat-cepat melipat kertas yang berisi alamat Kusnadi dan menyimpannya di saku kemejanya.

    

    EKA

    Bukan siapa-siapa.

 

    ENNI

    Dia teman Papa yang kabur bawa uang warisan dari Oma.

 

    DANNY

    Oh… yang itu… Namanya Kusnadi?

 

Enni mengangguk.

 

    DANNY

    Namanya sama dengan nama papanya Susan.

 

    EKA

Hmm… banyak orang namanya sama… Seperti nama Danny, pasti banyak juga, kan…

 

ENNI

Oya, gimana, sudah ada kabar kapan keluarga kita bisa ketemu sama keluarganya Susan?

 

DANNY

Belum, Ma…

 

ENNI

(menghela napas)

Mau ketemu besan kok susah banget, sih… kayak mau ketemu presiden aja…

 

EKA

Ya, sudahlah… Kita tunggu aja… Semoga dalam waktu dekat sudah bisa ditentukan… Oya, Dan… Gimana di kantor? Naik jabatan, kerjaan pasti makin banyak…

 

 

DANNY

Ya banyak juga, tapi masih wajar kok…

 

Danny mengambil tempat duduk di sofa, sementara Enni mengganti-ganti saluran televisi, mencari tayangan yang bisa dia tonton.

    

FADE-IN

FADE-OUT

 

24. INT. RUMAH DANNY. KAMAR DANNY. MALAM

Cast. Eddy

 

Eddy memperhatikan meja Danny. Ada foto Susan di atas meja dan beberapa buku, serta tempat menyimpan alat tulis. Lalu Eddy membuka laci meja, memperhatikan isinya. Tidak menemukan barang yang dicarinya, dia menutup dan membuka laci berikutnya. Wajahnya menyeringai ketika menemukan gunting pemotong kuku.

 

Eddy mengambil gunting pemotong kuku itu, namun dia urung menutup laci ketika matanya menatap kertas yang ada di bawahnya. Kertas itu membetot perhatiannya.

 

Eddy menarik kertas itu keluar, lalu dibacanya.

 

SURAT PERJANJIAN PRA-NIKAH (mata Eddy membesar melihat judul yang ada di kertas itu).

 

Dengan cepat Eddy membaca lembaran kertas itu dengan alis berkernyit. 

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar