Stay With Me
3. BAGIAN 3 Scene 11-15

Sc 11 INT. RUMAH SAKIT – SIANG

HANI, SANTI, DOKTER MELLY, DOKTER ARIF, PERAWAT LINDA



Santi dan Hani berbicara dengan Dokter Melly dan Dokter Arif yang adalah dokter internis mengenai hasil pemeriksaan Ibu Reni. Mereka berbicara di dekat ruang perawat.

 

DOKTER MELLY

Setelah kemarin dilakukan pemeriksaan swab, Ibu dinyatakan negatif covid.

 

Hani dan Santi saling berpandangan. Wajah mereka terlihat lega.

 

SANTI

Lalu bagaimana dengan hasil CT-Scannya, dok?

 

DOKTER ARIF

Kemarin setelah dilakukan CT-Scan oleh dokter Melly dan dilihat hasilnya, semuanya tampak normal.

 

HANI

Kalau begitu ibu sudah boleh pulang dong, dok?

 

DOKTER ARIF

Melihat tekanan darah ibu yang masih tinggi serta rasa mual yang ibu rasakan, kami menyarankan agar dilakukan MRI. Karena kalau melalui CT-Scan tidak terlalu jelas terlihat.

 

HANI

Jadi ibu masih harus menginap, dok?

 

DOKTER MELLY

Sebaiknya begitu, sampai kita benar-benar tahu penyebab kondisi ibu yang sebenarnya.

 

Santi dan Hani mengikuti saran dokter.

 

SANTI

Lalu, apa ibu masih harus berada di ruang isolasi atau sudah bisa pindah kamar?

 

DOKTER MELLY

Untuk kamar nanti akan diinformasikan oleh perawat. Sekarang kita akan persiapkan untuk proses MRI Ibu dulu. Nanti juga akan dibantu oleh perawat.

 

SANTI

Baik, dok. Terima kasih.

 

DOKTER MELLY

Kami permisi dulu. Nanti jadwal MRI-nya akan kami update lagi.

 

SANTI

Baik, dok. Terima kasih.

 

Selesai berbicara dengan dokter, Santi dan Hani menengok ibu di salah satu bilik. Ibu terlihat tidur.

 

HANI

Ibu masih tidur, Kak.

 

Hani berbicara pelan.

 

SANTI

Iya.

 

Salah satu perawat datang ke bilik ibu. Ia terlihat ramah dan ceria.

 

PERAWAT LINDA

Selamat siang. Ini pasti anak-anaknya Bu Reni, ya?

 

SANTI

Iya, Sus.

 

PERAWAT LINDA

Tadi pagi-pagi bangun langsung cari Hani. “Hani mana, ya?”

 

Hani tersenyum sambil memandang Ibu Reni yang masih tidur.

 

HANI

Oh ibu tadi sudah bangun, Sus?

 

PERAWAT LINDA

Iya tadi pagi-pagi bangun cariin terus haus, minta minum. Habis itu nggak lama tidur lagi.

 

HANI

Masih banyak tidur ya, Sus?

 

PERAWAT LINDA

Iya, Kak. Karena itu dokter minta supaya dilakukan MRI supaya ketahuan penyebabnya. Tadi sudah bicara dengan dokter kan, ya?

 

SANTI

Sudah, Sus. Terus tadi dokter sampaikan untuk prosedur MRI sama info kamar akan diberitahu oleh perawat, Sus.

 

PERAWAT LINDA

Iya, Kak. Kalau untuk MRI Masih harus tunggu persetujuan asuransi. Karena, kan ibu ditanggung oleh asuransi. Kemudian untuk kamar, mungkin setelah dilakukan MRI baru pindah ke kamar biasa. Tergantung ketersediaan di ruangan, sih, Kak kalau untuk kamar.

 

SANTI

Oh oke, Sus.

 

Perawat Linda memasang alat tensi di lengan ibu. Memasang oxymeter, alat pengukur kadar oksigen, di jari telunjuk ibu.

 

PERAWAT LINDA

Ibu Reni, mau di tensi dulu ya. Maaf mengganggu tidurnya.

 

Perawat Linda membangunkan Ibu Reni lembut. Ibu Reni pun membuka mata.

 

HANI

Halo, Bu.

 

Hani menyapa lembut Bu Reni sambil mengelus-elus tangan Bu Reni. Ibu Reni menoleh ke arah Hani dan Santi.

 

PERAWAT LINDA

Tuh, Bu… yang tadi dicari-cari sudah datang.

 

SANTI

Ibu masih ngantuk, ya?

 

IBU RENI

Iya. Apa ibu masih boleh tidur?

 

Suara ibu terdengar lemah. Entah karena rasa kantuk atau rasa sakit yang dirasakannya.

 

SANTI

Boleh, Bu.

 

Santi menjawab sambil tersenyum.

 

IBU RENI

Suster, apa saya boleh tidur lagi?


PERAWAT LINDA

Boleh, Bu. Ini sudah selesai diperiksanya.

 

Perawat Linda melepas alat tensi dari lengan Ibu Reni dan oxymeter.

 

IBU RENI

Ibu tidur dulu, ya…

 

Santi dan Hani tersenyum.

 

HANI

Selamat tidur ibu.

 

PERAWAT LINDA

Kak, nanti tunggu di luar dulu ya. Nanti dipanggil setelah ada persetujuan dari pihak asuransi sama sekalian untuk isi formulir pindah kamar.

 

SANTI

Oke, Sus. Terima kasih.

 

PERAWAT LINDA

Sama-sama, Kak.

 

Santi dan Hani pun keluar ruang isolasi dan menunggu di ruang tunggu tidak jauh dari ruang isolasi.

 

Karena sudah menunggu agak lama dan belum ada kabar dari dalam ruangan, Santi dan Hani memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu. Selesainya makan siang, mereka kembali menunggu di dekat ruang isolasi. Tidak lama mereka berdua mendapat kabar kalau MRI disetujui pihak asuransi dan akan dilakukan MRI satu jam lagi. Sambil menunggu, Santi dan Hani mengisi formulir ijin MRI dan mengurus proses pindah kamar untuk Ibu Reni setelah MRI.

 

CUT TO


Sc 12 INT. RUMAH – MALAM

HANI, FANNY, SISCA, ROBI, SANTI

 

Teman-teman Hani berkunjung ke rumah Hani. Mereka mengobrol tentang banyak hal, terutama tentang kondisi Ibu Reni yang masih berada di rumah sakit. Mereka mengobrol di ruang TV.

 

SISCA

Malam ini siapa yang menemani Ibu, Han?

 

HANI

Kakakku. Aku giliran jaga siang.

 

ROBI

Eh, ngomong-ngomong dimakan dong makanan yang kita bawa, Han.

 

HANI

Iya, Bi. Nanti aku makan. Thanks ya sudah repot-repot bawa makanan segala sama buah untuk ibuku.

 

ROBI

Ih ya ampun, apanya yang repot? Cuma makanan, Han.

 

FANI

Iya, Han. Kamu belum makan, kan? Makan dulu, ya, supaya kamu nggak sakit.

 

HANI

Iya, Fan. Nanti aku makan. Aku belum lapar.

 

Sisca mengambil satu potong martabak manis dari dus.

 

SISCA

Han, aku minta ya martabaknya. Aku lapar.

 

Hani mengangguk sambil tersenyum.

 

ROBI

Tuh kan, Han… keburu dihabiskan Sisca tuh kalau kamu nggak makan.

 

Fani dan Hani tertawa mendengar ledekkan Robi.

 

SISCA

Apaan sih, Bi? Perasaan baru makan satu potong. Itu juga baru yang martabak manis.

 

Robi berbisik.

 

ROBI

Berarti dia ada rencana tambah tuh, Han.

 

Hani tersenyum.

 

SISCA

Eh, aku dengar ya, Bi.

 

Fani, Robi dan Hani tertawa.

 

HANI

Guys, terima kasih ya kalian sudah ada untukku dan membuatku tertawa.

 

ROBI

Sori nih, Han. Tapi aku sama Fani bukan pelawak loh.

 

Sisca mengangkat tangannya.

 

SISCA

Yang pelawak itu aku Han.

 

Sisca berbicara dengan mulut belepotan coklat. Hani dan Robi tertawa.

 

FANI

Duh, anak gadis kok makannya belepotan begitu sih, Sis.

 

Fani mengambil tisu.

 

FANI

Nih, di lap mulutnya.

 

Fani memberikan tisu ke Sisca. Sisca mengelap mulutnya.

 

ROBI

Makannya yang anggun dong, Sis. Malu ah dilihatnya.

 

SISCA

Kenapa harus malu? Yang melihat kalian ini.

 

ROBI

Dasar berantakan!

 

SISCA

Oh iya, Han. Terus kapan ibumu boleh pulang? Sudah empat hari ya di rumah sakit?

 

HANI

Iya Sis. Masih belum tahu kapan boleh pulang. Masih menunggu hasil MRI keluar. Katanya paling cepat empat hari sudah keluar.

 

SISCA

Semoga hasilnya bagus ya, Han. Jadi ibu bisa kembali pulang.

 

HANI

Iya, Sis. Aku dan kakak juga berharap seperti itu.

 

FANI

Tapi kondisi ibumu sendiri, sekarang bagaimana, Han?

 

HANI

Kalau secara respon masih seperti biasa. Masih tanya ada makanan apa saja. Masih suka tanya-tanya soal kuliah aku sama kegiatan kakak kalau kami lagi ada berdua di rumah sakit. Sama suka tanya kapan boleh pulang ke rumah, soalnya sudah bosan di rumah sakit.

 

FANI

Oh ya? Berarti nggak ada perubahan yang signifikan ya, Han?

 

HANI

Kalau untuk perubahan yang paling mencolok, ibu jadi sering tidur. Jadi mudah ngantuk.

 

SISCA

Oh begitu, Han.

 

ROBI

Tapi ibu suka mengeluh kesakitan nggak, sih?

 

HANI

Aku kan suka tanya ke ibu. “Apa yang ibu rasakan sekarang? Ada yang sakit nggak?” Ibu selalu jawab nggak merasakan apa-apa. Nggak sakit, cuma ngantuk. Begitu sih, Bi. Makanya aku bingung saja, sebenarnya ibu kenapa.

 

Mimik muka Hani seketika berubah sedih. Fani memegang dan mengusap punggung Hani.

 

FANI

Yang sabar ya, Han. Semoga hasil MRI ibu cepat keluar dan diketahui hasilnya.

 

HANI

Iya, Fan.

 

Santi datang ke ruang TV tempat Hani dan teman-temannya berkumpul.

 

SANTI

Hai… lagi asyik ngobrol, ya?

 

ROBI

Iya nih, Kak. Sama lagi rayu Hani biar makan. dibawain makanan belum dimakan-makan sama dia.

 

SANTI

Han… dimakan dong makanannya. Kamu itu harus makan. Kamu nggak akan bisa jaga ibu kalau kamu sakit.

 

HANI

Iya kak, nanti aku makan. Aku janji.

 

SANTI

Betul ya, Han. Dipaksa makan walaupun nggak selera. Supaya badan kamu nggak lemas.

 

HANI

Iya, Kak. Masa sih Hani bohong.

 

SANTI

Oke kalau begitu.

 

HANI

Kakak sudah mau ke rumah sakit, ya?

 

SANTI

Iya kakak berangkat dulu ya, Han. Nanti jangan lupa sebelum tidur pintu dikunci.

 

HANI

Iya Kak. Kakak ke rumah sakit naik apa?

 

SANTI

Sepertinya aku bawa mobil saja. Soalnya besok harus ketemu klien sebentar, jadi bisa sekalian jalan.

 

HANI

Oke, Kak. Hati-hati, ya.

 

SANTI

Thanks, Han. Aku berangkat dulu, ya.

 

FANI, SISCA, ROBI

Iya, Kak. Hati-hati di jalan.

 

Santi meninggalkan ruang TV, tapi tidak lama ia kembali lagi.

 

SANTI

Oh iya, kelupaan… nanti kalau nggak terlalu malam, Soni mau ke sini ya, Han.

 

HANI

Mau apa dia ke sini, Kak?

 

SANTI

Ya mau ketemu kamu, lah. Sudah ya, aku berangkat dulu. Han, jangan galak-galak ya sama Soni.

 

HANI

Nggak janji kalau itu.

 

SANTI

Han, nggak boleh begitu ah.

 

ROBI

Tenang Kak, nanti aku pastikan Hani bersikap manis dan nggak galak-galak sama Kak Soni.

 

HANI

Ya sudah kamu saja yang ketemu Soni nanti.

 

ROBI

(senyum)

Kalau aku sih dengan senang hati ya, Han.

 

SISCA

Salah orang kamu, Han. Tawarin ke Robi.

 

Hani hanya tersenyum.

 

SANTI

Yasud, aku berangkat. Sampai ketemu besok ya, Han. Kalian nanti kalau pulang hati-hati.

 

ROBI, FANI, SISCA

Siap kak!

 

Santi pergi menuju rumah sakit. Sementara Hani dan teman-temannya masih mengobrol di rumah.

 

HANI

Eh, kalian nggak apa-apa pulang malam?

 

SISCA

Tenang, Han… kan nanti kita diantar Robi sampai rumah masing-masing. Ya kan, Bi?

 

ROBI

Betul.

 

FANI

Kalau dipikir, Robi tuh baik banget, ya?

 

ROBI

Baru sadar anda?

 

Saat mengobrol, terdengar bunyi bel dari pintu depan.

 

FANI

Nah itu Soni kali, Han.

 

Hani hanya duduk di tempatnya dan tidak melihat siapa yang datang. Bel berbunyi lagi beberapa kali.

 

ROBI

Di bukakan pintu dong, Han.

 

HANI

Aku malas.

 

ROBI

Mau aku saja yang buka?

 

HANI

Jangan! Tunggu, biar saja.

 

FANI

Han, kasihan dong.

 

Telepon genggam Hani berdering. Santi menelepon.

 

HANI

Ada apa, Kak?

 

Hani berbicara dengan Kak Santi di telepon.

 

HANI

Iya, Kak. Aku bukakan pintunya. Tadi nggak dengar bel karena lagi ngobrol.

 

Hani menutup teleponnya. Ia terlihat agak kesal.

 

HANI

(ketus)

Heran, apa iya harus sampai telepon Kak Santi segala untuk dibukakan pintu.

 

FANI

Sabar, Han.

 

SISCA

Iya, Han… kasihan Kak Soni. Dia kan mau ketemu pacarnya, masa nggak boleh.

 

HANI

(ketus)

Ih, siapa bilang dia pacarku.

 

ROBI

Ya sudah sana cepat bukakan pintunya sebelum dia menelepon kakakmu lagi.

 

HANI

Iya… iya… tapi kalian jangan pergi dulu, ya? Kalian di sini dulu.

 

ROBI

Iya Han, kita nggak kemana-mana.

 

SISCA

Tuh kan, Han dengar sendiri kata pak sopir Robi.

 

Hani tersenyum.

 

FANI

Bukakan pintu sana.

 

Hani pergi menuju teras depan rumah.

 

CONT’D


Sc 13 EXT. HALAMAN DEPAN RUMAH - MALAM

HANI, SONI

 

Terlihat sosok pria tinggi tegap berdiri di luar pagar. Pria itu terlihat membawa kantong bungkusan di tangannya.

 

Hani mendekat ke pagar. Berdiri di balik pagar.

 

HANI

(cuek)

Halo, Kak. Kak Santinya lagi pergi ke rumah sakit, ada perlu apa?

 

SONI

Selamat malam, Hani. Iya tadi Santi sudah bilang di telepon. Aku ke sini mau ketemu kamu, Han.

 

HANI

Oh begitu. Ada apa ya, Kak?

 

SONI

Apa aku boleh masuk, Han?

 

HANI

Oh mau masuk, ya? Tapi sebentar saja, ya? Aku sudah mau tidur, ngantuk.

 

SONI

Oh oke. Kalau begitu di teras juga nggak apa-apa kok, Han.

 

Hani membuka kunci gembok pagar kemudian mereka berdua duduk di kursi teras.

 

SONI

Eh iya hampir lupa, ini untuk kamu Han.

 

Soni memberikan kantong bungkusan yang dibawanya.

 

HANI

Apa ini? Sogokkan, ya?

 

SONI

Kok begitu sih ngomongnya, Han?

 

HANI

Bercanda.

 

Ekspresi wajah datar Hani menanggapi Soni.

 

SONI

(senyum)

Semoga kamu suka, ya.

 

HANI

Terima kasih.

 

SONI

Oh iya, Han… maaf ya aku baru bisa ketemu kamu sekarang. Soalnya aku baru diijinkan ke Jakarta minggu ini.

 

Hani hanya terdiam.

 

SONI

Kamu marah ya sama aku?

 

HANI

(bingung)

Aku? Marah? Kenapa?

 

SONI

Marah karena aku baru bisa datang sekarang dan nggak datang jenguk kamu waktu kamu sakit.

 

HANI

Ee… kenapa harus marah? Memangnya kita pacaran?

 

Soni terlihat canggung mendengar jawaban Hani. Keduanya terdiam sejenak.

 

SONI

Kalau begitu, boleh nggak, aku jadi orang yang kamu cari kalau kamu butuh sesuatu?

 

Mata Hani dan Soni saling berpandangan.

 

HANI

Maksudnya, kayak kalau aku butuh diantar ke suatu tempat begitu?

 

SONI

Yaa… mungkin itu salah satunya.

 

Soni tersenyum.

 

HANI

Kalau itu sih, aku sudah ada Robi, teman kampusku. Dia suka antar aku pulang. Kebetulan rumahnya nggak jauh dari sini.

 

SONI

Ooh…

 

Keduanya terdiam lagi.

 

SONI

Kalau lebih dari orang yang sekedar antar kamu pulang, boleh?

 

HANI

Untuk jemput aku? Itu sih Robi juga biasa jemput aku.

 

Soni buru-buru menjelaskan.

 

SONI

Maksud aku, boleh nggak aku jadi pacar kamu, Han?

 

Hani terlihat terkejut. Ia memandang Soni. Hani hanya terdiam.

 

SONI

Kok kamu diam saja, Han?

 

Hani menunduk.

 

HANI

Maaf Kak Soni, sekarang ini ada beberapa hal yang jadi prioritas dan perhatian utamaku. Aku nggak ada waktu untuk memikirkan hal lain.

 

Soni terdiam. Wajahnya menunduk.

 

HANI

Ehm… Kak Soni, maaf aku nggak bisa lama-lama. Besok aku harus ke rumah sakit pagi.

 

SONI

Oh… iya ngggak apa-apa, Han. Kalau begitu aku pamit pulang dulu, ya. Sementara salam untuk ibu dulu.

 

HANI

Iya, Kak. Nanti aku sampaikan salamnya ke Ibu.

 

Hani mengantar Soni berjalan keluar pagar.

 

SONI

Selamat malam, Han.

 

HANI

Iya, Kak. Terima kasih untuk bingkisannya.

 

Soni tersenyum. Hani menggembok pagar.

 

SONI

Oh iya, Han… sekarang aku sudah ditempatkan di Jakarta. Jadi kalau kamu butuh kehadiranku untuk membantumu atau kalau temanmu Robi lagi nggak bisa antar jemput kamu, aku dengan senang hati bersedia jadi teman mengobrolmu di perjalanan.

 

Hani terdiam memandang Soni.

 

SONI

Aku pulang dulu, ya.

 

Soni tersenyum pada Hani. Hani membalas senyum Soni.

 

CUT TO


Sc 14 INT. KAMAR RAWAT INAP RUMAH SAKIT - PAGI

HANI, SANTI, DOKTER MELLY, IBU RENI

 

Hani tiba di rumah sakit lebih pagi dari biasanya karena Santi menelepon kalau Dokter Melly mau memberitahu hasil MRI Ibu Reni. Hani masuk ke kamar tempat Ibu Reni dirawat.

 

HANI

(ceria)

Yuhuu… selamat pagi…

 

Hani menyapa Santi dan Ibu Reni.

 

SANTI

Eh sudah sampai kamu?

 

HANI

(senyum)

Sudah dong. Kan mau ketemu ibu tersayang.

 

Hani mencium dan memeluk Ibu Reni.

 

IBU RENI

Kamu nggak kuliah?

 

HANI

Nggak. Kan aku mau menemani ibu sayang. Boleh nggak?

 

Ibu Reni mengangguk sambil tersenyum.

 

HANI

Bagaimana kabar ibu? Sudah sarapan belum?

 

IBU RENI

Sudah.

 

Suara Ibu Reni terdengar sangat pelan.

 

HANI

Sarapan apa pagi ini? Pasti habis dong?

 

SANTI

Lauknya sih, habis. Nasinya cuma dicolek sedikit.

 

HANI

Yaah… kok Cuma sedikit makan nasinya, Bu? Ibu harus makan nasi juga supaya nggak lemas.

 

IBU RENI

Tadi dimakan kok nasinya.

 

HANI

Iya, tapi Cuma sedikit, kan? Besok nasinya dimakan agak banyak, ya?

 

Ibu Reni mengangguk. Hani tersenyum.

 

IBU RENI

Hani bawa apa?

 

HANI

Hani nggak bawa apa-apa, Bu. Memangnya Ibu mau apa?

 

IBU RENI

Ibu mau jus.

 

HANI

Oh mau jus. Nanti tanya sama dokter dulu ya, boleh atau nggak.

 

Ibu Reni mengangguk.

 

HANI

Dokternya belum datang ya, Kak?

 

SANTI

Belum. Tadi baru perawat saja yang ke sini. Biasa cek tensi, suhu sama cek urine.

 

Tidak lama, Dokter Melly dan seorang perawat datang. Dokter Melly menyapa ramah.

 

DOKTER MELLY

Selamat pagi.

 

HANI

Selamat pagi, Dok.

 

DOKTER MELLY

Selamat pagi, Ibu Reni. Bagaimana kabarnya hari ini?

 

IBU RENI

Baik, dok. Ini dokter namanya siapa, ya?

 

Ibu memandangi dokter Melly dan terlihat berusaha mengingat-ingat. Dokter Melly tersenyum ke Ibu Reni.

 

DOKTER MELLY

Coba, siapa nama saya, Bu? Kita sudah sering ketemu, loh.

 

Dokter Melly menggoda Ibu Reni.

 

IBU RENI

Dokter Melly, ya?

 

DOKTER MELLY

Wah hebat. Ibu ingat, ya?

 

IBU RENI

Saya mau diapakan, dok?

 

DOKTER MELLY

Ibu mau diperiksa dulu, ya.

 

Dokter Melly memasang stetoskop di telinganya. Kemudian mulai memeriksa detak jantung.

 

DOKTER MELLY

Normal.

 

Dokter Melly berbicara dengan perawat.

 

DOKTER MELLY

Untuk tensi dan urine bagaimana, Sus?

 

PERAWAT

Untuk tensi sudah agak turun setelah diberi obat. Untuk urine juga normal, dok.

 

DOKTER MELLY

Ibu ada keluhan tidak?

 

IBU RENI

Tidak ada, dok.

 

DOKTER MELLY

Sekarang yang dirasakan apa? Apa ada yang sakit?

 

IBU RENI

Nggak ada, dok.

 

HANI

Oh iya, dok… tadi ibu minta dibawakn jus. Apa ibu boleh minum jus dari luar?

 

DOKTER MELLY

Boleh. Tapi jusnya yang alami, jangan terlalu banyak kandungan gulanya.

 

HANI

Baik, dok.

 

DOKTER MELLY

Ibu suka minum jus, ya?

 

Dokter Melly tersenyum pada Ibu Reni.

 

DOKTER MELLY

Bisa kita bicara sebentar di luar?

 

Dokter Melly meminta Hani dan Santi keluar ruangan.

 

HANI

Kami keluar sebentar ya, Bu.

 

IBU RENI

Jangan lama-lama, ya.

 

HANI

Iya Bu. Nggak lama, kok

 

Dokter Melly dan perawat tertawa.

 

DOKTER MELLY

Si ibu nggak mau ditinggal sendirian, ya?

 

Dokter Melly, perawat, Santi dan Hani keluar ruangan inap. Mereka menuju pos perawat. Sesampainya di pos perawat, Dokter Melly duduk di kursi di depan sebuah computer.

 

DOKTER MELLY

Silahkan duduk.

 

Dokter Melly mendekatkan kursi di sebelahnya.

 

DOKTER MELLY

Sus, saya pinjam kursi satu lagi, ada?

 

Dokter Melly bertanya ke salah satu perawat.

 

PERAWAT

Maaf, dok. Kursinya lagi dipakai.

 

HANI

Nggak apa-apa, dok. Saya berdiri saja.

 

DOKTER MELLY

Oke.

 

Santi duduk di sebelah Dokter Melly. Hani berdiri di belakang Santi.

 

DOKTER MELLY

Jadi hasil MRI ibu sudah keluar. Saya mau menjelaskan beberapa hal.

 

Wajah Santi dan Hani terlihat tegang. Dokter Melly memperlihatkan sebuah gambar berbentuk lingkaran di layar computer. Dokter Melly mulai menjelaskan.

 

DOKTER MELLY

Ini adalah foto kepala ibu. Setelah di MRI,terlihat cairan mengumpul. Kalau dilihat difoto, ini cairannya.

 

Dokter Melly menunjukkan gambar cairan di foto. Terlihat cairan memenuhi kepala ibu.

 

DOKTER MELLY

Seharusnya dalam keadaan normal, cairan mengalir lancar tidak mengumpul di kepala ibu. Cairan yang mengumpul ini disebabkan karena saluran tersumbat di otak kecil ibu.

 

Dokter Melly mengubah gambar foto kepala ibu dari sisi yang lain. Di foto terlihat gumpalan yang cukup besar.

 

DOKTER MELLY

Kalau dilihat di sini, terdapat gumpalan yang cukup besar di otak kecil ibu. Ini adalah kanker.

 

Santi dan Hani termangu. Mereka terlihat sangat shock.

 

DOKTER MELLY

Kalau dilihat dari ukurannya, kanker sangat cepat berkembangnya. Sebelumnya ibu ada riwayat kanker payudara, apakah pasca pengangkatan ibu menjalani kemo atau radiasi?

 

HANI

Nggak, dok. Karena dari hasil check up, hasil ibu bagus dan dinyatakan tidak diketemukan sel kanker lagi.

 

Suara Hani terdengar lemah.

 

SANTI

Lalu langkah apa yang harus dilakukan untuk ibu, dok?

 

DOKTER MELLY

Ada dua pilihan. Tapi ini semua dikembalikan kepada keluarga. Karena dari pengalaman saya, setiap keluarga memiliki pemikiran dan keputusan masing-masing.

 

SANTI

Baik, dok.

 

DOKTER MELLY

Pilihan yang pertama, keluarga akan tetap berjuang maksimal untuk mengurangi rasa sakit ibu. Tetapi mengingat kanker berada di otak ibu dan usia ibu yang sangat besar resikonya untuk dilakukan tindakan pengangkatan sel kanker, maka pilihan yang dapat dilakukan adalah membuat saluran untuk jalannya cairan yang tersumbat oleh kanker ibu. Caranya dengan memasang selang, untuk dapat mengalirkan kembali cairan dari otak ke seluruh tubuh. Nantinya selang akan dimasukan melalui kepala. Untuk sel kankernya sendiri, akan dibantu dengan obat atau kemo kalau kondisi ibu memungkinkan.

 

Santi dan Hani mendengarkan dengan serius penjelasan Dokter Melly.

 

DOKTER MELLY

Dan ada pilihan kedua. Berdasarkan kasus yang kami tangani, ada beberapa keluarga yang memilih untuk memberi ketenangan untuk si pasien, sehingga pasien tidak merasa sakit lagi.

 

Hani dan Santi mengerti apa yang dimaksud oleh Dokter Melly dengan pilihan nomor dua tersebut walaupun Dokter Melly tidak menyatakannya secara implisit.

 

HANI

Dok, kalau dari hasil ini, kanker ibu berada di stadium berapa?

 

DOKTER MELLY

Kalau dari ukuran sel kanker yang cukup besar, kanker ibu masuk kategori stadium empat.

 

Hani merasa lesu mendengar jawaban Dokter Melly.

 

SANTI

Dok, kalau seandainya pilihannya untuk tindakan pemasangan selang, kapan tindakan akan dilakukan?

 

DOKTER MELLY

Tidakan dilakukan setelah mendapat persetujuan dari keluarga. Apabila pihak keluarga setuju, makan akan dilakukan pemeriksaan sebelum tindakan dilakukan. Misalnya pemeriksaan jantung, tekanan darah ibu. Apabila hasil dari pemeriksaan kondisi ibu relatif stabil, makan tindakan akan dilakukan secepatnya.

 

SANTI

Oh baik, dok.

 

DOKTER MELLY

Saran saya, sebaiknya dibicarakan dulu dengan saudara-saudara dan anggota keluarga lain, seperti saudara ibu misalnya sebelum akhirnya diputuskan.

 

SANTI

Baik, dok. Terima kasih atas penjelasannya. Nanti setelah kami berbicara dengan keluarga besar, kami akan segera memberitahu dokter.

 

DOKTER MELLY

Baik. Kalau ada pertanyaan atau apapun yang dapat kami bantu, bisa tolong disampaikan langsung ke saya atau perawat, ya.

 

SANTI

Baik, dok. Terima kasih.

 

Setelah selesai mendengar penjelasan Dokter Melly, Santi dan Hani berjalan di lorong rumah sakit menuju kamar ibu. Santi dan Hani terlihat sangat sedih. Santi dan Hani masuk ke dalam kamar Ibu. Ibu Reni melihat Santi datang.

 

IBU RENI

Hani mana?

 

Santi menoleh ke belakang. Ia tidak melihat Hani.

 

INTERCUT TO

 

KAMAR MANDI KAMAR INAP – SIANG

 

Hani terlihat bersandar di belakang pintu kamar mandi. Hani menangis.

 

CUT TO


Sc 15 INT. RUANG MAKAN RUMAH - MALAM

HANI, SANTI

 

Hari ini Santi dan Hani sengaja tidak menjaga Ibu Reni. Mereka diminta oleh tante, adik dari Ibu Reni untuk beristirahat di rumah. Hari ini, tante dan sepupu yang bergantian menjaga Ibu Reni.

 

Santi dan Hani sedang makan malam berdua.

 

SANTI

Dik, besok aku saja yang jaga ibu seharian di rumah sakit. Kamu istirahat saja di rumah.

 

Hani hanya terdiam sambil memandangi makanan di piringnya.

 

SANTI

Han…

 

Dengan suara lembut, Santi menyapa Hani. Santi mengusap tangan Hani. Hani tersadar.

 

HANI

Kak…

 

Hani tersenyum pada Santi.

 

SANTI

Han, kamu cerita ya ke kakak kalau ada yang mengganjal di hatimu. Saat ini kita hanya punya satu sama lain.

 

HANI

Iya, kak.

 

SANTI

Besok aku saja yang jaga ibu ya, Han.

 

HANI

Kakak nggak kerja?

 

SANTI

Kakak sengaja izin nggak kerja dulu.

 

HANI

Oh begitu, Kak. Tapi besok aku mau tengok ibu juga.

 

SANTI

Oh ya sudah. Kalau begitu besok kita berangkat bareng saja.

 

HANI

Iya, Kak.

 

CUT TO



Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar