7. The Digging

INT. RUANG TAMU PAK HERMAWAN. SIANG

KOMJEN YUWONO(44) menyeruput kopinya. Wajahnya terlihat tenang, tidak seperti Ibu Cynthia.

KOMJEN YUWONO

Bapak dan ibu tenang saja.

Anak buah saya sekarang lagi ngelacak

nomer hp Bayu yang satunya

sehingga kami bisa melacak keberadaannya saat ini.

Wajah Ibu Cynthia masih terlihat cemas. 

KOMJEN YUWONO

Anak itu lagi dikejar-kejar oleh penagih hutang.

Jadi dia gk akan mau buat si penagih hutang itu marah. 

IBU CYNTHIA

Jadi dia menjadikan anak saya sandera?

Ibu Cynthia makin terlihat cemas. Komjen Yuwono kembali menyeruput kopinya. 

KOMJEN YUWONO

Untuk itu masih perlu didalami lagi, bu.

Kami juga masih berusaha menyelidiki rekam jejaknya.

Kelihatannya sih dia bersih, tapi siapa tahu.

Pak Hermawan mengisi cangkir kopi Komjen Yuwono.

PAK HERMAWAN

Jadi apa yang bisa saya lakukan pak?

Komjen Yuwono tersenyum.

KOMJEN YUWONO

Biar kami saja, pak. Bapak hanya perlu duduk manis.

Oh ya, mengenai kedatangan saya ke sini,

saya sekalian mau memeriksa rumah bapak.

Mungkin ada petunjuk yang ditinggalkan oleh Bening.

Pak Hermawan bangkit berdiri dan membuka tangannya lebar mempersilahkan.

PAK HERMAWAN 

Silahkan, pak.

Komjen Yuwono segera berdiri. Mengambil tongkat yang sedari tadi tersender di meja.

CUT TO:

EXT. JALAN PANTURA. SIANG

Pekerjaan galian di salah satu sisi jalan sedang berlangsung. Beberapa tukang menggunakan pickaxe untuk menggali dan menghancurkan struktur aspal.

Sementara kerumunan mobil nampak mengula beberapa kilometer. Mobil Bayu berada di antara mobil lain dalam kemacetan ini. 

CUT TO:

EXT/INT. JALANAN - MOBIL BAYU. SIANG

Bayu nampak resah dengan kemacetan yang sedang dia hadapi. 

Bening memalingkan wajahnya ke arah jendela di mana dia melihat aktivitas penggalian yang sedang berlangsung, dengan pandangan mata yang nanar dan bibir yang cemberut serta tangan yang disilangkan di dada.

Sesekali Bayu dengan wajahnya yang memelas, menolehkan kepalanya untuk melihat Bening. Bening menyadari ketika Bayu melihat ke arahnya.

Sesekali matanya melirik, namun dia terlanjur marah dan tidak peduli. Bayu yang merasa jengah dengan keheningan ini, membuka suaranya.

BAYU

Sampai kapan kita akan diam seperti ini?

Bening tidak menanggapi. Bayu kembali berusaha.

BAYU

Aku tahu aku salah.

sedang Aku seharusnya membela kamu, tapi...

Bening langsung menoleh ke arah Bayu dengan pandangan mata melotot.  

Bayu terlihat segan memandangi mata Bening yang melotot. Bayu nampak ingin menceritakan sesuatu, tapi masih terlihat enggan.

Nampak mobil Bayu maju hanya beberapa centimeter sebelum akhirnya dia mengerem mendadak membuat mobilnya kembali terhenti. Hal ini terjadi berulang kali. 

Mobil Bayu seperti tari poco-poco, juga mirip dengan sikap Bayu saat ini yang maju mundur.

Dari jendela kita juga masih bisa melihat dengan jelas, proses penggalian jalan masih berlangsung.

Bening mengambil inisiatif. Dia membuka laci mobil Bayu, yang langsung mendapat respons dari Bayu.

BAYU

Mau apa kamu?

Bayu menarik tangan Bening, namun Bening menampik dengan keras tangan itu. Bening merogoh laci itu, lalu mengeluarkan sebuah plastik.

Bening melempar plastik itu ke pangkuan Bayu. Mobil Bayu melaju hingga hampir menabrak mobil yang ada di depannya, karena Bayu lupa mengangkat rem tangannya.

Pemandangan proses penggalian masih terlihat jelas.

BENING

Ini kan?

Bayu mengambil plastik itu dan mencoba memasukkannya kembali. Bening mencegahnya. 

BENING

Kamu cu..ri da..ri mana?

Bayu memaksa untuk terus memasukkan kantong itu ke dalam laci.

BAYU

Bukan urusan kamu!

Bening kembali mencegah Bayu. Dia menarik tangan Bayu dengan sekuat tenaga, sementara Bayu juga berusaha sekuat tenaga untuk memasukkan plastik itu kembali. 

Beberapa saat mereka adu kekuatan sampai akhirnya kotak perhiasan itu terlempar ke jok belakang sehingga kotak itu terbuka dan memperlihatkan kepada Bening sebuah kalung berlian yang indah.

BENING

Dapet dari..

Suara Bening mulai menghilang. Emosi menelan bulat-bulat suaranya. Bening memegangi tenggorokannya, Bayu pun terlihat cemas.

Bayu memegangi tangan Bening, namun Bening menolak.

BAYU

Aku bisa jelasin ini semua!

Nampak wajah Bening memerah. Matanya semakin melotot.

BAYU

Kamu benar. itu memang bukan punyaku...

Bayu nampak ragu, sementara Bening terlihat menunggu.

BAYU

Orang itu lebih menginginkan suaminya

ketimbang hal itu. Jadi..

Terdengar klakson yang berbunyi sangat kencang, rupanya mobil Bayu terhenti selama beberapa waktu padahal jarak antara mobilnya dengan mobil di depannya sudah cukup lebar.

Bayu segera mengarahkan pandangannya ke depan lalu menurunkan rem tangannya serta menginjak pedal gasnya.

CUT TO:

INT. KAMAR BENING. SORE

Foto-foto Bening berjejer di atas meja belajarnya. Mata Komjen Yuwono memperhatikan seluruh inchi dari ruangan kamar yang cukup luas itu.

Beberapa anak buahnya nampak sedang memeriksa laci dan tempat tidur Bening. 

Perhatian Komjen Yuwono teralihkan kepada tumpukan buku yang ada di atas meja belajarnya. 

Satu persatu, dengan tangannya yang sudah dilapisi sarung tangan, dia ambil buku yang bertumpuk di atas meja dan dia membaca judul dan melihat halaman belakang buku tersebut, lalu membuka dengan cepat semua halaman tiap buku.

Semua buku yang ada di meja itu merupakan buku pelajaran dari Bening. 

Ketika Komjen Yuwono membuka buku Geografi, nampak sebuah kertas tersempil di salah satu halaman yang di dalamnya terdapat peta pulau Jawa.

Komjen Yuwono segera mengambil kertas tersebut dan di situ tertulis Jalan Kemakmuran no 8, Banyuwangi.

Komjen Yuwono langsung segera menunjukkan kertas tersebut kepada Pak Hermawan yang sedari tadi berdiri di depan pintu kamar Bening.

KOMJEN YUWONO

Apa bapak tahu alamat ini?

Pak Hermawan membaca alamat itu sambil mencoba untuk mengingat-ingat. Beberapa saat kemudian, wajahnya tiba-tiba menegang.

PAK HERMAWAN

Jangan-jangan!

Pak Hermawan bergegas turun diikuti oleh Komjen Yuwono.

CUT TO:

INT. RUANG KERJA PAK HERMAWAN. SORE

Pak Hermawan bergegas lari menuju sebuah lukisan keluarga yang di dalamnya terdapat gambar Pak Hermawan, Ibu Cynhtia dan juga Bening. 

Dia memutar lukisan tersebut, dan di balik lukisan tersebut kita bisa melihat sebuah pintu besi untuk menyimpan benda-benda yang sangat berharga.

Ibu Cynthia juga bergegas masuk ke ruang kerja Pak Hermawan dengan wajah yang cemas, diikuti dengan Komjen Yuwono.

Pak Hermawan memeriksa semua berkas yang ada di dalam lemari besi itu dan tidak mendapati apa yang dia cari.

Pak Hermawan menoleh ke arah istrinya yang memandangi istrinya dengan perasaan was-was.

PAK HERMAWAN 

Dia tahu, ma!

Mata Ibu Cynthia melebar. 

CUT TO:

EXT/INT. TEPI JALAN - MOBIL BAYU. SORE

Mobil Bayu sudah menepi di pinggir jalan. Kita masih bisa melihat pemandangan penggalian dengan jelas melalu kaca belakang mobil.

Wajah Bayu nampak tertunduk. 

BAYU

Aku pernah bilang kan, kalau aku harus cari duit terus.

Bening hanya diam. Tidak mengangguk. Dia menunggu.

BAYU

Bapakku mewarisi aku dengan hutang yang harus aku lunasin.

Jumlahnya hampir seratus juta.

Itu baru pokoknya saja. Belum bunganya

Wajah Bening mulai mengendur.

BAYU

Setiap bulan gaji aku habis buat bayar bunga.

Makanya aku cari tambahan yang lain juga,

salah satunya mengajar piano privat ke rumah-rumah.

Bening terlihat sudah mengerti situasi Bayu. Dia memandangi Bayu dengan tajam.

BAYU

Kan saya sudah bilang.

Ibu itu sepertinya sudah tidak peduli akan perhiasan ini.

Dia cuma butuh suaminya datang. 

BENING

Tapi..

Suara Bening terlampau serak untuk melanjutkan.

BAYU

Apa aku punya pilihan lain?

Aku bukan orang kaya yang punya banyak pilihan!

Wajah Bening mulai melunak. Tatapan matanya mulai iba.

BENING

Kamu harus kem..

Pita suara Bening masih terlalu lemah. Bayu menggeleng.

BAYU

Gak akan!

Ini satu-satunya jalan keluar yang aku punya.

Polisi gak akan nyari juga!

Bayu menundukkan kepalanya.

BAYU

Awalnya aku memang mau jual ini

setelah anter kamu ke Lembang

dan mulai hidup yang baru.

Wajah Bening kembali terlihat kesal. Alisnya naik, matanya melotot. Melihat wajah Bening kesal, Bayu menjadi bingung dan gagap.

BAYU

Ka...mu harusnya bisa memahami

dan menempatkan dirimu di posisi aku! 

Bayu memasukkan gigi mobilnya dan memutar setirnya.

BAYU

Kalau kamu tidak bisa membantu,

setidaknya jangan menghalangi aku!

Bayu menginjak pedal gasnya.

CUT TO:

EXT. JALANAN. SORE

Nampak mobil Bayu beranjak dari tepi jalan lalu masuk ke dalam arus jalan utama yang padat. 

CUT TO:

EXT/INT. JALANAN - MOBIL BAYU. SORE

Bayu dan bening nampak saling diam di dalam mobil. Bayu melihat papan petunjuk jalan di atas yang bertuliskan “Surabaya” 

Bayu memutar kemudinya ke kiri. Dia masuk ke kota Surabaya. 

CUT TO:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar