2. The Missing Voice

INT. KAMAR SEAN - APARTEMEN MEWAH. MALAM

Alunan suara piano yang terbata-bata terdengar memenuhi seisi ruangan.

Jari-jari yang masih remaja, nampak memecet tuts piano. Yang memainkan piano tersebut adalah Sean (10). 

Di samping Tommy duduk Bayu, guru pianonya. Beberapa kali Bayu mengoreksi permainan Sean. 

Di ujung lorong, tepatnya di ruang tamu, terdengar suara MONICA (32) yang sedang mengamati sebuah kalung berlian nan indah dan mewah. 

CUT TO:

INT. RUANG TAMU APARTEMEN. MALAM

Monica justru terlihat kecewa. Dia lalu menaruh kalung berlian itu di sebuah kotak dan meminggirkannya hingga ke ujung meja, lalu menelpon suaminya. 

Terdengar bunyi tut!! Lalu terdengar suara operator telepon yang mengatakan kalau panggilan itu ditolak.

Dari jauh Monica nampak menengok ke kamar Sean. Sebelum akhirnya menjauh dari ruangan itu dan membuat pesan suara untuk suaminya.

MONICA

Sayang, makasih ya kadonya. Aku seneng deh!

INTERCUT

INT. KAMAR SEAN. MALAM

Nampak Bayu terlihat kikuk mendengar pembicaraan itu. Dia kemudian mengalihkan perhatiannya kembali ke permainan Sean. 

MONICA (O.S.)

Kamu kok gk kesini sih di hari ulang tahun ku.

Sean juga kangen kamu lho. 

Suara monica terdengar makin samar.

MONICA (O.S.)

Istri pertama kamu tahu gk..

Lalu terdengar suara pintu ditutup. 

CUT TO:

INT. KAMAR ASRAMA BENING. MALAM

Bening sedang menatap dirinya di depan cermin. Lalu dia membuka mulutnya menyanyikan sebuah lagu dengan suaranya yang merdu dan bisa mencapai nada tinggi.

Senyumannya merekah, namun sesaat kemudian senyumnya menghilang. Bening memikirkan kata-kata papanya. 

Dia mematikan lampu kamarnya dan bergegas rebahan di kasurnya dalam posisi menyamping. Pandangan matanya masih dipenuhi tanda tanya. Dia mencoba memejamkan mata, menenangkan dirinya.

Namun konsentrasinya terganggu ketika ponsel Bening, yang ditaruh di meja samping kasur, nampak menyala dan bergetar. Ada panggilan masuk yang berasal dari mamanya.  

CUT TO:

INT. KAMAR PAK HERMAWAN. MALAM

TV di kamar Pak Hermawan menyala. Di layar televisi nampak menampilkan bagian awal dari sebuah film Indonesia. 

Ibu Cynthia nampak begitu khawatir. Dia memegangi telepon genggamnya dengan wajah yang was-was. Dia berusaha menghubungi Bening sekali lagi, namun pangilan tersebut juga tidak diangkat oleh Bening.

Pak Hermawan berdiri di depan kamar mandi sudah mengenakan piyama. Dia melihat ke arah televisi yang menyala yang sekarang menampilkan penulis skenario dari film tersebut “Karyanto Danudirja”, sutradara dari film tersebut, “Fajrul Prasetyo”, dan juga judul film tersebut “The Door.” 

Pak Hermawan langsung mengambil remote tv lalu dengan segera mematikan tv tersebut. 

Dia menaruh remote tersebut di samping tv lalu naik ke kasur sambil memperhatikan Ibu Cynthia.

PAK HERMAWAN

Palingan juga dia udh tidur, ma.

Jangan terlalu banyak dipikirin.

Pak Hermawan mengecup kening Ibu Cynthia. Lalu dia merebahkan dirinya. Ibu Cynthia hanya terdiam, tidak mengatakan apapun kepada suaminya. 

Dia lalu menaruh ponselnya di meja samping kasur, tepat di sebelah boneka Puppet (yang biasa dimainkan oleh puppetier).

CUT TO:

EXT. LANGIT PAGI HARI. PAGI

Establish shot langit yang mendung di pagi hari. Bunyi guntur terdengar sangat kencang.

CUT TO:

INT. KAMAR ASRAMA BENING. PAGI (H-3)

Suara guntur terdengar sampai di kamar Bening. Bahkan, suara itu membangunkannya dari tidurnya.

Bening bangun dalam keadaan kaget. Jantungnya berdegup kencang. Nafasnya memburu. Yang dia dengar sekarang hanya suara nafasnya sendiri.

Dia langsung membuka selimutnya dan pergi menuju sebuah meja yang punya cermin di depannya. 

Sekali lagi Bening memandangi wajahnya di depan cermin. Wajahnya nampak lesu. 

Dia memanaskan air hangat di teko lalu menunggu selama beberapa saat sambil mengumpulkan nyawa, sebelum dia menuangkan air panas di dalam teko itu ke dalam gelas dan mencampurnya dengan air dingin.

Bening minum dengan sangat cepat. Dia terlihat kehausan. Lalu dia membuka mulutnya untuk latihan vokal di pagi hari. Dia begitu terkejut ketika mengetahui suaranya tidak bisa keluar. Dia kembali membuka mulutnya.

CUT TO:

INT. RUANG TAMU ASRAMA BENING. PAGI

Nampak amandel dan tenggorokan Bening yang normal. Seorang dokter mengamati mulut Bening dengan seksama. Dia meminta Bening menutup mulutnya lalu kemudian memegang leher depan Bening untuk melihat apakah ada benjolan. 

Dokter tersebut menggelengkan kepalanya membuat Bening dan PAK SIDIK (44) ketua panitia kontes menyanyi khawatir.

DOKTER

Problemnya tidak di sini 

(menunjuk lehernya sendiri)

Problemnya ada di sini!

(menunjuk kepalanya sendiri)

Pak Sidik terlihat bingung. 

PAK SIDIK

Jadi apa yang harus dilakukan, dok?

Tiga hari lagi grand final masalahnya. 

Pak Sidik kini melirik ke arah Bening yang matanya terlihat kosong. Dokter menarik lengan Pak Sidik untuk berbicara empat mata.

DOKTER

Saya kira dia mengalami syok.

Tekanan yang luar biasa.

PAK SIDIK

Tapi tidak biasanya dia seperti ini, dok.

DOKTER

Mungkin karena ini grand final?

Atau mungkin ada tekanan dari luar?

PAK SIDIK

Maksud dokter?

DOKTER 

Ya mungkin dari pacar atau dari keluarga?

Pak Sidik tidak menjawab. Dia kembali melirik ke arah Bening yang masih terpaku di kursinya.

CUT TO:

INT. LORONG ASRAMA. PAGI

Kita melihat Ibu Cynthia berjalan dengan langkah yang cepat. Di belakangnya ada Pak Hermawan.

Dari arah yang berlawanan nampak Pak Sidik berjalan mendekati mereka. 

IBU CYNTHIA

Jadi apa yang sebenarnya terjadi?

Nafas ibu Cynthia terdengar pendek dan cepat.

PAK SIDIK

Kita duduk dulu bu, pak.

Pak Sidik mempersilahkan Ibu Cynthia duduk di sebuah kursi yang ada di lorong. 

PAK SIDIK

Jadi begini bu. Tadi pagi, tiba-tiba

Bening tidak bisa mengeluarkan suaranya. 

Ibu Cynthia seperti ingin bicara sesuatu.

PAK SIDIK

Dokter sudah datang tadi. Masalahnya bukan pada pita suara.

Masalahnya ada di pikiran Bening sendiri.....           

Apa ada sesuatu yang kira-kira Bening pikirkan akhir-akhir ini? Atau mungkin Bening sempat bertengkar?

Ibu Cynthia melirik ke arah Suaminya yang duduk di sampingnya.

PAK HERMAWAN

Kami bertengkar semalam. Tapi tidak besar lah. Biasa.

Pertengkaran orang tua dan anak. Benar kan, ma?

Ibu Cynthia mengangguk cepat. 

IBU CYNTHIA

Jadi apa yang sebaiknya dilakukan?

PAK SIDIK

Dokter bilang untuk mempercepat kesembuhan Bening,

Bening harus dijauhkan dulu dari semua tekanan. 

Kami mengusulkan, untuk sementara waktu, Bening menyepi terlebih dahulu di tempat yang tenang.

Ibu Cynthia terlihat khawatir.

IBU CYNTHIA

Sendirian? Apakah orang tua bisa menemani?

PAK SIDIK

Tentu tidak sendirian ibu. Di villa kami di lembang,

di sana ada pengurusnya.

Nanti akan ada asisten vokal coach juga

yang menemani Bening latihan.

Tapi maaf, peraturan kontes ini masih berlaku.

Orang tua belum boleh menemani.

Pak Hermawan sedikit kesal.

PAK HERMAWAN

Nanti kalau terjadi apa-apa gimana?

PAK SIDIK 

Tenang saja pak. Tim kami sudah mempersiapkan itu semua. 

PAK HERMAWAN 

Apa yang akan terjadi, jika sampai pada hari h nya,

suara Bening masih belum pulih?

Pak Sidik mengernyitkan keningnya.

PAK SIDIK 

Kemungkinan terburuknya,

Bening akan didiskualifikasi dari kompetisi ini.

Pak Hermawan nampak berpikir sejenak sementara Ibu Cynthia terlihat syok dan begitu cemas.

CUT TO

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar