Daftar isi
#1
Simfoni Pepohonan (1)
#2
Simfoni Pepohonan (2)
#3
Simfoni Pepohonan (3)
#4
Simfoni Pepohonan (4)
#5
Simfoni Pepohonan (5)
#6
Simfoni Pepohonan (6)
#7
Simfoni Pepohonan (7)
#8
Simfoni Pepohonan (8)
#9
Simfoni Pepohonan (9)
#10
Paviliun Naga (1)
#11
Paviliun Naga (2)
#12
Paviliun Naga (3)
#13
Paviliun Naga (4)
#14
Paviliun Naga (5)
#15
Paviliun Naga (6)
#16
Paviliun Naga (7)
#17
Paviliun Naga (8)
#18
Berita Cuaca
#19
Selembar Dunia (1)
#20
Selembar Dunia (2)
#21
Selembar Dunia (3)
#22
Selembar Dunia (4)
#23
Selembar Dunia (5)
#24
Gadis Kecil yang Menari di Antara Bintang (1)
#25
Gadis Kecil yang Menari di Antara Bintang (2)
#26
Gadis Kecil yang Menari di Antara Bintang (3)
#27
Gadis Kecil yang Menari di Antara Bintang (4)
#28
Gadis Kecil yang Menari di Antara Bintang (5)
#29
Gadis Kecil yang Menari di Antara Bintang (6)
Apakah Anda akan menghapus komentar ini?
Apakah Anda akan menghapus komentar ini?
#19
Selembar Dunia (1)
Bagikan Chapter
—Catatan—
Pada naskah aslinya, dialog dalam novel ini tidak diberi tanda kutip. Penulis percaya, dialog-dialog itu tidak benar-benar dikatakan para tokohnya, tapi "diterjemahkan" narator (latar cerita terjadi di dunia yang tidak mengenal kata benda; tidak ada kata "bulan" di dunia itu, adanya "membulan" atau "berbulan"; jadi bukan "bulan muncul di atas sungai", melainkan "ke atas dari balik yang mengalir itu beranjak membulan"—bayangkan jika percakapan semacam itulah yang terjadi). Kadang dialog dalam cerita juga bercampur dengan narasi dan itu membuat penggunaan tanda kutip jadi rumit. Untuk alasan kewajaran, saya membubuhkan tanda kutip pada bab-bab sebelumnya, tapi—dengan berbagai pertimbangan—saya memutuskan untuk membiarkan bab ini dan seterusnya tetap seperti naskah aslinya.
Pada naskah aslinya, dialog dalam novel ini tidak diberi tanda kutip. Penulis percaya, dialog-dialog itu tidak benar-benar dikatakan para tokohnya, tapi "diterjemahkan" narator (latar cerita terjadi di dunia yang tidak mengenal kata benda; tidak ada kata "bulan" di dunia itu, adanya "membulan" atau "berbulan"; jadi bukan "bulan muncul di atas sungai", melainkan "ke atas dari balik yang mengalir itu beranjak membulan"—bayangkan jika percakapan semacam itulah yang terjadi). Kadang dialog dalam cerita juga bercampur dengan narasi dan itu membuat penggunaan tanda kutip jadi rumit. Untuk alasan kewajaran, saya membubuhkan tanda kutip pada bab-bab sebelumnya, tapi—dengan berbagai pertimbangan—saya memutuskan untuk membiarkan bab ini dan seterusnya tetap seperti naskah aslinya.
Chapter Sebelumnya
Chapter 18
Berita Cuaca
Chapter Selanjutnya
Chapter 20
Selembar Dunia (2)
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (2)
Rekomendasi
Novel
Stasiun Baru
Cerpen
I'm 100 Percent of Indonesian
Cerpen
HAMIL
Cerpen
Pesugihan
Cerpen
By Your Side
Novel
Sampai Jumpa, Cinta Pertama
Novel
Mata Api
Novel
Berdiri Di Ambang Dunia
Novel
Kersen Merah Jambu
Novel
Aku Impoten
Novel
Onyx Eye
Flash
Di Halaman Gereja
Novel
Aku Cinta Kamu
Cerpen
Mengawini Surtijah
Novel
When The Darkness Becomes To The Light
Cerpen
Ketika Dunia Tak Lagi Mengingat Namamu
Flash
Hujan di Bulan September
Flash
Bulan Biru
Novel
Bisikan Mushaf Kuno
Novel
Cinta di Bawah Lampu Pasar Kadubana