Save The Love
4. Part 4

1.EXT. PINGGIR JALAN – PAGI.

Adrian menghentikan motor di depan tenda yang menjual sarapan pagi. Kirana turun dan membuka helm. Adrian menstandarkan motor, membuka helm dan turun. Mereka melangkah bersama memasuki tempat sarapan. Setelah duduk saling berhadapan, penjual sarapan mendekati mereka.

 ADRIAN

Kamu mau makan apa, Ana?

KIRANA

Saya nasi saja, Bang.

ADRIAN

Nasi dua ya, Bu?

 Penjual itu mengangguk, kemudian berlalu. Kirana menatap Adrian.

KIRANA

Abang kok kelihatannya kurang tidur?

ADRIAN

Setelah mengantar kamu tadi malam. Saya kembali ke bengkel.

Ada pekerjaan yang harus selesai tadi malam.

Pagi ini, pemilik motor mau mengambil motornya.

KIRANA

Abang pasti capek kali, ya?

ADRIAN

Sudah biasa, Ana.

Kalau ada pekerjaan lebih seperti tadi malam

Saya bisa dapat uang lumayan.

KIRANA

Abang nggak usahlah terlalu keras kerjanya.

Nanti Abang sakit.

ADRIAN

Kalau saya sakit, kan, ada kamu yang jagain saya

KIRANA

Iya, Bang. Kalau Abang sakit biar saya yang jaga.

Kirana dan Adrian tersenyum. Penjual membawa pesanan mereka dan mereka mulai makan.

ADRIAN

Kamu bilang, Wak Mail sudah cerita tentang saya.

Kisah hidup saya kamu sudah tau.

Tetapi, saya tidak tahu tentang kamu.

Kirana terbatuk mendengar pertanyaan Adrian. Adrian langsung mengambil satu gelas air putih, lalu menyerahkannya pada Kirana. Kirana mengambil gelas, lalu meneguknya setengah gelas. Setelah itu, ia meletakkan gelas dan berkata.

KIRANA

Saya sudah menikah, Bang.

Pernikahan saya udah dua tahun.

Tapi, saya dan suami dalam proses perceraian.

ADRIAN

Berarti kamu masih seorang isteri.

KIRANA

Status saya masih seorang isteri di atas kertas.

Dalam kehidupan sehari-hari, saya udah jadi janda.

Wajah Kirana terlihat sangat sedih. Melihat wajah sedih Kirana, Adrian tidak sampai hati.

ADRIAN

Kamu jangan sedih, Ana.

KIRANA

Nggak, Bang. Saya udah nggak sedih lagi.

Saya hanya merasa kecewa, dengan mantan suami saya.

Ah, saya nggak sanggup mau menceritakan masalah rumah tangga saya.

ADRIAN

Saya tidak mau mencampuri kehidupan pribadi kamu.

Kalau kamu tidak mau cerita, tidak apa-apa.

Kirana mengangguk. Mereka kembali menikmati sarapan dalam diam.

CUT TO

2.EXT. DEPAN SALON - PAGI.

Motor Adrian berhenti di depan salon. Kirana turun dan menyerahkan helm.

ADRIAN

Nanti malam, kita pergi jalan, ya?

KIRANA

Iya, Bang.

ADRIAN

Sampai jumpa nanti malam, Ana.

Kirana tersenyum dan mengangguk. Wajah Kirana masih tersaput mendung. Adrian menantap Kirana, hingga masuk ke dalam salon. Adrian terlihat menghela napas, kemudian membawa motor menuju jalan raya.

CUT TO

3.INT. BAGIAN DALAM WARUNG – MALAM.

Kirana dan Adrian berada di warung tepi jalan yang menjual nasi goreng. Mereka duduk memperhatikan penjual nasi goreng memasak pesanan mereka. Lelaki muda berwajah lumayan tampan itu terlihat sangat terampil. Mata Kirana menatap tanpa kedip, Adrian menatap Kirana.

ADRIAN(VO)

Syukurlah, wajahnya tidak bersedih lagi.

Adrian tersenyum tipis. Kirana beralih menatap Adrian yang tertangkap sedang senyum.

KIRANA

Abang, kenapa senyum?

Adrian menggeleng.

ADRIAN

Ah, tidak apa-apa.

Kirana menggerutkan dahi, lalu kembali menatap penjual nasi goreng yang masih sibuk memasak. Kirana terlihat kagum dan berkata.

KIRANA

(Pelan)

Waaah, udah ganteng pandai masak lagi.

Adrian mengalihkan tatapan pada pemuda penjual nasi goreng. Setelah selesai, pemuda itu mengantar dua piring pesanan Adrian dan Kirana.

 KIRANA(CON’T)

Terima kasih, ya?

PEMUDA

Iya, Kak.

Pemuda itu berlalu dan Kirana langsung menyendokkan nasi ke mulutnya.

 KIRANA

Mmmm, enak...

Kirana mengunyah, matanya tertutup sesaat menikmati. Adrian menatap Kirana, lalu mulai makan.

 ADRIAN(VO)

Memang enak. Tapi, biasa saja rasanya.

Sama seperti nasi goreng di tempat lain.

 Kirana menatap Adrian. Adrian membalas, dengan tersenyum tipis.

KIRANA

Habis makan, kita mau ke mana lagi?

ADRIAN

Pulang

KIRANA

Yaaah, kok pulang? Kita jalan lagi ya, Bang?

Adrian hanya diam menikmati makanannya.

KIRANA (CON’T)

Ya udahlah. Terserah, Abang.

 DISSOLVE TO

4.INT. KAMAR ADRIAN – MALAM.

Adrian berbaring di pembaringan. Matanya menatap langit-langit kamar. Ingatannya kembali pada Kirana dan ucapannya, ketika di warung.

FLASHES

KIRANA

(Pelan)

Waaah, udah ganteng pandai masak lagi.

FLASHES END

Adrian mengambil ponselnya, lalu mendownload sesuatu.

CU – Terlihat layar hp dan Adrian mendownload resep masakan, lalu memilih salah satu video.

Adrian menonton video dengan tekun.

CUT TO

5.ESTABLISH – Pemandangan Pagi Hari di sekitar rumah Adrian.

MONTAGE

-Adrian keluar dari rumah, wajahnya berseri saat menatap keadaan di sekitar. Lalu, ia mengeluarkan motor dan sesaat kemudian, Adrian membawa motor menuju jalan raya.

-Adrian belanja di pasar.

-Adrian sibuk memasak, sambil sesekali melihat video.

-Adrian mendatangi Wak Mail dan menyerahkan makanan hasil masakannya. Wak Mail mencoba, lalu mengacungkan jempol. Adrian tertawa, lalu kedua lelaki itu saling salaman.

CUT TO

6.EXT. DEPAN RUMAH KIRANA – SIANG.

Kirana keluar dari rumah, lalu mengunci pintu. Dan, melangkah menuju jalan raya.

INSERT – Seorang lelaki memakai kaca mata hitam dan bertopi bersembunyi di balik pepohonan tepat di pinggir jalan tidak jauh dari rumah Kirana.

Kirana menunggu angkutan umum. Ketika melihat angkutan umum, Kirana langsung memberi tanda dengan tangan agar angkutan umum itu berhenti. Setelah Kirana naik, lelaki tadi keluar dari persembunyian dan menatap angkutan umum yang membawa Kirana. Lalu, mata lelaki itu menatap rumah Kirana.

LELAKI

(Pelan)

Akhirnya, aku menemukan dirimu, sayangku, Kirana.

 CUT TO

7.EXT. DEPAN SALON – SIANG.

Adrian turun dari motor, satu tas ransel besar berada di punggungnya. Kakinya melangkah menuju ke salon di mana Kirana telah menunggu. Setelah berada tepat di depan Kirana, Kirana tersenyum dan menyambut dengan wajah ceria.

 KIRANA

Kita duduk di sana ya, Bang?

Kirana menunjuk sudut bangunan yang menyediakan satu set bangku untuk pelanggan salon. Adrian mengangguk dan mengikuti langkah Kirana. Mereka duduk saling berdampingan di kursi panjang dan ada meja di depannya. Adrian membuka tas dan menyerahkan satu bungkusan. Kirana mengambil, seraya bertanya.

KIRANA

Apa ini, Bang?

ADRIAN

Bukalah.

Kirana membuka palstik bungkusan yang isinya Lima kotak makanan.

KIRANA

Abang beli di mana?

Adrian hanya tersenyum. Kirana membuka salah satu kotak. Adrian menyerahkan sendok dan Kirana mencobanya.

ADRIAN

Kamu suka?

KIRANA

Iya, saya suka. Ini enak sekali. Abang beli di mana?

ADRIAN

Saya yang masak.

Kirana menatap tidak percaya.

ADRIAN(CON’T)

Kenapa? Kamu tidak percaya?

Kirana menggeleng.

ADRIAN(CON’T)

Saya juga bisa masak.

Kirana tersenyum dan mengambil satu kotak lagi dan membukanya untuk Adrian.

KIRANA

Kenapa banyak sekali Abang bawa?

ADRIAN

Kamu kasilah Kak Ratna.

KIRANA

Kak Ratna udah keluar. Katanya makan siang sama suaminya.

Nanti biar saya bawa pulang saja yang lain, ya, Bang?

Adrian mengangguk, lalu mulai menikmati makanan. Mereka pun makan bersama.

INSERT : Seorang anak pemulung muncul. Anak pemulung itu menuntun sepedanya yang sarat barang bekas.

Anak pemulung berjalan mendekati Kirana dan Adrian. Setelah berada di hadapan Kirana dan Adrian, mata anak pemulung melihat satu botol air mineral berada di depan Adrian. Anak pemulung yang bernama Radit itu bertanya pada Adrian.

RADIT

Maaf, Bang. Boleh saya ambil botol itu?

Adrian menatap Radit, lalu beralih pada botol mineral yang berada di depan kakinya. Adrian mengambil botol, lalu menyerahkannya pada Radit.

RADIT(CON’T)

Terima kasih, Bang.

Adrian mengangguk, seraya tersenyum. Radit menatap Kirana yang juga menatapnya.

KIRANA

Udah makan, Dek?

Radit tersenyum, seraya menggeleng. Matanya menatap makanan Kirana, terlihat ia menelan ludah. Adrian mengambil satu kotak makanan dari dalam bungkus plastik, lalu menyerahkannya pada Radit.

ADRIAN

Ini untuk kamu.

Radit terlihat ragu. Kirana meminta Radit mengambil.

KIRANA

Ambil saja, Dek. Ayo, kita makan sama-sama.

Radit menatap Kirana yang tersenyum ramah. Radit mengambil dan Adrian memberi kode untuk duduk di sampingnya. Radit duduk dan membuka kotak, kemudian mulai makan. Kirana dan Adrian kembali makan. Kirana berbisik.

 KIRANA

(Berbisik)

Untung Abang bawa banyak nasinya.

Adrian menganguk, lalu bertanya pada Radit.

ADRIAN

Kamu tinggal di mana?

RADIT

Di sana, Bang. Dekat sama tempat pembuangan sampah.

Ada gang namanya gang Wakaf. Dekat juga sama kuburan.

KIRANA

Waaah, kalau malam pasti seram, ya?

RADIT

Nggak, Kak. Biasa saja, lebih seram lagi kalau di Mall.

KIRANA

Kok di Mall seram?

RADIT

Iya, seram. Saya nggak berani  kalau ke sana.

KIRANA

Kenapa?

RADIT

Nggak berani saya ke sana, Kak.  Nggak punya uang.

Mendengar ucapan Radit, Kirana tertawa.

KIRANA

Ah, kamu ini. Oh, iya. Nama kamu siapa?

RADIT

Saya Radit, Kak.

KIRANA

Saya Kirana, ini Bang Adrian.

ADRIAN

Sudah bicaranya, makan saja dulu.

KIRANA

Iya, ayo makan lagi.

Radit kembali makan. Setelah makan, Radit pamit.

RADIT

Saya pulang dulu. Terima kasih, ya, Kak, Bang?

 KIRANA & ADRIAN (KOOR)

Iya..

Radit mengambil sepedanya. Kirana menatap Adrian.

KIRANA

Ini saya kasi dia saja ya, Bang?

Kirana menunjuk nasi kotak yang ada di bungkusan.

ADRIAN

Iya.

Kirana memanggil Radit, lalu mendekatinya.

KIRANA

Dek, ini untuk keluarga kamu.

Kirana menyerahkan bungkusan. Radit terlihat ragu.

KIRANA

Udah, ambillah. Pantang menolak Rezeki.

Radit menatap Adrian yang mengangguk. Akhirnya, Radit mengambilnya.

RADIT

Terima kasih, Kak.

KIRANA

Iya, kamu hati-hati di jalan.

RADIT

Iya, Kak.

Radit menatap Adrian dan tersenyum. Lalu, Radit naik ke sepeda dan mulai mengayuh. Adrian telah membereskan tas, lalu mendekati Kirana.

ADRIAN

Saya kembali ke bengkel, ya?

Kirana menatap Adrian.

KIRANA

Iya, Bang. Terima kasih, ya udah memasak untuk saya.

ADRIAN

Iya.

Adrian melangkah menuju motornya. Kirana melambai pada Adrian yang hanya mengangkat tangan membalasnya.

 

CUT TO

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar