Raga for Nada
4. Promise


1.ESTABLISH — GEDUNG INVITY INDO (Siang)

INT — DAPUR REKAMAN

FX — RAGA MEMAINKAN GITAR DAN NADA BERNYANYI

Arya dan Laura memperhatikan kedua orang yang sedang rekaman itu dari balik jendela kaca besar.

Mereka berdua berdiri dengan gugup. Berharap bahwa Raga dan Nada bisa melakukan yang terbaik.

ARYA

Bang (seru Arya pada bang Dika selaku Sound Engineer yang bertanggung jawab dengan mesin audio)
BANG DIKA
Ya bro (jawabnya tanpa menoleh pada Arya, karena dia tetap fokus melihat dan mendengarkan rekaman dari Raga dan Nada.
RAGA
Coba bagian si Raga yang ikut nyanyi itu diperbesar bang. Pas bait terakhir di reff kedua.

Bang Dika mengangguk.

Mereka pun menunggu bagian yang dimaksud Arya. Cowok yang selalu berpenampilan rapi itu tampak begitu fokus.

Maaf aku akan terus berjuang..

Sampai kau melihatku Ohh..

Bang Dika pun menaikkan volume bagian suara Raga itu, agar lebih terdengar. Seharusnya ketika bait terakhir itu, Raga dan Nada bernyanyi bersama, dengan suara Nada yang lebih menonjol. Namun karena permintaan Arya yang penasaran dengan suara Raga, bang Dika mengecilkan bagian suara Nada.

Setelah mendengarnya, Arya dan Laura saling melihat.

ARYA

Kira-kira pemikiran kamu sama gak seperti saya?
LAURA (mengangguk kecil)
Sayang banget kalau suara Raga hanya muncul sedikit disini. Suara dia bagus Ar.

Raga menyanggah tangannya didada, sembari berpikir.

Itu dia yang saya maksud, aku pikir dia lebih menonjol dalam bermain gitar, dan hanya cocok untuk backing vokal. Tapi suara dia menarik banget.
LAURA
Gimana kalau kita ubah alurnya. Raga tetap bermain gitar, tapi bagian vokalnya kita tambahin. Dan kalau bisa sih, jangan pas nyanyi berdua, ada juga bagian Raga nyanyi sendiri.

Tidak langsung menjawab, Arya tetap memperhatikan mereka dengan seksama. Beberapa detik sampai akhirnya dia mengangguk.

ARYA

Stop dulu bang (titah Arya pada bang Dika yang langsung menuruti)

Raga dan Nada yang sadar bahwa lagunya terhenti, melihat ke jendela kaca. Mereka melihat Arya mengangkat tangannya menandakan ingin bicara lebih dulu.

RAGA

Ada yang kurang ya mas? (tanya Raga begitu mereka sampai dihadapan Arya dan Laura, sementara Nada memilih untuk mendengarkan)

ARYA

Gini Ga, Nad. Saya sama Laura mau kasih usulan ni. Tadi setelah mendengar dari luar, ternyata suara kamu bagus juga Ga, serasi banget sama lagu ini dan tentunya dengan suara Nada juga. Jadi gimana kalau bagian kamu bernyanyi sendiri itu diadakan juga Ga (melihat Raga dengan yakin)

Mendengar itu, tentu saja Raga dan Nada tertegun. Tanpa sadar mereka saling melirik dalam diam. Tidak ada ekspresi apapun untuk beberapa saat, sampai Nada mulai tersenyum tipis seraya menoleh kembali pada Arya dan Laura.

LAURA

Tetap tidak mengubah posisi bahwa Nada tetap vokalis utama disini. Raga hanya menambah beberapa bagian untuk bernyanyi sendiri. Soalnya sayang banget kalo suara kamu ini gak diperdengarkan. Malah saya yakin, hal itu bisa menjadi daya tarik dalam single yang akan kalian rilis (menatap Raga dan Nada secara bergantian, meski Raga masih tetap belum bersuara)

Nada yang menyadari sikap Raga yang tampak bingung pun merasa tidak enak pada Arya dan Laura.

NADA

Kayaknya ide bagus deh Ga. Gw juga pernah bilang kalau suara lo emang sebagus itu kan. Apalagi lagu ini ciptaan lo, jadi uda pasti cocok banget sama suara lo (mengangguk-angguk dan tersenyum)
ARYA
Nah, bener kan. Percaya deh, lagunya pasti bakal jadi lebih sempurna. Lagipula kita gak boleh melupakan fakta bahwa antusias terbanyak itu dari perempuan. Bisa aja jadi banyak yang tertarik sama kamu, dan itu membuat single kalian ini booming dipasaran (melirik Nada yang langsung mengganggu cepat dan tersenyum samar)

Raga seperti menyadari satu hal, perasaan yang mungkin hanya dia yang bisa mengerti. Karena memang hanya dialah yang peka disini.

RAGA

Tapi dari awal aku gak punya niat buat nyanyi mas, Lau. Jujur aku gak percaya diri sebenernya buat nyanyi. Kalau cuma buat sepintas doang, itupun nyanyi bareng sama Nada sih gak masalah.(terdengar sungkan)
NADA
Di coba aja Ga, ntar lama-lama kamu juga bakal terbiasa. Gak ada salahnya dicoba kan? (Nada menimpali setelah melihat raut Arya dan Laura yang tampak agak kecewa)

Arya dan Laura mengangguk.

Raga terdiam, sejujurnya merasa sungkan sama situasi ini. Pun dia menoleh pada Nada.

NADA

Lo mau kan? Kalo mas Arya sama Laura uda mikir begitu, berarti mereka uda bisa nebak dan punya firasat kalau hal ini bisa jadi baik kedepannya.
ARYA
Percaya sama saya Ga. Saya yakin kalau single kalian bakal sukses kalau kamu mau terima saran dari saya.

Butuh beberapa waktu untuk Raga berpikir dan tidak langsung menjawab. Sebenarnya ada perasaan yang membuat dia ragu untuk menerima saran itu. Tapi ketika dia melihat Nada yang mulai tampak menginginkannya juga, Raga pun mengangguk.

RAGA

Oke (jawabnya yang mendapat sambutan lega dari Arya dan Laura) tapi boleh aku tentuin bait mana yang harus aku nyanyiin kan?
ARYA
Sure. Makasih uda mau terima saran saya (menepuk pelan bahu Raga)


2. EXT — DEPAN GEDUNG INVITY INDO

Nada menunggu Raga yang sedang mengambil motor dari basemant, dikejutkan oleh hujan yang turun deras secara tiba-tiba.

NADA
Lho kok? (Memandangi langit dan hujan yang turun) perasaan tadi ga ada mendung, ga ada tanda-tanda mau hujan deh.

Gadis itu langsung memeriksa totebagnya. Karena biasanya dia memang selalu membawa payung lipat kecil dalam tasnya itu. Sadar bahwa dia lebih sering menunggu bus atau naik motor dengan Raga, jadi bisa saja dia kehujanan.

Baru saja payung itu dia kembangkan, Arya muncul dari pintu gedung. Tampaknya Arya tidak menyadari ada Nada disana dan melihatnya.

Terdengar keluhan dari mulut Arya karena hujan deras. Sesekali dia melirik arloji ditangannya.

Spontan Nada mendekat

Mas Arya (sapanya)

Arya menoleh dan agak tertegun melihat Nada.

ARYA

Nada? Kamu belum pulang?
NADA
Ini mau pulang mas, lagi nungguin Raga ambil motor. Cuma karena hujan, mungkin dia lagi siap-siapin mantel dulu dari jok. Mas Arya mau pulang ya?
ARYA (mengeluh)
Saya masih ada janji abis ini, mau jalan ke mobil, tapi hujannya deras banget. Tau gini, mending tadi saya parkir di basemant aja.

Mata Nada membulat, memperhatikan mobil-mobil yang juga terparkir didepan.

ARYA

Mending saya terobos aja kali ya, daripada klien saya nungguin lama. Yauda Nad, saya pergi dulu ya, sampai ketemu lagi (tersenyum lebih dulu pada Nada lalu mulai bergegas cepat)
NADA
Mas Arya

Belum ada separuh jalan untuk sampai ke mobil, Arya mendengar panggilan dari Nada. Baru saja dia menoleh kebelakang, dia sudah merasa hujan tidak lagi mengguyur tubuhnya. Nada yang melakukannya. Gadis itu sedang mempayungi Arya, dan membuat dirinya sendiri justru kehujanan.

Arya tertegun. Nada yang melihat raut itu, malah tertawa kecil.

NADA

Kalau aku sih uda biasa kehujanan. Lagian kalau naik motor, payung gak ada gunanya juga. Jadi payungnya buat mas Arya aja. (Tertawa kecil)
ARYA
Eh tapi-tapi…
NADA (menggerak-gerakkan payung)
Mas cepetan dipegang, aku mau samperin Raga. Itu suara motornya (serunya meyakinkan Arya yang secara spontan memegang payung itu)

Memang benar, Raga baru saja muncul dengan motornya. Dia terlihat mencari keberadaan Nada, sampai akhirnya dia melihat Nada sedang berlari kearahnya dengan basah kuyub.

RAGA

Darimana? (Lalu mengintip dari balik punggung Nada, tampak Arya sedang melihat mereka sejenak lalu berjalan menuju mobilnya)
NADA
Yuk buruan, gw laper (masuk kedalam mantel yang Raga pakai, memeluk Raga seperti biasa)


3. INT — RUANG TAMU NADA (MALAM HARI)

Raga menyadari sedari tadi Nada lebih banyak diam. Tidak seperti biasanya. Mereka hanya latihan beberapa saat, lalu mengobrol sedikit, dan Nada hanya menjawab jika Raga bertanya.

Raga jadi merasa bahwa bisa saja yang dia pikirkan sejak siang tadi didapur rekaman memang benar adanya.

RAGA

Apa gw batalin aja ya buat gw ikutan nyanyi. Kita rekaman ulang lagi aja.
NADA
Kenapa berubah pikiran sih, yang ada kita bisa ngerepotin orang label.

Raga diam sejenak, berusaha menebak-nebak isi hati Nada ketika menjawab.

RAGA

Ya gak pa-pa sih. Mending gitu, daripada suasana jadi gak enak gini.
NADA (berkerut)
Maksudnya?

Raga membungkukkan sedikit cara duduknya, menyanggah kedua sikut diatas pahanya.

RAGA

Gw gak mau gak enakan sama lo.
NADA
Maksudnya apaan sih Ga? Lo gak enak sama gw karena lo nyanyi dilagu itu? Gitu?

Raga tidak menjawab, dia hanya mengangkat kedua bahunya, membuat Nada tertawa samar.

NADA

Itu artinya lo berpikir gw takut lo saingin gw.
RAGA
Apaan. Bukan itu tau (protes Raga cepat) maksud gw, itu lagu kan emang dari awal emang khusus lo yang nyanyiin. Gw cuma ngebackingin bait terakhir doang. Porsinya kan emang uda gitu Nad, gw gitar, lo nyanyi.
NADA
Gw yang nyanyiin, tapi itu kan lo yg ciptain. Itu lagu lo juga namanya.
Lagian Mas Arya sama Laura juga bukan sembarang kasih ide kok. Siapapun juga kalo denger suara lo bakal ambil keputusan yang sama (Nada berbicara sambil menatap kosong kedepan)

Raga kembali diam, dan lagi-lagi berusaha mencari tahu apa yang dipikirkan oleh Nada.

NADA

Ga…
RAGA
Emm…
NADA
Sekarang kan kita uda 19 tahun ya? Uda remaja dan menuju dewasa. Kalo dulu kita bisa punya pikiran dan tujuan yang sama, menurut lo kedepannya gimana? Bisa aja kan sekarang kita uda hampir sama-sama wujud-in mimpi kita, tapi nanti (melihat Raga) suatu saat nanti, bisa aja semua uda berbeda..
RAGA (memotong)
Gak akan beda kalau kita gak buat jadi beda (menatap tegas pada Nada)

Nada yang mendengar itu langsung terdiam seketika.

Raga menghela nafas lalu

Gw tahu apa yang lo maksud. Lo berpikir gak selamanya kita bisa sahabatan kayak gini kan? Bisa aja ada orang lain entah dari lo atau gw yang buat kita gak bisa jalani mimpi kita berdua lagi. Gitu kan maksudnya?

Nada tidak menjawab, karena dia sadar bahwa Raga sudah tahu dan bisa menebak apa yang dia pikirkan. Nada mengalihkan atensinya dan melihat kedepan.

RAGA

Jujur ya Nad, untuk saat ini gw belum ada kepikiran buat ngejalanin hubungan kayak sekedar pacaran atau deketin cewek. Bahkan ngebuka hati gw aja gw belum kepikiran. Gak tahu sih dari elo, selama kita sahabatan juga, lo uda 2 kali pacaran kan. Tapi gw bisa ngertiin itu, dan lo tetap gak berubah sedikitpun ke gw kok.

Nada terusik dan melirik Raga dengan sebal

Dan dua kali juga gw pacaran, lo yang buat putus, gara-gara keoverprotektifan lo sebagai sahabat buat mantan pacar gw pada gak berani lagi deketin gw (gerutunya sebal tapi malah membuat Raga tertawa kecil)
RAGA
Ya itu sih emang dasar mantan-mantan lo aja yang pengecut. Lagian sama gw aja cemburu. Kalo emang mereka sayang sama lo, mereka harusnya yakin kalo mereka bisa lebih ngejaga lo dibanding gw (sambil terkekeh)

Nada hanya mencibir mendengarnya.

RAGA
Nah makanya itu gw juga belom kepikiran cari pacar. Karena gw gak mau pacar gw ngerasa cemburu karena gw yang lebih perhatian ke elo nantinya.
NADA
Ya jangan dong, kalo lo punya pacar, lo kudu lebih perhatian ke dia daripada gw.
Gw bisa ngertiin kok.

Raga tidak langsung menjawab, ada senyum samar yang sedetik saja dia tunjukkan.

RAGA

Masalahnya gw tahu gw gak akan bisa kayak gitu. Lo tahu sendiri gimana gw dulunya. Dulu gw orangnya introvert. Cuma sama lo gw bisa jadi diri gw sendiri, dan bisa terbuka. Ya gw gak tahu sih sampe kapan, tapi yang jelas kayak gw bilang tadi, gw belum kepikiran untuk itu.
Jadi Nad, gw pengen sekarang ini, lo jangan pikirin hal jauh-jauh kesana dulu. Kita jalani aja apa yang ada didepan mata. Fokus dulu, karena belum tentu mimpi kita uda bener-bener kecapai apa belum. Ini masih awal proses Nad, makanya gw gak pengen ada masalah sama lo, gw pengen lo nyaman. Kalau ada sesuatu yang gak sesuai dihati lo tentang gw, lo boleh omongin kok. Sebisa mungkin gw ikutin mau lo.

Nada melihat mata Raga. Selama beberapa detik mereka terdiam dengan keadaan itu.

Sampai akhirnya Nada mengutas senyumnya.

NADA

Kalo lo aja mau sebisa mungkin ngertiin dan ikutin mau gw. Kenapa gw engga.
Gw tetap berharap semua gak berubah Ga. Gw berharap selamanya gak akan ada masalah sama lo.
Lo boleh tegur gw kalo gw bersikap egois ya Ga. Karena terkadang gw suka gak sadar kalo sikap gw kayak gitu.

Raga balas tersenyum dan mengangguk dengan matanya.

Sure.



Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar