Stay With Me
7. BAGIAN 7 Scene 31-35

Sc 31 INT. RESTORAN – MALAM

HANI, SANTI


Hani dan Santi memutuskan untuk makan malam di restoran sebelum pulang ke rumah. Karena keduanya sudah agak jarang makan di luar berdua semenjak keduanya bekerja karena jadwal mereka yang sering pulang malam.

 

SANTI

Jadi… bagaimana kerja di tempat kakak? Ada yang mau diceritakan atau curhat mungkin?

 

Hani tersenyum.

 

HANI

Nggak ada yang bikin kesal sih, Kak.

 

SANTI

Ah, serius? Edo nggak bikin kamu kesal, Han? Aku saja yang sudah lama kerja bareng dia masih suka kesal sama dia sampai sekarang.

 

Hani tertawa.

 

HANI

Bukan bikin kesal sih, kak. Cuma lebih ke ganggu saja. Tapi itu juga aku anggap lucu-lucuan saja, nggak aku anggap serius, kok.

 

SANTI

Syukur deh kalau kamu merasa begitu. Terus kira-kira betah nggak, nih?

 

HANI

Sejauh ini sih aku nyaman. Sama tempatnya, sama orang-orangnya. Terus tugasnya juga menyenangkan untuk aku lakukan. Aku suka.

 

Santi tersenyum.

 

HANI

Terus kan ada kakak juga. Jadinya aku nggak terlalu canggung menghadapi teman-teman kakak dan para pria yang penggoda itu.

 

SANTI

Pintar deh yang memuji-muji. Mulai merayu pasti mau tambah orderan ya?

 

Santi menggoda Hani.

 

HANI

Ih, kakak pede banget. Siapa yang merayu?

 

SANTI

Tapi benar kan mau tambah?

 

HANI

Iya sih, Kak. Aku masih lapar. Habis kerja keras hari ini.

 

SANTI

Iya deh yang habis kerja keras banget hari ini. Sampai-sampai tadi sempat ketiduran kan tadi di kantor?

 

Keduanya tertawa.

 

CUT TO


Sc 32 INT. KAMAR HANI - MALAM

HANI, ROBI, FANI, SISCA

 

Hani sedang video call dengan teman-teman kuliah yang beberapa waktu terakhir jarang ditemuinya. Hani video call di atas kasur.

 

ROBI

Terus kapan nih syukuran makan-makannya?

 

HANI

Syukuran apa, Bi?

 

ROBI

Ya syukuran karena kamu sudah kerja lah.

 

HANI

Oh dikirain syukuran skripsi. Soalnya seingat aku, aku belum selesai skripsi tuh.

 

SISCA

Ya kali, Han. Kalau kamu sudah selesai pasti aku juga sudah selesai. Makanya aku belum selesai-selesai skripsi nih, Han.

 

HANI

Memangnya apa hubungannya denganku, Sis?

 

SISCA

Kamu itu kan yang suka bantu aku kalau aku belum selesai mengerjakan tugas. Sekarang nggak ada deh yang bantu aku. Jangankan bantu, kamu sendiri saja belum selesai skripsinya.

 

HANI

Ya ampun Sis, jangan begitu dong. Aku jadi beban tahu.

 

FANI

Ih si Sisca suka lupa deh. Kan masih ada aku sama Robi.

 

SISCA

Iya sih, tapi kalian suka sibuk sendiri.

 

ROBI

Sori nih, tapi kalau soal skripsi jangan minta bantuan aku. Skripsi sendiri saja sudah bikin selera makan hilang. Ini mau disuruh bantu orang lain lagi. Nggak deh. Aku menyerah kalau soal itu.

 

SISCA

Tuh, kan… Robi sih begitu. Pelit!

 

ROBI

Aku bukannya pelit Sis, tapi memang sudah pusing sendiri.

 

SISCA

Ya sudah, kamu balik kuliah lagi saja yuk, Han. Biar ada yang bantuin aku.

 

Wajah Sisca memelas.

 

HANI

Aku belum bisa balik sekarang, Sis. Kan aku sudah ajukan cuti. Terus sekarang aku lagi ada pekerjaan.

 

SISCA

Memangnya kamu nggak kangen ya sama aku, Han?

 

Hani tersenyum.

 

HANI

Ya kangen lah, Sis. Aku kangen sama kalian semua. Tapi kan sekarang aku lagi cuti kuliah dan lagi kerja.

 

Hani menguap ngantuk.

 

FANI

Sudah ngantuk ya, Han?

 

HANI

Iya nih. Sudah mulai ngantuk aku. Tadi saja sempat ketiduran sebentar di kantor.

 

ROBI

Pakai ngiler nggak?

 

Robi meledek Hani.

 

HANI

Sialan kamu, Bi.

 

Semua tertawa.

 

HANI

Kalau begitu aku pamit mau tidur dulu ya. Sampai ketemu lagi secepatnya.

 

SISCA

Beneran ya, Han…

 

ROBI

Iya, Han. Jangan sibuk-sibuk terus. Jangan lupakan kami.

 

HANI

Iya aku janji. Kita haha… hehe… lagi secepatnya. Dan aku nggak akan bakalan lupa sama kalian. Kalian itu salah satu supporter terbaik aku.

 

FANI

Ya sudah, kamu istirahat ya, Han. Sehat selalu.

 

HANI

Iya Fan. Thanks. Kamu sama yang lain juga sehat selalu.

 

Tidak lama mereka mengakhiri video call masing-masing. Hani menaruh tablet miliknya di meja samping tempat tidur. Ia kemudian berbaring di atas kasur. Hani memejamkan matanya sejenak, sebelum akhirnya ia terbangun. Hani teringat sesuatu. Hani bergegas turun dari tempat tidur. Ia langsung menuju meja belajarnya dan mengambil tas miliknya di atas meja. Hani membawa tasnya ke atas kasur dan mulai membongkar-bongkar isi dalam tasnya.

 

HANI

Dimana ya alat perekamnya?

 

Hani menumpahkan semua isi dalam tasnya, mencari alat perekam suara miliknya. Alat perekam suara terjatuh dari dalam tas Hani.

 

HANI

Nah, ini dia!

 

Hani terlihat gembira.

 

HANI

Aku pikir hilang.

 

Hani memasukkan kembali barang-barangnya ke dalam tas. Menaruh tasnya di bawah, di samping tempat tidur. setelah itu ia mengambil earphone dan menancapkannya ke alat perekam suara miliknya. Hani duduk bersandar pada bantal di kepala tempat tidur. Ia mulai memutar alat perekam suara miliknya.

 

HANI

Semoga ada yang terdengar.

 

Cukup lama Hani mendengarkan alat perekam suara miliknya, hingga ia hampir tertidur. Namun sebuah suara dalam rekaman mencegahnya tertidur.

 

HANI

Ibu?

 

Jantung Hani berdegup kencang.

 

HANI

Ini benar ibu?

 

Hani menambah volume suara alat perekam miliknya. Sayup-sayup suara dalam rekaman mulai terdengar.

 

IBU RENI O.S

Hani… hani… sayang ibu, apa kabar?

 

Hani mulai meneteskan air mata.

 

HANI

Hani kangen sama ibu…

 

Hani mulai menangis.

 

IBU RENI O.S

Ibu… baik…

 

Suara di rekaman terdengar lumayan jelas meskipun agak putus-putus.

 

IBU RENI O.S

Ibu rindu.

 

Hani menangis sesenggukan.

 

Hani kemudian mengambil bingkai foto Ibu Reni di samping tempat tidurnya. Hani memeluk foto tersebut sambil terus mendengar rekaman.

 

HANI

Ibu… Hani ingin terus bisa bicara dengan ibu…

 

Hani terus mendengarkan rekaman sampai akhirnya ia tertidur. Alat perekam suara tergeletak di sampingnya.

 

CUT TO

 

Sc 33 INT. KAMAR HANI – PAGI

HANI, SANTI

 

Sudah jam 07.30, tapi Hani masih tidur di kamarnya. Santi masuk ke kamar Hani dan membangunkan Hani.

 

SANTI

Han… Han… ayo bangun. Sudah terlambat nih. Kakak kira kamu sudah bangun.

 

Hani mulai membuka mata.

 

HANI

Memangnya jam berapa sih, kak?

 

SANTI

Sudah jam setengah delapan, nih. Ayo cepat bangun. Kamu belum mandi, belum sarapan.

 

Hani terkejut.

 

HANI

Hah?! Jam setengah delapan?! Kok kakak nggak membangunkan aku sih?

 

SANTI

Kakak kira kamu sudah bangun, makanya kakak nggak bangunin kamu.

 

Hani buru-buru bangun.

 

HANI

Ya sudah aku mandi sekarang deh, Kak. Aku sarapannya di mobil saja.

 

SANTI

Oke. Kakak siapkan kalau begitu.

 

Hani menuju kamar mandi sementara Santi keluar untuk menyiapkan bekal Hani.

 

CUT TO

 

Sc 33 INT - EXT. MOBIL SANTI – PAGI

HANI, SANTI

 

Hani akhirnya sarapan di mobil dalam perjalanan menuju tempat kerja.

 

SANTI

Han, kalau kakak perhatikan, kamu belakangan ini sering mengantuk. Memangnya kamu tidur jam berapa kalau malam? Kamu begadang, ya?

 

HANI

Aku memang belakangan ini tidur agak malam, Kak. Soalnya ada yang lagi dikerjakan.

 

SANTI

Memangnya lagi mengerjakan apa? Sepertinya penting, ya?

 

HANI

Iya Kak. Penting buat aku.

 

Santi memandang Hani yang terus melanjutkan sarapannya.

 

CUT TO

 

Sc 34 INT. KANTOR – PAGI

TOMI, SANTI, EDO, HANI, LARAS, RESTI

 

Tomi menghampiri Santi yang sedang sibuk mengedit foto hasil jepretannya.

 

TOMI

Hai, San. Lagi sibuk?

 

Santi melihat Tomi duduk di sebelahnya.

 

SANTI

Hai, Tom. Lumayan, kenapa?

 

TOMI

Aku boleh tanya nggak?

 

Santi tetap sibuk menghadap layar komputer.

 

SANTI

Mau tanya apa sih, Tom?

 

TOMI

Kamu apa kabar, San?

 

Santi berhenti melakukan pekerjaannya lalu memandang heran Tomi.

 

SANTI

Kabar aku?

 

TOMI

Iya kabar kamu. Kabarmu baik nggak San?

 

SANTI

Mmm… kabarku baik sejauh ini, Tom.

 

Santi tersenyum.

 

SANTI

Memangnya kenapa, kok kamu tanya begitu? Memangnya aku kelihatan kurang baik, ya?

 

TOMI

Nggak sih, bukan begitu. Cuma menurut anak-anak kamu agak beda.

 

SANTI

Anak-anak bilang begitu, Tom?

 

Santi terlihat penasaran.

 

TOMI

Menurut aku juga.

 

SANTI

Eh, serius?

 

Tomi mengangguk.

 

SANTI

(heran)

Memangnya aku beda bagaimana, Tom?

 

TOMI

Kamu agak menjauh dari anak-anak, terutama setelah Hani gabung di kantor kita.

 

Santi terdiam.

 

TOMI

Sori ya, San. Tapi menurut anak-anak, kamu agak protektif ke Hani. Dan aku setuju sama mereka.

 

SANTI

Tom…

 

TOMI

Iya kamu kemarin sempat singgung soal Hani. Tapi kamu harus bicara, bukannya jadi protektif ke dia.

 

SANTI

Iya, tapi dia adikku satu-satunya, Tom.

 

TOMI

Iya, aku tahu itu.

 

SANTI

Aku takut dalam hatinya dia belum merelakan kepergian ibu kami, Tom.

 

TOMI

Mungkin dia hanya kangen sama ibu saja. Aku melihat dia tidak seperti orang yang bersedih, yang suka termenung sendiri. Kemarin Edo cerita kalau Hani bercanda terus sama klien waktu pemotretan.

 

SANTI

Tapi kemarin kan aku juga sampaikan ke kamu, Tom.

 

TOMI

Iya sih.

 

SANTI

Jadi kamu tahu kan, alasan sikapku begini?

 

Tomi mengangguk.

 

TOMI

Yoweis, kalau begitu. Aku balik ke mejaku lagi.

 

Tomi berdiri dari duduknya. Santi memegang tangan Tomi.

 

SANTI

Tom, tolong jangan beritahu Hani ya.

 

Wajah Santi memelas.

 

TOMI

Tapi kamu cepat atau lambat harus bicara sama Hani, San.

 

SANTI

Iya, Tom.

 

Edo yang sedang berjalan di dekat Santi dan Tomi, tidak sengaja melihat keduanya. Edo kemudian berteriak.

 

EDO

Han, ada yang dekati kakakmu nih!

 

Laras, Edo, Resti juga termasuk Hani, melihat ke meja Santi.

 

SANTI

Do, lo tuh reseh ya!

 

Santi terlihat kesal. Santi melepas tangan Tomi.

 

TOMI

Nggak usah kesal, San. Namanya juga Edo, nggak heran.

 

Santi melihat ke Hani. Hani tersenyum pada Santi.

 

INTERCUT TO

 

Sc 35 INT. KANTOR – SIANG

SANTI, HANI

 

Saatnya jam makan siang. Beberapa orang memutuskan untuk mencari makan di luar.

 

LARAS

San, makan di luar nggak?

 

Santi melihat Hani yang masih berada di depan computer.

         

SANTI

Kayaknya nanti minta tolong OB saja beli di warteg.

 

TOMI

Beneran nih, San?

 

HANI

Kak Santi, kalau mau makan di luar makan saja, Kak. Aku nggak apa-apa, kok.

 

Hani tersenyum pada Santi.

 

EDO

Iya San, adik lo gue jagain deh.

 

SANTI

Justru karena ada elo, Do.

 

Resti yang baru saja masuk setelah membeli makan di luar menanggapi perkataan Santi.

 

RESTI

San, sudah kalau mau makan di luar, makan saja. Nanti aku sama Hani.

 

HANI

Kak, aku nggak apa-apa. Aku bukan anak kecil lagi, deh.

 

TOMI

Tuh San, dengarkan kata-kata Hani?

 

Santi memandang Tomi. Ia terlihat ragu.

 

HANI

Kak, sudah deh buruan.

 

SANTI

Mbak Resti, aku titip ya. Jagain dari setan laki yang reseh itu.

 

RESTI

Tenang San, kalau Edo macam-macam nanti aku pites.

 

EDO

Ih, memangnya aku kutu Mbak Resti. Pakai di pites segala.

 

SANTI

Kamu mau titip nggak, Han?

 

HANI

Nggak kak. Tadi aku sudah titip pak OB order di warteg.

 

Santi pun akhirnya ikut makan siang di luar dengan Laras dan Tomi.

 

CUT TO


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar