Ingin sekali Aku menepi dari kebiasaan ku yang melelahkan.
Bukan lelah tenaga, itu sudah biasa untuk ku.
Tapi lelah hati, karena belum terlatih untuk patah hati.
Ini patah hati pertama ku, yang tak pernah Aku rencanakan.
Semula Aku rasa Aku akan baik-baik saja.
Tapi, nyatanya tidak.
Memang Aku berhasil menyelesaikan apa yang ingin ku tuntaskan dulu.
Tapi, setelah itu selesai.
Aku lemah.
Akhirnya Aku merasakan apa yang sebagian orang pernah rasakan.
Patah hati.
Nyeri rasanya di hati.
Aku rasa seiring berjalannya waktu, sakitnya akan hilang dengan sendirinya.
Nyatanya tidak, tidak benar-benar hilang, malah kadang masih terasa perih, sangat.
Apa karena Aku belum mengikhlaskan?
Akhirnya Aku merenung.
Tidak lama.
Tapi cukup membuat ku tersentak dan menemukan sebuah keterkejutan.
Nyatanya ini sudah setahun berlalu, dan Aku masih saja seperti ini.
Aku merasa kalah sebelum melakukan apa-apa.
Akhirnya Aku kembali merenung.
Sekiranya dengan merenung mataku jadi terbuka kembali.
Aku pun memutuskan untuk mengambil langkah, sebagai satu upaya untuk mengikhlaskan ia.
Aku tidak bisa seperti ini terus.
Semoga saja usaha ku berhasil.
Setahun kemudian akan ku tuliskan lagi.
Semoga saja setahun kedepan bukan tentang rasa patah hati yang masih terasa yang akan ku tulis.
Tetapi tentang Aku yang sudah baik-baik saja, tanpa terbebani bayangannya dalam ingatan yang mendominan lagi.
Tentang impian yang berhasil Aku raih bahkan sebuah angan yang semula tak mungkin Aku capai.
Semoga saja.
20-12-2022