Short Film Script Volume II
2. 10 Menit Harmoni 2

EXT. HALTE TRANSJAKARTA — MALAM

Arif mendongak keatas, melihat sesuatu di Layar LED.

Gani menempelkan kartu ke mesin dan melangkah masuk. Ia berjalan ke arah Arif.

Hanya ada mereka di halte itu. Begitu juga dengan jalanan, terlihat hanya beberapa mobil dan sepeda motor yang melintas.

Gani berada disamping Arif dan mereka melihat kearah yang sama. Ikut mendongak.

Sebuah tulisan, terlihat jadwal kedatangan Bus, lengkap dengan tujuan dan waktu.

10 Menit. Harmoni.

Kemudian Gani pergi dan duduk di sebuah kursi panjang. Arif mengikutinya.

Gani mengeluarkan sebuah Protein Bar. Ia membukanya dan memakannya.

Arif hanya melihatnya dan tersenyum kecil.

ARIF

Gak sempet makan siang?

Gani hanya mengangguk, ia sedang sibuk makan.

GANI

Aku bangun kesiangan, gak sempet.

ARIF

Ada interview hari ini?

Gani mengangguk, menghabiskan makannya.

Arif tersenyum melihatnya, ia mengambil tisu dari dalam tasnya.

ARIF

(memberikan tisu)
Pelan-pelan, aku gak nyuri makanan kamu.

GANI

Aku interview dua tempat hari ini, psikotes semua.

Arif hanya tersenyum mendengarnya. Simpati.

ARIF

Aku pengen makan mie lendir.

Gani tersenyum mendengarnya.

ARIF

Terus aku pengen makan gonggong.
(membayangkan)
Terus dicelupin pake saus asam manis, uuuuuu.

Arif mengecap bibirnya, seakan itu didepan matanya.

Gani hanya tersenyum melihat Arif.

GANI

Gonggong gak ada di Jakarta, nanti aku minta kirimin. Aku cari tahu caranya bikin kuah mie lendir.

Arif melihat Gani, mereka berdua tersenyum. Gani memakan protein barnya, terakhir.

Setelah itu ia memegang sampah plastiknya dan ketika ia ingin memasukan kedalam tas --

ARIF

(mengulurkan tangan)
Sini.

Ia memberikan sampah itu kepadanya.

Arif berjalan dan membuangnya di tempat sampah.

Arif kembali melihat ke Layar LED.

Gani yang sedang meminum air melihat Arif.

Ekspresi Arif berubah.

ARIF

(memelas)
(melihat Gani)
Masa sekarang dua puluh menit!.

Gani hanya tersenyum melihat Arif

Gani menyuruh Arif kembali dengan gerakan tangan.

Arif berjalan kembali dan duduk di sebelahnya.

GANI

Castingnya belum ada kabar?

ARIF

Belum. Tapi aku yakin aku dapet peran ini.

GANI

Nama filmnya apa?

ARIF

(menggunakan aksen melayu)
Belanggar Cinta Abang Bomba.

Gani tertawa mendengar Arif mengatakannya. Aksen melayunya gagal.

Arif ikut tertawa. Tertawa bersama.

GANI

Ibu tahu?

ARIF

Tahu, tiap hari Ibu berdoa, berharap anaknya jadi sukses.

GANI

(tersenyum)
Amin.

Ada jeda diantara mereka.

GANI

Aku disuruh pulang kalau gak dapet kerja.

Arif hanya melihat Gani.

GANI

Bapak punya kenalan, tinggal aku bilang iya, aku bisa langsung kerja. Orang dalam.

Ada penekanan disana saat Gani bilang "Orang Dalam".

ARIF

Kamu bilang apa?

GANI

Aku gak bilang apa-apa. Aku gak tahu harus bilang apa.

Jeda diantara mereka.

GANI

Aku tahu dirumah pasti dia marah-marah, bilang anak si ini udah kerja, anak si itu udah kerja, gajinya besar.

ARIF

Emang paling gak enak kalo dibanding-bandingin. Bapak kamu niatnya baik, mungkin caranya aja yang salah.

GANI

Iya aku mikir gitu. Aku hanya gak mau nyesel belakangan.

Arif melihat Gani. Mencoba mengerti.

ARIF

Banyak hal yang aku sesali dalam hidup. Mungkin kita hidup dalam penyesalan.

Gani melihat Arif. Ia mendengarkan.

ARIF

Kenapa aku gak bantuin Ibu waktu dia pisah dari Ayah. Waktu dia di pukulin Ayah. Aku cuma bisa salahin Ibu. Padahal aku gak tahu yang sebenarnya. Mungkin itu yang akan jadi penyesalan aku seumur hidup.

Arif melihat Gani, tersenyum.

ARIF

Tapi yang pasti aku gak nyesel dengan apa yang aku lakukan sekarang. Aku hanya ingin ngebahagian ibu. Ngeluh sama nyalahin keadaan juga gak ngebantu sama sekali.

Mendengarnya membuat Gani memandang kearah lain. Seperti kata-kata itu untuknya. Ia berpikir.

ARIF

Aku gak tahu apa aku terlalu naif atau aku percaya dengan diri aku sendiri.

Dalam diam. Mereka tenggelam dengan pikiran masing-masing.

Arif berjalan dan kembali melihat Layar LED. Setelah itu ia melihat Gani. Ia sedang tenggelam dalam pikirannya.

ARIF

(menyanyi)
Bila tebakar panggil bomba. Bomba datang.

Gani melihat Arif. Datar.

Arif menyanyikan lagu yang sama. Dengan aksen melayu yang sebisanya.

Kali ini Gani tersenyum melihatnya. Arif juga tersenyum.

Arif mengeluarkan handphonenya dan ia memencet sesuatu, sesaat kemudian terdengar musik yang menghentak dari handphonenya.

ARIF

Gani... dance bareng aku.

Gani bingung.

Arif berjalan pelan kearah Gani dan meletakan handphone disebelah Gani.

ARIF

(melihat sekitar)
Kenapa? Kan gak ada orang, petugasnya juga sibuk.

Gani melihat sekitar, memang tidak ada orang di halte itu selain mereka.

Arif berjalan mundur, sambil melihat Gani.

Ia menyuruh Gani kedepan dengan gerakan tangannya.

Gani mematikan musik di handphonenya. Suasana menjadi hening.

GANI

(geleng-geleng kepala)
Gak... gak.

Arif berjalan kearah Gani.

ARIF

Kamu hanya butuh pemicu, kamu tahu apa yang kamu lakukan, tapi kamu gak tahu caranya.

Gani melihatnya.

ARIF

Bebaskan pikiran, hidup dengan cara kamu, banyak jalan menuju Roma.

Arif mengambil handphone disebelah Gani.

ARIF

Kamu hanya perlu melihat dengan cara yang berbeda dan jreeng... kamu ketemu jawabannya.

Arif tersenyum kepada Gani.

ARIF

(mengelus kepala Gani)
Aku tahu kamu bisa, karena kamu Gani.

Arif memencet handphoneya dan terdengar musik yang menghentak itu lagi.

Arif meletakkan handphone disamping Gani dan ia berjalan mundur sambil menyanyi lipsync.

Gani hanya diam, Ia melihat Arif yang sedang menari-nari kecil.

Ia menyuruhnya kedepan dengan gerakan tangan.

Gani berdiri, ia melangkah kedepan perlahan.

Arif melihatnya dan tersenyum.

SCENE MENARI DIMULAI.

Scene menari ini menunjukkan kegelisahan dan pikiran dari Gani.

Scene menari ini sesuai dengan musik dan koreografi. Satu hingga dua menit.

Suara musik terdistorsi, kemudian menyatu dengan dunia Gani.

Dunia disekitar Gani menjadi lebih terang dan hanya ada dia sendirian disana. Mengekspresikan dirinya.

Kemudian Arif masuk dan mereka menari bersama.

Diakhir scene menari, kita melihat ekspresi Gani yang bersemangat.

SCENE MENARI SELESAI

Petugas Halte melihat mereka. Ia bertepuk tangan, riuh.

Disaat bersamaan, bis Transjakarta mendekati halte.

Bus sampai dan membuka pintu.

Mereka mengambil barang-barang mereka di kursi.

Gani dan Arif berlari memasuki bus.

Pintu bus Transjakarta kemudian menutup dan berjalan meninggalkan Halte.

Halte menjadi hening, tak ada orang disana. Petugas Halte sudah tidak ada disana.

Terlihat Layar LED, sebuah tulisan muncul, lengkap dengan tujuan halte dan waktu kedatangan.

10 Menit. Harmoni.

FADE OUT

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar