Raga for Nada
7. JARAK

1. INT — RUANGAN RAGA DAN NADA DI GEDUNG INVINITY (siang hari)

LAURA

Pesona kamu emang gak main-main Ga. Sembilan puluh persen kesuksesan Alfine itu karena kamu. (Memandang layar laptop yang menunjukkan rated single mereka dengan kagum, sementara itu Raga dan Nada berdiri dibelakangnya)

Raga terdiam, spontan melirik Nada yang raut mukanya tidak bisa dia tebak. Nada tersenyum tipis, menggangguk membenarkan tapi tak ada satu suarapun yang terdengar dari mulutnya.

RAGA

Ralat Lau. Kesuksesan Alfine itu 40 persen di aku, 40 persen di Nada dan 20 persen di Management kita (pun Raga menanggapi)

Laura menaikkan pandangannya pada Raga, lalu melihat Nada sekilas, kemudian kembali mengalihkan pandangannya pada Raga.

LAURA

Oh ya? Hmm… (menurunkan pandangannya, melihat layar laptop lagi) tapi biasanya perkiraan aku gak pernah salah sih. Whatever, yang penting kalau bukan karena kamu, aku gak yakin Alfine bisa sukses.

RAGA (menghela nafas)

Engg…
NADA (memotong)
Pastinya dong Lau, tau sendiri sebanyak apa fansnya Raga. Hebat lo Ga (tertawa kecil menyenggol pelan pahu Raga yang langsung serba salah)


INSERT- Dari cela pintu yang sedikit terbuka, Arya melihat dan mendengar apa yang terjadi dalam ruangan itu. Perlahan dia menghembuskan nafasnya dengan berat, kemudian pergi dari sana.


2. INT — PANGGUNG MUSIC AWARDS (MALAM HARI)

Untuk pertama kalinya Raga dan Nada berada diatas panggung megah itu. Selain mengisi acara, mereka juga memenangkan dua penghargaan. Pertama penghargaan untuk kategori penyanyi pendatang baru terpopuler dan kedua untuk kategori lagu terpopuler.

Tidak heran jika mereka tak mampu menahan haru ketika mengucapkan rasa syukur dan terimakasih mereka diatas panggung.

RAGA

Sekali lagi terima kasih banyak guys. Aku bersyukur atas semuanya. Satu hal lagi, jika hari itu aku gak ketemu sama Nada, mungkin aku gak akan menemukan mimpi aku yang sebenarnya (lalu Raga melirik Nada sejenak) thanks Nad, jalan kita masih panjang, semoga kedepannya kita bisa lebih baik lagi.

Nada tersenyum mengangguk. Seraya mengusap ujung matanya yang berair dia mendekati standmic didepannya.

NADA

Kalian juga harus tahu bahwa (melirik Raga sekilas) aku lebih bersyukur bahwa dia adalah Raga. Karena tanpa Raga, musik dan lagu indah Alfine tidak akan pernah ada. Of Course Ga, ayo lakukan yang terbaik (memeluk Raga yang sudah merentangkan kedua tangannya)

Ramai-ramai orang bersorak dan bertepuk tangan untuk mereka. Ini cukup membuktikan sehebat apa mereka sekarang.

Alfine diterima baik oleh masyarakat. Bahkan tak sedikit para sesama musisi juga menyukai lagu mereka.


CUT TO- Raga dan Nada keluar dari belakang panggung, yang langsung disambut hangat oleh team management mereka, termasuk Arya dan Laura yang juga hadir untuk melihat mereka.

Laura membuka kedua tangannya sembari berjalan mendekati mereka. Nada spontan mendatanginya untuk memeluknya. Namun, justru Laura membelokkan dirinya dan langsung memeluk Raga yang berdiri disebelah Nada.

Nada terdiam, bingung dengan keadaan.

LAURA

Congratulation Raga, aku bangga sekali sama kamu. Ini hebat (ucapnya masih dengan memeluk Raga yang tampak tertegun dan serba salah. Dia dapat melihat kekecewaan yang mulai muncul dalam wajah Nada)
RAGA
Ma-makasih Lau. Alfine bisa begini karena kita semua (dengan hati-hati melepaskan pelukan Laura, tersenyum canggung)

Arya yang berada disana mulai merasa kesal dengan sikap Laura. Pun dia mendekat pada Nada yang langsung memaksakan dirinya untuk tersenyum.

ARYA

Selamat ya Nad, kalian benar-benar luar biasa. Seperti yang pernah saya katakan waktu itu, bahwa kalian akan bersinar. (Arya menjabat tangan Nada dan tersenyum hangat)

Dalam sekejap hati Nada merasa lega, entah karena dia merasa dihargai oleh Arya, atau karena sikap hangat Arya yang seakan mengerti situasi yang terjadi.

NADA

Terima kasih mas Arya. Bisa ada diposisi ini juga karena kesempatan yang mas Arya kasih buat kita. Sampai kapanpun aku gak akan melupakan itu (tersenyum tulus)

Raga melihat tangan mereka yang masih terus berjabat tangan dengan teduh. Lagi-lagi hal yang tidak bisa dia bantah, kembali di rasakan.



3. INT — RUANG KERJA LAURA (SIANG HARI)

Raga memperhatikan kertas proposal tentang Iklan solo pertama yang sedang ditawarkan Laura padanya. Sementara Laura sedang duduk dikursi kerjanya.

RAGA

Begini Lau (melipat bibirnya sejenak, lalu memperhatikan Laura dengan tenang) Im sorry to say, kayaknya aku bakal nolak tawaran ini.
LAURA (tertegun)
Kamu yakin mau nolak? Kamu gak coba berpikir dulu sebelum memutuskan?
RAGA (menggaruk pelipisnya)
Bukan begitu Lau, tapi…
LAURA (memotong)
Apa karena Nada?

Mendengar itu lantas Raga langsung melihatnya dengan serba salah. Dia tidak membantah ataupun mengiyakan pertanyan Laura itu. Karena Raga yakin bahwa Laura tahu jawabannya.

LAURA

Kamu tahu gak sih Ga, bahwa hal yang seperti ini itu sudah biasa terjadi. Meskipun kalian dalam satu team, lalu ada tawaran kesalah satu dari kalian. Itu tuh biasa Ga. Mungkin memang Brand nya hanya membutuhkan satu orang saja. Masa kita harus menyalahkan Brand nya sih.
RAGA
Aku tahu Lau. Aku paham. Tapi, tetap aja di aku pribadi gak bisa ngelakuin itu. Mungkin untuk sekarang karena kita masih baru banget. Dan aku ngerasa lebih baik untuk saat ini kita mengambil pekerjaan apapun itu dengan berdua. Sorry Lau, tapi aku harap kamu juga ngerti maksud aku.
LAURA
Kesempatan gak bakal datang dua kali Ga. Iklan yang ditawarin ke kamu ini dari Brand ternama. Mereka juga gak main-main ketika menawarkan kesempatan ini buat kamu. Lagipula aku tahu, kamu menolak tawaran ini karena gak enak sama Nada kan? Tenang aja Ga, Nada udah setuju kok kalau kamu mengambil iklan solo ini. Dia gak keberatan sama sekali.
RAGA (tersentak)
Nada udah tahu? (Menaikkan kedua alisnya menatap Laura yang mengangguk santai)
Kamu kasih tahu dia duluan daripada aku? Padahal kamu nawarin ini ke aku.
LAURA
Ya karena kebetulan tadi siang aku ketemu sama dia dibawah. Jadi gak ada salahnya kalau aku juga omongin ini ke dia. Aku bisa lihat kok kalau dia juga seneng kamu bisa dapatkan tawaran iklan ini. Kayaknya dia juga bangga sama kamu.

Raga tak lagi menjawab. Dia sedikit tertunduk. Dia tahu yang sebenarnya. Dia tahu bagaimana perasaan Nada yang sebenarnya.


CUT TO- Raga menghampiri Nada kedalam ruangan mereka di gedung Label itu. Niatnya yang ingin membicarakan tentang iklan yang ditawarkan padanya itu, dan akan meyakinkan Nada bahwa dia sangat tidak keberatan menolaknya, jika Nada meminta.

Namun ternyata Nada tidak sendiri diruangan itu. Ada mas Arya dan seorang laki-laki lainnya yang tidak dia kenal ikut berada disana. Sepertinya pembicaraan mereka cukup menyenangkan melihat bagaimana mereka tertawa kecil sedari Raga masuk keruangan itu, sampai mereka menyadari kedatangan Raga.

ARYA

Eh, hai Ga (sapa Arya hangat seperti biasanya)
RAGA
Hai (balas tersenyum, memperhatikan mereka satu persatu)

Laki-laki yang tidak Raga kenal itu spontan berdiri seperti Arya.

ARYA

Ga, kenalin ni Audrey, kamu pernah gak lihat dia disalah satu stasiun tv pencarian bakat?

Mereka langsung berjabat tangan sembari menyebutkan nama masing-masing.

Raga menyipitkan sebelah matanya, berpikir sejenak.

ARYA (tertawa kecil)

Kayaknya enggak ni, kalian mana sempat nonton tv karena kesibukan kalian akhir-akhir ini (seru Arya memancing tawa Raga dan Nada)
RAGA
Iya sorry mas, tapi abis ini bakal aku cari tahu (lalu melirik Audrey) sorry ya bro.
AUDREY
Gak pa-pa, santai. Aku paham banget kesibukan kalian. Oh ya, aku juga salah satu penggemar Alfine. Lagu kalian banyak menginspirasi aku. (ucapnya tulus sambil melihat Raga dan Nada yang masih duduk disofa)
RAGA
Wah thank you
ARYA
Yaudah kalau gitu, kita keluar dulu ya. Masih ada yang mau kita bicarakan diluar (melirik Nada yang spontan berdiri) Nad, sampai nanti ya, jangan lupa makan, kayaknya kamu kurang enak badan hari ini.

Mendengar itu Raga tertegun.

NADA (tersenyum tipis)

Aku gak papa kok mas. Tenang aja. Ntar aku juga bakal pulang kayaknya, ada janji sama mama.
ARYA
Oke, kabarin ya ( lalu keluar setelah melihat anggukan dari Nada.

Setelah Arya dan Audrey keluar, Nada kembali duduk disofa dan menyusun barang-barangnya.

RAGA

Mau gw pesenin makanan gak? (Tanya Raga lalu duduk disebelahnya)
NADA
Gak usah Ga, gw mau langsung balik aja. Nyokap uda nungguin dirumah.
RAGA
Lo mau pergi sama nyokap lo? Mau kemana? Mau gw temenin?

Nada menaikkan pandangannya, melihat Raga sejenak, lalu tersenyum kecil.

NADA

Gak usah (kembali menyusun barang-barangny ke tas) lagian kita gak harus bareng-bareng terus kemanapun. Apalagi ini urusan pribadi gw. Lo gak usah repot-repot.
RAGA
Kayak gw siapa aja sama keluarga lo terutama nyokap lo. Kita juga sering bertiga kan kemana-mana.
NADA
Ya emang. Tapi tetap bukan suatu kewajiban untuk selamanya kayak gitu (menatap mata Raga tanpa reaksi, meskipun Raga merasa tertohok mendengarnya)

Butuh waktu beberapa detik buat Raga diam lalu

Lo gak lagi ada masalah kan sama gw?
NADA (mengkerutkan kening)
Maksudnya?
RAGA
Lo gak lagi kayak kesel kan sama gw? Lo gak lagi kayak sengaja kasih jarak sama gw?
NADA
Gw gak punya alasan untuk kayak gitu sama lo. Santai aja Ga.
RAGA
Nad, gw beneran bakal tolak iklan itu kalau emang lo gak suka. Lo harus jujur sama gw, gak akan ada yang tahu. Biar gw yang nanggung. Lo bisa bilang ke gw kalo lo keberatan dengan iklan solo itu.

Wajah Nada berubah datar mendengar itu. Dia menutup tasnya dengan kasar.

NADA

Mau sampe kapan sih Ga, lo memperlakukan gw kayak gw egois banget gini sama lo. Seakan-akan gw cemburu sama kepopuleran lo yang lebih dibanding gw? Dan lo yang baik hati ini, terus berperan jadi pahlawan yang niatnya mau jaga perasaan gw, tapi pada akhirnya malah merendahkan gw.
RAGA
Astaga Nad, lo jangan ngomong gitu dong. Lo tahu sendiri kalau gw gak mungkin merendahkan lo.
NADA
Gak mungkin atau lo gak sadar. Secara gak langsung lo malah buat gw sakit hati Ga.
Mending sekarang kita buat peraturan baru deh. Elo bebas melakukan apapun diluar Alfine, mau lo ambil iklan kek, akting kek, apapun itu. Lo bebas tanpa harus izin dari gw.
Begitupun sama gw, meskipun gw sadar gw gak akan dapat banyak tawaran kayak elo. But atleast, gw punya kebebasan yang gak butuh izin dari lo. Termasuk…(Nada diam sesaat, berusaha mengabaikan tatapan tidak percaya dari Raga) gw balik dan pergi sama nyokap gw. Urusan pribadi gw bukan urusan lo. Oke?

Tanpa menunggu jawaban dari Raga, Nada berdiri dan berjalan dengan cepat keluar dari ruangan itu.

Raga diam.

Berusaha mencerna satu demi satu kalimat yang keluar dari mulut Nada. Entah kenapa dia semakin sadar bahwa kesuksesan yang mereka dapat justru malah semakin membuat mereka menjadi ada jarak.





Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar