Sihir Marongge
2. Lila; Si Anak Warung

INT. WARUNG MAKAN MA ASAH - DESA MARONGGE - PAGI

Elden dan Ajeng menghirup aroma kopi tubruk yang mengepulkan aroma khas dari cangkir masing-masing. Mata mereka tak lepas pada layar komputer di hadapan mereka, di atas meja warung. Ajeng senyam-senyum sendiri, sebelah tangannya mengetik kata kunci “Jaya-Wijaya” pada mesin pencari Google. Ia mengetuk touchpad pada link itu. Layar komputernya membuka artikel Wikipedia. Terdengar TAWA halus Ajeng. Elden menengok ke layar laptop Ajeng. Ajeng menunjukkan artikel yang dibacanya.

Di b.g, tampak seorang laki-laki berperawakan tinggi dalam seragam baju dinas, ia bernama RENGGANA a.k.a RENGGA (27). Langganan setia warung itu baru selesai menyantap roti telur.

AJENG:

Jaya dan Wijaya itu dua penjaga gerbang Wisnuloka dari kediaman dewa Wisnu. Jaya adalah Kerajaan Panjalu Kediri, sedangkan Wijaya adalah Kerajaan Panjalu Ciamis.

ELDEN:

Oke... Kedua Kerajaan Panjalu ini adalah bagian dari Dinasti Sanjaya, yang didirikan oleh Raja Sanjaya alias Harisdarma, cicit dari Wretikandayun, Raja Galuh Sunda.

AJENG:

Oleh kutukan Empat Kumara, yaitu Sanaka, Sanandana, Sanatana, and Sanatkumara, Jaya dan Wijaya harus menjalani banyak kelahiran sebagai manusia yang kemudian dibunuh oleh berbagai awatara Wisnu.

ELDEN:

Ahhh, I see where you’re going... Nama-nama itu mirip nama keluarga Rakai Mataram Sang Raja Sanjaya, yaitu Prabu Sanna yang menikahi Dewi Sanaha. Barangkali, Kumara terakhir adalah nama warisan dari Wretikandayun, yaitu Amara, kepada Tesnajati, Raja Pendiri Kerajaan Panjalu Ciamis yang menjadi tempat pelarian Raja Kartajaya, Raja Terakhir Kerajaan Panjalu Kediri.

AJENG:

Itu menjelaskan kenapa leluhur keramat Marongge ini juga terdiri dari empat orang Prajurit Estri Mataram.

Kepala Rengga yang sedang menyulut rokok itu perlahan menoleh ke arah mereka dengan ekspresi serius. Ia mengisap rokoknya dalam-dalam.

Ma Asah (44) menaruh dua pesanan mie rebus di meja.

MA ASAH:

Dituang heula, Cep, Neng... Mangga.

ELDEN & AJENG:

Hatur nuhun, Ma...

Sambil mengocek mie rebus, kedua mahasiswa melanjutkan bacaan masing-masing sambil sesekali mengetik catatan penting.

SHOT: Sebuah motor yang mengangkut dus-dus belanjaan di jok belakang berhenti di pinggir warung. Seorang perempuan muda turun dari motor itu, menurunkan dua dus mie instant dan dua dus belanjaan lainnya. Ma Asah menengok ke luar warung.

MA ASAH:
Lila... Geuning enggal balanja teh?
(lembut)

KALILA ANGGRAINI a.k.a LILA (20) masuk warung, menaruh belanjaan itu ke di atas meja.

LILA: (V.O.)

(halus)
Nya, enggal atuh, Ma... Pami teu enggal mah moal aya anu kagaleuh atuh...

MA ASAH:

Mana struk balanjaanna?

LILA:

Ke ieu, sakedap...

Lila merogoh saku belakang celana capri-nya sambil masuk ke dalam warung, menaruh dus di atas meja. Di b.g, tampak Renggana sedang merapikan baju seragam dinasnya dengan rokok terselip di bibir.

MA ASAH:
Kade ical jiga kamari... Engke Ema hese deui pembukuanna.

RENGGANA:

Ameh teu ical, engke mah dipoto geura, La, strukna. Sanes nyepeng smartphone?

MA ASAH:

Osok eta ge biasana mah, pan gaduh aplikasi pembukuanna ge... Ngan ponselna pan reksak kahujanan.

LILA:

Raraosan mah dilebetkeun kana saku lancingan...

(halus)

Elden menoleh ke arah suara yang halus itu. Ia tak jadi menelan mie rebusnya.

Lila merogoh-rogoh sakunya, kerah kemeja floral berwarna ungu mudanya sedikit tertarik ke bawah, memperlihatkan kulit dadanya yang putih.

Elden menelan mie rebusnya.

LILA: (CONT’D)

O, ieu aya dina kameja, geuningan.

Lila menyerahkan struk belanjaan itu pada Ma Asah. Ibunya itu memasukkan struk tersebut ke dalam dompet.

RENGGANA:

Pangelapkeun meja abdi ieu, La... Mani asa carepel ku cai kopi.

Lila masuk dapur untuk mengambil lap dari dalam dapur. Ajeng menusuk iga Elden.

AJENG:

Jangan lupa ngedip, El! Kelilipan elo, entar.
(setengah berbisik)

ELDEN:

Apaan, sih?
(merunduk setengah berbisik tanpa menoleh)

AJENG:

Cewek Marongge emang cantik-cantik, kayak karuhun mereka. Pesona yang dirawat dengan Aji Kukuk Mudik.

(setengah berbisik)

Elden melirik Ajeng. Di b.g, Lila tampak sedang melap meja Renggana yang diam-diam mengamati wajah cantiknya.

ELDEN:

Bisa nggak kita skip soal kelebihan eksterior para aktor sejarah itu?

(tegas)

Tujuan kita kemari adalah mencari jejak-jejak prajurit Mataram yang dikirim untuk menundukkan Kerajaan Panjalu sebagai keberlanjutan misi Gajah Mada dalam mengajak Kerajaan Sunda untuk menyatukan Nusantara! Dan kita udah sampe ke wasana kata. Tinggal perlu bukti ilmiahnya aja!

Suara itu cukup terdengar oleh Lila, yang datang melap meja Elden dan Ajeng. Lila tak menyembunyikan ketertarikannya dengan wacana yang didengarnya. Dagunya mendongak, memasang telinganya sambil berpura-pura merapikan barang belanjaan ke dalam lemari kaca pajang.

AJENG:

Tapi, segala selalu terjadi untuk sebuah alasan, yang bisa dijadikan untuk merujuk dan memperkuat data- data lainnya. Kayak Cindewulung, karembong hitam yang dikebutkan Mbah Gabug sebanyak tiga kali untuk mengejar buah kukuk di aliran deras Sungai Cilutung, dalam memenangkan tantangan terhadap Raja Gubangkala itu, kan selendang sakti, pusaka dari...

Sementara itu, Elden menahankan tangannya. Sebelum Ajeng selesai, Elden sudah memotong.

ELDEN:

Elo mencoba mengaburkan fokus riset kita dengan topik partisipasi Prajurit Estri dalam seni gamelan?

AJENG:

Bukan! Justru, gue mau menunjukkan bahwa iya, keempat karuhun keramat Marongge ini adalah Empat Prajurit Estri Mangkunegaran. Dilihat dari kesaktian selendang ini yang mirip dengan Pusaka Canang Ki Bicak dan Keris Kiai Culik Mandaraka, yaitu bisa mematahkan tiga batang pohon besar kelapa yang menjadi pagar benteng dan mengundang banjir bandang yang bikin pasukan Pajang dan Pati kocar-kacir. 

ELDEN:

(menghela nafas)

Kedua kisah ini memang memiliki kesamaan secara simbolis... Yaitu angka 3 untuk jumlah kebutan selendang dan jumlah batang pohon kelapa yang dipatahkan. Keduanya sama berhubungan dengan air, yaitu aliran sungai dan banjing badang.

AJENG:

Nah, dari sana, kita harus bisa membuktikan kejaiban Aji Kukuk Mudik yang terkenal ini! Dan apa makna simbolis di balik obat buat penyakit Mbah Gabug, yaitu kilaja susu munding itu?

ELDEN:

Oh, there you go again! Elo ngajak gue muter-muter di urusan gaib?

AJENG:

Nggak! Gue cuman lagi mengklaim intelektualitas gua sebagai orang yang mengedepankan rasionalitas dalam melihat segala aspek. 

ELDEN:

So far, you’re doing it okay... But, please... Don’t bring me into the occult topic.
(setengah berbisik meneleng ke arah orang-orang di warung)

AJENG:

Kenapa nggak? Semuanya kriptik! Elo akan melihat pesan yang tersirat di baliknya, tanpa elo harus terjun ke alam itu! 

ELDEN:

What are you trying to imply?
(nggak ngerti)

AJENG:

Bahwa kearifan lokal di Marongge ini sebenarnya merupakan bentuk penebusan kesalahan sejarah yang terjadi di masa lalu terhadap Kerajaan Sunda. Ada misi besar yang dibawakan Empat Prajurit Estri ini sebagai bagian dari Skenario Semesta yang nggak bisa dipenggal. Dan alasan kenapa nama Marongge ini dipercaya berasal dari kata rengge, yaitu ranting-ranting. 

ELDEN:

Yang terakhir itu gue setuju. Prabu Siliwangi memang menyebut kata kalakay untuk menunjuk ranting-ranting sebagai cabang-cabang ilmu sejarah yang akan digembalakan oleh Cah Angon. Tapi, gue nggak tahu soal ada atau nggaknya pemenggalan dalam sejarah.

AJENG:

Gue nggak akan bilang, kalo gue nggak tahu... Tapi, gue udah liat, elo nggak punya kesabaran ama gue. 

Elden meneleng, aneh. 

ELDEN:

Lo emang kriptik! Demen banget ama permainan teka-teki, ya!? Elo mau ngomongin apa lagi ama gue? Buah kukuk ama kilaja susu munding itu, ya? Kenapa, itu susu perahan dari sapi sucinya orang Hindu? Jangan bilang kalo munding itu gender-neutral yang punya burung kukuk! 

(mencibir)

Ajeng menghela nafasnya bete

AJENG:

Bukan! Justru buah kukuk itu kode buat Mahishasura, munding kajajaden yang dibunuh oleh Durga, pendamping Munding Wangi! Elo belom-belom udah menggal, entar bisa-bisa kepala elo yang bertanduk itu yang kepenggal! 

Terdengar TAWA TERTAHAN dari Lila. 

Ajeng meraih cangkir kopinya yang masih penuh. Menyeruputnya perlahan. 

Elden merengut, makin bingung. Melirik Lila yang tersenyum malu-malu. Untuk beberapa saat, ia terkesiap seperti melihat sulap. Ajeng menusuk iganya lagi.

Elden menepiskan tangannya pada Ajeng yang hendak menaruh kembali cangkir kopi di meja. Tepisannya itu mengena ke cangkir kopi. Cangkir lepas dari tangan Ajeng, jatuh ke atas laptop Elden. Air kopinya tumpah, merembes ke dalam keyboard

Keduanya memekik kaget. Elden membalikkan laptop itu segera.

ELDEN:

Shit, shit, shit!!

Elden membuka kaos, mengelap permukaan laptop itu secepatnya.

Terdengar ERANGAN kesal Elden. “ARRRGH!”


CUT TO BLACK.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
I love it
4 bulan 3 minggu lalu