Stay With Me
4. BAGIAN 4 Scene 16-20

Sc 16 INT. KAMAR RAWAT INAP RUMAH SAKIT - SIANG

HANI, IBU RENI


Hani menemani Ibu Reni yang sedang tidur. Hani duduk di samping tempat tidur Ibu Reni sambil menonton film dari layar tablet miliknya menggunakan headphone. Santi sedang berbicara dengan dokter di luar ruangan. Hani sesekali melihat cairan infus yang terpasang.

 

Mata Ibu Reni terbuka. Ibu Reni melihat Hani. Ibu Reni menggerakkan tangannya.

 

IBU RENI

Hani…

 

Hani melihat tangan ibu yang bergerak. Hani segera melepas headphonenya. Hani memegang tangan Ibu Reni.

 

HANI

Ibu, ada apa?

 

IBU RENI

Kapan ibu boleh pulang?     

 

Ibu Reni masih terlihat mengantuk.

 

HANI

Nanti tunggu dokter dulu, Bu. Ibu kan, mau diobati dulu supaya sembuh.

 

IBU RENI

Tapi ibu sudah bosan di rumah sakit terus.

 

Hani tersenyum. Ia menggenggam tangan Bu Reni.

 

HANI

Ibu mau dibawakan apa supaya tidak bosan?

 

Ibu Reni menggeleng.

 

HANI

Ibu yang sabar, ya. Aku sama Kak Santi akan selalu menemani ibu supaya ibu tidak bosan. Apa jangan-jangan ibu bosan di rumah sakit karena ada aku, ya?

 

Hani menggoda Ibu Reni. Ibu Reni menggenggam erat tangan Hani.

 

IBU RENI

Kamu jangan pergi ya, Han. Temani ibu di sini.

 

HANI

Nggak lah, Bu. Masa Hani tinggalin ibu, sih. Nanti kalau Hani pergi, ibu nggak ada yang gangguin, kan?

 

Ibu Reni tersenyum.

 

HANI

Sudah ibu istirahat lagi. Hani nggak kemana-mana, kok. nanti Kak Santi juga ke sini.

 

IBU RENI

Ramai dong.

 

HANI

Iya dong. Biar ibu nggak bosan.

 

Hani tersenyum.

 

CUT TO


Sc 17 INT. KAMAR RAWAT INAP RUMAH SAKIT – SIANG

HANI, SANTI, DOKTER MELLY, PERAWAT

 

Setelah berbicara dengan Santi, Dokter Melly mengunjungi Ibu Reni dan bertemu dengan Hani didampingi seorang perawat.

 

HANI

Halo, dok.

 

Dokter Melly tersenyum. Ia menyapa ramah Hani dan Ibu Reni.

 

DOKTER MELLY

Selamat siang. Halo Ibu Reni, bagaimana kabarnya hari ini?

 

IBU RENI

Kabar baik, dok. Kapan saya boleh pulang, dok?

 

Dokter Melly tersenyum.

 

DOKTER MELLY

Sudah kangen rumah ya, Bu?

 

HANI

Katanya sudah bosan dok, di rumah sakit.

 

DOKTER MELLY

Bosan ya bu tidak bisa keliling-keliling?

 

Dokter Melly memasang stetoskop di telinganya.

 

DOKTER MELLY

Ibu saya periksa dulu, ya.

 

Dokter Melly memeriksa dada Ibu Reni dengan stetoskop.

 

DOKTER MELLY

Tensinya bagaimana, Sus?

 

PERAWAT

Sudah berangsur stabil, dok setelah dosis obatnya dinaikkan.

 

Dokter Melly mencopot stetoskop di telinganya seusai memeriksa Ibu Reni.

 

DOKTER MELLY

Ibu, sementara ini ibu masih harus menginap di rumah sakit dulu untuk diobati.

 

IBU RENI

Sampai kapan, dok?

 

DOKTER MELLY

Ibu kan belakangan ini sering mengantuk, ya? Terus suka agak pusing juga, kepala rasanya berat. Itu karena cairan yang seharusnya mengalir ke seluruh tubuh tersumbat di kepala. Untuk itu supaya alirannya lancar kembali harus dibantu dibuatkan saluran. Jadi ibu nanti dipasang seperti selang kecil.

 

IBU RENI

Berarti harus dioperasi, dok?

 

DOKTER MELLY

Iya ibu, perlu adanya tindakan untuk memasang selangnya.

 

IBU RENI

Tapi saya nggak mau dioperasi, dok. Saya takut.

 

DOKTER MELLY

Nanti pada saat dilakukan tindakan ibu akan dibius, jadi nanti seperti tidur.

 

IBU RENI

Saya nggak mau dioperasi. Saya mau pulang saja.

 

Hani dan Santi saling memandang.

 

CUT TO


Sc 18 INT. KAMAR IBU DI RUMAH – SIANG

IBU RENI, HANI

 

Setelah menolak untuk dioperasi dan berbicara dengan keluarga besar, Hani dan Santi menghormati kemauan Ibu Reni dan membawa Ibu Reni kembali ke rumah dan dilakukan perawatan di rumah. Sembari mencari perawat yang akan membantu Hani dan Santi merawat Ibu Reni; karena Ibu Reni kini harus menggunakan kateter untuk buang air kecil karena agak berat untuk berjalan, maka dibutuhkan perawat untuk memasangnya. Perawat juga dibutuhkan untuk membantu mengkontrol obat-obatan Ibu Reni.

 

Hani menemani Ibu Reni yang sedang tidur di tempat tidur khusus seperti di rumah sakit. Hani sebisa mungkin ikut istirahat saat Ibu Reni sedang tidur.

 

IBU RENI

Hani… Hani…

 

Suara lemah ibu memanggil. Hani membuka matanya.

 

IBU RENI

Hani… Hani…

 

Hani langsung bangun dan mendekat ke Ibu Reni.

 

HANI

Hani di sini, Bu. Ada apa, Bu?

 

Ibu Reni membuka mata dan melihat Hani.

 

IBU RENI

Hani jangan jauh-jauh dari ibu.

 

Hani tersenyum.

 

HANI

Hani nggak jauh, kok. Hani kan, ada di sebelah ibu.

 

Ibu Reni menggenggam tangan Hani.

 

HANI

Ibu mau diambilkan sesuatu? Apa ibu kedinginan?

 

IBU RENI

Ibu haus.

 

HANI

Ibu mau minum apa? Mau teh hangat?

 

IBU RENI

Air putih saja.

 

HANI

Kalau begitu Hani ambilkan dulu ya, Bu. Hani tinggal sebentar ya.

 

IBU RENI

Tapi jangan lama-lama.

 

HANI

Iya nggak lama, kok.

 

Hani keluar kamar dan mengambilkan Ibu Reni segelas air putih dan sedotan. Tidak lama kemudian Hani masuk. Hani menegakkan sandaran tempat tidur ibu.

 

HANI

Ini bu minumnya. Pelan-pelan ya minumnya.

 

Hani memegang gelas dan mendekatkan sedotan ke mulut Ibu Reni. Ibu Reni menyedot minuman pelan-pelan.

 

IBU RENI

Sudah Han.

 

Hani menaruh gelas tidak jauh dari tempat tidur Ibu Reni.

 

IBU RENI

Han…

 

Hani mendekat ke Ibu Reni sambil memegang tangan ibu.

 

HANI

Iya bu… ada yang mau Hani ambilkan lagi, Bu?

 

IBU RENI

Hani di sini saja ya, temani ibu.

 

HANI

Iya ibu sayang. Hani nggak kemana-mana.

 

Hani duduk di kasur sambil terus memegangi tangan Ibu Reni.

 

IBU RENI

Ibu boleh tidur?

 

HANI

Boleh. Ibu tidur saja, Hani di sini sama ibu.

 

Ibu Reni memegang tangan Hani.

 

IBU RENI

Han…

 

HANI

Ada apa, Bu?

 

IBU RENI

Han, kalau nanti seandainya ibu pergi… Hani akan baik-baik saja, kan kalau ibu tinggal?

 

Hani tidak dapat berkata-kata. Ia hanya menggenggam erat tangan Ibu Reni dan menempelkannya di pipinya. Hani terlihat sedih.

 

CUT TO


Sc 19 INT. KAMAR HANI – SIANG

HANI, SANTI

 

Setelah delapan bulan bertahan dan dirawat di rumah, Ibu Reni menghembuskan nafas terakhirnya. Ibu Reni meninggal di rumah.

 

Dua minggu setelahnya…

 

Santi masuk ke kamar Hani. Santi melihat Hani masih tidur. Santi berjalan mendekat ke tempat tidur Hani.

 

SANTI

Han… kamu nggak bangun? Sudah siang loh.

 

Santi membangunkan Hani sambil menepuk-nepuk lengan Hani. Hani membuka matanya perlahan.

 

SANTI

Ayo bangun. Kamu harus ke kampus, kan?

 

HANI

Mmm…

 

Mata Hani kembali tertutup.

 

SANTI

Eeh… jangan tidur lagi. Ayo bangun, terus mandi. Kakak bawa mobil hari ini, kalau kamu mau ikut nanti berangkatnya bareng kakak.

 

Hani membuka mata dan melihat Santi.

 

SANTI

Nah, begitu dong. Sekarang mandi, ya.

 

Santi berjalan menuju pintu kamar Hani. Tapi Hani menghentikan langkah Santi.

 

HANI

Kak, aku kangen ibu…

 

Santi menoleh ke Hani. Santi kemudian berjalan mendekat ke tempat tidur Hani. Santi duduk di kasur, di samping Hani.

 

SANTI

Kakak juga kangen ibu, Han.

 

HANI

Kira-kira ibu lagi apa sekarang ya, Kak?

 

SANTI

Sepertinya ibu lagi geleng-geleng lihat anaknya yang masih tidur di kasur.

 

Santi tersenyum.

 

HANI

Kak, kira-kira ibu bagaimana ya di sana?

 

SANTI

Menurut kakak ya, ibu jauh lebih bahagia karena sudah nggak merasakan sakit lagi.

 

HANI

Ibu bahagia tidak ya tanpa kita di sana? Karena rasanya aku nggak akan bisa merasa bahagia lagi tanpa ibu, Kak.

 

Air mata jatuh dari ujung mata Hani. Santi menggenggam tangan Hani.

 

SANTI

Kakak tahu kepergian ibu begitu cepat bagi kita dan diantara kita nggak ada yang siap menghadapi kepergian ibu. Tapi yang kakak tahu, ibu selalu ingin melihat kita berdua bahagia, Han. Bukan hanya kamu yang sedih karena nggak bisa ketemu ibu lagi setiap hari, kakak juga merasakan hal yang sama. Kakak rasa ibu juga sedih seperti kita. Tapi ibu akan jauh lebih sedih lagi kalau melihat anak-anaknya kehilangan rasa bahagia karena dirinya.

 

HANI

Tapi aku merasa tidak ada lagi yang harus aku bahagiakan.

 

SANTI

Han, kakak nggak bisa mengkontrol apa yang kamu rasakan saat ini. Kakak cuma mau kamu tahu, kamu bebas mempergunakan waktumu untuk berduka, tapi selalu ada kebahagiaan yang menunggu untuk menyapamu.

 

Hani mengusap air matanya.

 

SANTI

Dan kakak akan selalu ada untukmu kapan pun kau butuhkan. Kakak berjanji padamu, Han.

 

Hani bangun dari tidur dan langsung memeluk Santi. Santi memeluk erat Hani. Keduanya saling berurai air mata.

 

CUT TO


Sc 20 EXT. KANTIN KAMPUS – SORE

HANI, ROBI, FANI SISCA

 

Hani duduk sendirian di salah satu meja kantin kampus. Hani terlihat termenung. Teman-teman Hani yang baru datang ke kantin melihat Hani dari kejauhan.

  

SISCA

Itu dia orangnya!

 

Sisca terlihat girang melihat Hani.

 

FANI

Hani sepertinya sedang termenung.

 

ROBI

Iya, ya Fan. Semoga dia nggak ada masalah sama skripsinya.

 

Robi, Fani dan Sisca menghampiri Hani. Sisca mengagetkan Hani.

 

SISCA

Dor!

 

Hani tersadar dari termenungnya. Hani melihat ketiga temannya.

 

SISCA

Kok bengong saja sih, kakak?

 

FANI

Hai, Han. Apa kabarmu?

 

HANI

Kabarku baik, Fan.

 

Hani tersenyum.

 

ROBI

Betul kamu baik, Han?

 

Hani mengangguk.

 

ROBI

Yakin, Han? Kamu cerita ya ke kita kalau ada apa-apa.

 

HANI

Iya Robi.

 

SISCA

Jadi kamu baik-baik saja, nggak ada masalah juga sama skripsi?

 

Sisca terlihat penasaran.

 

HANI

Iya Sisca sayang aku baik-baik saja dan nggak ada masalah sama skripsi.

 

SISCA

Berarti cuma aku saja yang bermasalah sama skripsi ya, hari ini?

 

Wajah Sisca cemberut. Hani, Fani dan Robi tertawa.

 

SISCA

Loh kok malah ditertawakan, sih?

 

ROBI

Habisnya kamu lucu sih, Sisca sayang.

 

Robi mencubit pipi Sisca, gemas.

 

FANI

Oh iya Han, kalau ada masalah skripsi kasih tahu kita-kita, ya?

 

HANI

Thanks Fan. Tapi setelah aku pikir-pikir, sepertinya aku akan tunda skripsiku dulu.

 

Fani, Robi dan Sisca saling memandang bingung.

 

FANI

Kalau boleh tahu, kenapa mau ditunda, Han? Bukannya kamu sudah sampai bab tiga? Kamu nggak sayang, Han?

 

Hani menggeleng sambil tersenyum.

 

CUT TO




Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar