Stay With Me
8. BAGIAN 8 Scene 36-40

Sc 36 INT. KAMAR IBU – MALAM

HANI


Hani duduk di atas kasur kamar Ibu Reni. Sebelumnya Hani sudah menyiapkan tempat untuknya meletakkan alat perekam suara. Kini Hani duduk di kasur sambil membuka paketnya yang baru diterimanya. Paket berisi infrared thermal camera yang dibelinya secara online. Kamera tersebut berbentuk sama seperti kamera digital biasa, hanya saja kamera yang dibeli Hani memiliki kelebihan dapat mendeteksi lebih detil yang tidak bisa dilihat mata telanjang. Hani harus merogoh kantong cukup dalam untuk membeli kamera tersebut.

                 

Hani membaca petunjuk pemakaiannya sebelum mulai mempergunakannya.

 

HANI

Semoga bisa digunakan.

 

Hani berbicara sendiri sambil tetap mencoba cara penggunaannya.

 

HANI

Sip. Semoga berhasil.

 

Hani mempersiapkan peletakkan kamera miliknya itu. Ia meletakkan kamera tidak jauh dari alat perekam suara miliknya. Hani menggunakan bantuan tripod untuk dapat diletakkan di ketinggian yang diinginkannya. Hani menekan tombol merekam pada alat perekam suara dan kameranya.

 

HANI

Ibu, aku mohon datang lagi ya malam ini.

 

Wajah Hani terlihat penuh harap.

 

Hani berusaha tetap berjaga karena tidak ingin melewatkan kehadiran dari Ibu Reni. Tapi kantuk membuatnya tidak dapat berjaga lama. Hani pun tertidur.

 

CUT TO


Sc 37 INT. KAMAR IBU – PAGI

HANI, SANTI

 

Santi terlihat tergesa-gesa masuk ke kamar Ibu Reni. Sementara Hani terlihat masih tidur di atas kasur.

 

SANTI

Han, kakak berangkat duluan, ya. Nanti kamu berangkat sendiri ke kantornya.

 

Santi berbicara pelan dekat telinga Hani. Hani merespon dengan mata yang masih tertutup.

 

HANI

Hmm…

 

Santi meninggalkan kertas catatan di meja samping tempat tidur. Tidak lama setelah itu Santi pun pergi.

 

INTERCUT TO

 

Sc 38 INT. KAMAR IBU – SIANG

HANI, SANTI

 

Suara getar telepon terdengar di atas bantal sebelah Hani tidur. Hani terbangun mendengar suara getar telepon di sebelahnya. Dengan mata masih setengah terpejam, Hani mengangkat telepon.

 

HANI

Halo?     

 

Di ujung telepon terdengar suara Santi.

 

SANTI O.S.

Halo Han, kamu dimana?

 

HANI

Oh… halo, Kak. Aku masih di rumah.

 

SANTI O.S.

Han, kamu serius masih di rumah? Apa kamu sakit?

 

Hani yang terlihat masih mengantuk berusaha menjawab.

 

HANI

Nggak Kak. Aku nggak sakit.

 

SANTI O.S

Terus kenapa kamu masih di rumah, belum ke kantor?

 

Hani terkejut.

 

HANI

Ke kantor?

 

Hani berbalik dan melihat jam dinding di belakangnya. Jam menunjukkan hampir jam 12.00 siang.

 

HANI

Aduh, mati gue!

 

Hani bergegas bangun. Ia kembali berbicara dengan Santi di telepon.

 

HANI

Kak, maaf. Aku berangkat sekarang!

 

Hani langsung menutup telepon dan bergegas mandi.

 

CUT TO

 

Sc 39 INT. KANTOR SANTI – SIANG

SANTI, TOMI, LARAS, EDO, RESTI, HANI

 

Santi terlihat gelisah duduk di kursi kerjanya. Berulang kali ia melihat jaM dinding di depannya. Laras yang melihatnya, menghampiri Santi.

 

LARAS

Hai, San.

 

SANTI

Hai, Ras.

 

Laras duduk di sebelah Santi.

 

LARAS

Lagi nungguin Hani, San?

 

SANTI

Iya, Ras.

 

Wajah Santi terlihat cemas.

 

LARAS

Sudah nggak usah cemas, San. Sebentar lagi juga paling Hani sampai.

 

SANTI

Iya, Ras. Sebenarnya aku lebih nggak enak sih sama kalian. Aku yang ajak Hani gabung, tapi sekarang dia nggak fokus sama kerjaannya.

 

LARAS

Kalau soal itu nggak usah khawatir, San. Nanti aku bisa bicara sama Hani.

 

Pintu kantor terbuka. Telihat Hani masuk melalui pintu.

 

EDO

Nah ini dia yang ditunggu-tunggu!

 

Edo berteriak dari tempat duduknya.

 

RESTI

Hus! Tuh mulut berisik banget!


Hani terlihat malu karena semua mata tertuju padanya. Ia lalu berjalan mendekat ke Santi dan Laras.

 

HANI

Halo Kak.

 

Santi hanya terdiam. Hani terlihat menyesal.

 

LARAS

Hai Hani.

 

Laras menyapa ramah Hani sambil tersenyum. Hani melihat wajah Santi yang terlihat kecewa.

 

LARAS

Eh iya, Han… kamu ke mejaku dulu, ya. Ada yang mau aku bicarakan.

 

HANI

Baik Kak.

 

Hani mengikuti Laras ke meja kerjanya. Sambil berjalan Hani memandang Santi yang mengalihkan pandangannya ke layar komputernya.

 

TOMI

Hei!

 

Tomi mengejutkan Santi.

 

SANTI

Kamu, Tom.

 

Wajah Santi merengut.

 

TOMI

Eh, kenapa tuh muka?

 

Tomi duduk di kursi sebelah Santi.

 

SANTI

Nggak apa-apa.

 

TOMI

Soal Hani, ya?

 

SANTI

Ya… gitu deh.

 

Santi bertopang dagu.

 

TOMI

Terus bagaimana?

 

SANTI

Bagaimana apanya?

 

TOMI

Bagaimana kamu sama Hani? Sudah jadi bicara belum kalian?

 

SANTI

Ssst!

 

Santi buru-buru menutup mulut Tomi. Tomi segera melepaskan tangan Santi dari mulutnya.

 

TOMI

Duh, nggak bisa nafas gue, San! Sudah pakai masker, kamu bekap lagi.

 

SANTI

(berbisik)

Sori… sori, Tom. Kamu sih kalau ngomong kencang-kencang.

 

TOMI

Perasaan aku ngomong biasa saja, deh.

 

Tomi membetulkan maskernya.

 

TOMI

Jadinya bagaimana?

 

SANTI

Belum, aku belum bicara sama Hani.

 

TOMI

Terus kapan mau bicaranya?

 

SANTI

Masih tunggu waktu yang tepat.

 

TOMI

Dan kapan tepatnya?

 

SANTI

Entahlah, Tom. Aku cuma takut salah ngomong dan malah bikin Hani menjauh.

 

TOMI

Memangnya kalau nggak diomongin akan bikin Hani terbuka dan mendekat?

 

Santi terdiam.

 

SANTI

Nggak, sih. Tapi setidaknya dia nggak jadi menutup diri.

 

TOMI

Iya, tapi kalian berdua harus bicara. Jangan sampai Hani nanti malah terluka semakin dalam dan nggak mau terbuka lagi padamu, San.

 

SANTI

Iya aku tahu.

 

Santi terdiam sesaat.

 

SANTI

By the way, thanks ya, Tom bantuannya kemarin malam.

 

TOMI

Sama-sama, San. Untungnya gue masih melek.

 

Santi tersenyum. Tidak lama Santi menguap ngantuk.

 

TOMI

Nih kakak-adik sama saja, ya. Ngantuk. Kurang tidur tuh kalian berdua.

 

SANTI

Butuh kopi, nih gue.

 

TOMI

Mau dibuatkan?

 

SANTI

Boleh kalau nggak merepotkan Pak Tomi.

 

Santi tersenyum.

 

Tomi pergi menuju mesin kopi di dekat pantry kantor.

 

CUT TO

 

Sc 40 INT. RUANG TV – MALAM

SANTI, HANI

 

Santi terlihat sedang menonton televisi di sofa sendirian. Hani yang baru turun dari tangga melihat Santi. Hani menghampiri Santi.

 

HANI

Lagi nonton apa, Kak?

 

SANTI

Belum tahu, nih. Acaranya baru mulai.

 

Hani duduk di sebelah Santi. Keduanya melihat ke layar televisi dan tak saling bicara.

 

HANI

Kak… aku minta maaf, ya. Aku sudah bikin kakak kecewa.

 

SANTI

Han, kamu itu nggak bikin kecewa kakak. Tapi kamu bikin kakak khawatir. Belakangan ini kamu kelihatan sering mengantuk di kantor.

 

HANI

Iya, kak. Maafin aku, ya.

 

SANTI

Memangnya apa sih yang kamu kerjakan sampai membuatmu ngantuk dan terlambat pergi ke kantor?

 

HANI

Aku hanya mengerjakan suatu tugas, Kak.

 

SANTI

Apa tugas itu begitu penting sampai-sampai kamu harus tidur hingga larut malam setiap hari?

 

HANI

Iya, kak.

 

SANTI

Boleh kakak bantu mengerjakannya, Han?

 

Hani terdiam, tak menjawab.

 

SANTI

Kakak mau kok, bantu kamu kalau diminta bantuan.

 

HANI

Sebenarnya untuk saat ini belum dulu, Kak.

 

Keduanya melanjutkan menyaksikan program di televisi. Namun tidak lama, Santi pamit tidur.

 

SANTI

Han, aku tidur dulu, ya. Ngantuk.

 

HANI

Iya, Kak.

 

SANTI

Han, janji ya kamu nggak akan tidur larut malam. Besok kita berangkat bareng.

 

HANI

Iya, kak. Aku janji.

 

SANTI

Benar, ya? Nanti kakak tunggu kamu di kamar. Malam ini kakak tidur di kamarmu.

 

HANI

Iya, kak.

 

SANTI

Ya sudah. Sampai ketemu di kamar.

 

Santi menuju kamar, sementara Hani masih menonton TV di ruang tv bawah.

 

Hani mengeluarkan kamera infrared dari kantong celananya. Ia mulai memutar rekaman semalam. Beberapa menit ia memutar, tidak ada hal yang aneh dalam rekaman. Sampai akhirnya di menit ke-18, kamera Hani menangkap seperti sesosok bayangan putih mendekat di belakang Hani yang terlihat sedang tertidur dalam rekaman. Hani menyadari sosok putih tersebut. Hani memutar ulang bagian tersebut beberapa kali untuk meyakinkan dirinya.

 

HANI

Apa itu? Apakah itu…

 

Hani berbicara ke dirinya sendiri.

 

Hani meng-zoom sosok tersebut, tapi tidak terlalu jelas dan hanya berupa sosok bayangan. Hani lanjut meneruskan untuk memutar rekaman tersebut. Dalam rekaman berikutnya, terlihat sosok bayangan tersebut seperti memeluk Hani saat tidur. sosok tersebut terlihat beberapa detik seperti memeluk Hani.

 

HANI

Ibu?

 

Setelah beberapa detik, sosok tersebut seketika menghilang.

 

HANI

Ibu, apakah tadi itu dirimu?

 

Hani memutar lalu menghentikan bagian dimana sosok tersebut seperti memeluknya. Hani memandangi terus menerus gambar tersebut, seolah-olah Hani tidak ingin sosok bayangan itu pergi darinya.

 

Karena Hani sudah berjanji tidak akan tidur larut malam, Hani lalu mengeluarkan alat perekam suara dan segera memutar rekamannya. Sama seperti rekaman pada kamera digital miliknya, di awal tidak terlihat suara atau tanda-tanda yang aneh dalam rekaman suara tersebut. Rekaman terus berputar hingga nyaris selesai. Namun di ujung rekaman terdengar suara sayup-sayup pelan seperti suara perempuan berbicara.

 

HANI

Suara apa itu?

 

Hani berusaha mencari tahu suara tersebut. Hani memutar ulang rekaman tersebut dan menaikkan volume suara supaya dapat mendengar jelas suara rekaman.

 

Suara rekaman:

“ibu di sini…”

 

Hani tersenyum saat mendengar suara tersebut. Ia terlihat bahagia. Begitu bahagianya, Hani sampai bergegas berlari menuju kamarnya.

 

INTERCUT TO


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar