Raga for Nada
3. Here we go


Seperti yang sempat Raga katakan pada Arya kemarin. Bahwa memang jawaban mereka sudah ada dan tidak berubah.

Bahkan sebelum diskusi dimulai, Nada sudah berkali-kali mengatakan bahwa dia menyetujui penawaran yang diberikan Arya.

Mereka yakin, bahwa ini kesempatan yang bisa saja tidak akan datang ketiga kalinya. Karena mereka nyaris menghilangkan kesempatan pertama. Harusnya mereka tidak senekat itu untuk menolak kesempatan kedua.

Meskipun begitu, Raga dan Nada tidak serta merta mengambil keputusan tanpa meminta pendapat keluarga dan teman-temannya. Karena ternyata pendapat mereka sesuai dengan apa yang menjadi keinginan Raga dan Nada.

Hari ini mereka berdua sudah membuat janji untuk bertemu dengan Arya di kantor Label Arvity Indo milik Arya dan keluarganya. Label yang sudah banyak menghasilkan karya dan musisi-musisi terbaik di Indonesia itu terlihat megah.

Lagi-lagi Raga dan Nada hanya mampu tercengang sambil bersyukur lega dalam hati, karena bisa berada ditempat itu. Bukan untuk audisi, tapi karena diundang langsung dengan sang empunya Label.

1.INT — MEETING ROOM, ARVITY INDO (SIANG HARI)

NADA

Ga, kok gw deg-degan ya Ga?(memegang dadanya, merasakan debaran dijantungnya)

RAGA

Tarik nafas dalam-dalam, tahan sampe besok, baru hembusin (jawabnya dengan santai)

PLAKK (suara tepukan keras dari Nada untuk bahu Raga)

Raga meringis memegang bahu, melirik Nada dengan sebal.

NADA

Rasain, abis jawabannya begitu (cetusnya kesal)

RAGA

Ya makanya jangan bilang gitu mulu dong, coba hitung dari pagi tadi uda berapa kali lo ngomong kayak gitu. Gw yang berusaha tenang, jadi gugup juga gara-gara omongan lo.

Nada tak menjawab lagi, tapi raut mukanya masih terlihat sedikit kesal sama jawaban Raga.

Raga yang menyadari itupun, langsung mengendalikan diri. Dia memegang tangan Nada.

RAGA

Itu belum seberapa Nad, masih banyak hal yang mendebarkan setelah kita debut nanti. Lo harus bisa memanaged diri lo mulai sekarang. Oke?

Nada yang semula melirik Raga kesal, berubah tenang. Gadis itu mengangguk kecil.

Raga balas tersenyum

Nah gitu dong

FX — PINTU TERBUKA

Arya muncul dari balik pintu sambil membawa beberapa berkas, bersama seorang wanita berkaca mata.

ARYA

Hai, maaf lama (sapanya ramah)

RAGA

Gak pa-pa mas, santai

Sementara Nada merespon dengan tersenyum.

Arya melirik kesebelahnya

Lau, kenalin dulu, calon musisi baru label kita (tersenyum yakin, membuat Raga dan Nada menjadi sungkan mendengarnya)
Ini Laura, bagian Record Executive. Bagian kontrak, manajemen, marketing, semua dikerjain sama Laura. Jadi kalian pasti bakal banyak berurusan sama dia. Jangan tertipu sama wajahnya yang kelihatan baik-baik ini ya. Aslinya dia bawel soalnya (sindir Arya yang langsung dihadiahi cubitan dari Laura)

Raga dan Nada tertawa mendengarnya.

LAURA

Gak usah didengerin, dia gak sadar aja kalau dia lebih bawel daripada saya (seru Laura lalu mengulurkan tangan pada kedua orang didepannya)

Dan saat dia berjabat tangan dengan Ragalah, Laura terlihat sedikit tertegun.

LAURA

Kayaknya saya pernah lihat kamu deh. Kok kayak gak asing ya? (mulai berpikir, mengingat-ingat)

Raga hanya diam, mengangkat bahunya bingung ketika Nada jadi menoleh padanya.

ARYA

Lihat di Tv kali, dua tahun lalu kan mereka pernah tampil. Setelah itu, kayaknya saya juga pernah tunjukin foto mereka ke kamu deh Lau (timpal Arya)

LAURA

Bukan Ar, kayaknya bukan (menggeleng) yang jelas saya ngerasa seperti pernah lihat dia, tapi dimana ya (menggaruk pelipisnya)

Arya mendorong pelan Laura sampai gadis itu terduduk.

Ntar kalau kamu uda ingat, kamu bilang ya. Sekarang kamu kesini bukan untuk itu, tapi untuk bahas kontrak. Ayo mulai, saya masih ada meeting lain sore ini (melihat arloji pada tangannya dan mengetuk arloji itu)

Laura memutar bola matanya.

Iya deh. Si yang paling sibuk.

Arya hanya menyengir mendengarnya.

LAURA

Oke guys, ini kontraknya, boleh dibaca sama dipelajarin dulu (memberikan beberapa berkas yang langsung diterima Raga dan Nada)

Raga dan Nada sama-sama membaca dengan seksama lembar demi lembar semua isi dalam berkas yang mereka terima.

Diskusipun dimulai. Raga dan Nada bersyukur bahwa mereka masih bisa berpendapat disini, dan hal itu sangat direspon dengan baik oleh Arya dan Laura. Karena itu Raga dan Nada merasa sangat dihargai karena Label menerima apa yang membuat mereka nyaman. Wajar saja jika banyak sekali musisi hebat yang bernaung di Label ini.

Selama hampir 2 jam mereka selesai membahas kontrak dengan akhir yang disetujui kedua belah pihak. Ada sebuah pemikiran yang muncul dibenak Raga. Hingga dia memutuskan untuk bertanya.

RAGA
By the way kak Laura.
LAURA
Ah, satu hal lagi (memotong perkataan Raga) Saya lupa bilang ke kalian, kalau saya cukup dipanggil dengan nama Laura aja. Tanpa embel-embel, kak, mba, sist atau apalah itu. Semua yang kenal saya juga tahu itu kok.

Raga masih dalam posisi membuka mulutnya, pun mengangguk paham seraya menutup mulutnya sejenak, lalu

By the way Laura (mengucap nama itu dengan hati-hati, karena masih merasa sungkan) kenapa dari tadi kamu gak minta kita untuk menunjukkan penampilan kita. Tapi sudah merasa yakin dengan langsung memberikan kontrak buat kita.

Nada langsung menegakkan tubuhnya.

NADA
Aku juga sempet kepikiran itu tadi. Mas Arya mungkin uda pernah lihat, tapi kan mba Lau, ah maksud aku, Laura belum lihat penampilan kita.

Laura melirik Arya yang hanya tersenyum santai.

LAURA

Karena saya percaya sama Arya. Kalau Arya mengatakan kalian berbakat, itu berarti kalian memang berbakat. Saya tahu Arya dari dulu, belum pernah sekalipun apa yang menjadi pilihan dia ada yang meleset (lalu memandang Arya dengan kesan yakin dan santai yang muncul bersamaan)
ARYA
Wah seorang Laura jarang-jarang memberikan pujian ni (tertawa kecil)
LAURA
Anggap aja ini yang pertama dan terakhir dari saya buat kamu (Laura berdecak memancing tawa dari ketiga orang lainnya yang ada disana)
RAGA
Dan kita jadi merasa tersanjung mendengarnya (tampak raut bersyukur yang muncul diwajah Raga)
LAURA
Tapi sebenernya saya juga uda pernah lihat kok penampilan kalian. Arya pernah nunjukin videonya, biarpun cuma sekilas, saya juga tahu kalian memang berbakat.
Jadi saya berharap, kita bisa bekerja sama dengan baik ya.




2. EXT — TERAS RUMAH NADA (MALAM HARI)

Raga dan Nada diberikan waktu untuk menyelesaikan lagu untuk demo yang akan diserahkan kepada pihak Label. Sebenarnya lagu yang Raga ciptakan itu sudah selesai, hanya saja mereka ingin menyakinkan kembali dan menyempurnakan beberapa nada yang tiba-tiba terasa kurang pas untuk mereka. Karena nantinya lagu ini tidak hanya memakai alat musik gitar saja. Akan ada tambahan musik lainnya yang akan disiapkan Label.

Raga terlihat sedikit risau karena hal itu. Untuk pertama kalinya Nada bisa melihat kecemasan dalam diri Raga tentang musik yang dia ciptakan. Biasanya Raga cukup tenang dan yakin sama diri sendiri.

Sedari tadi Nada menyadari sikap Raga yang beberapa kali menggaruk-garuk kepalanya setelah memetik gitarnya sambil melihat not dan lirik pada kertas yang ada didepannya. Tampak dia kurang puas dengan apa yang dia lakukan.

Nada spontan mengambil gelas berisi orange jus yang ada dimeja, menyodorkannya pada Raga.

NADA

Minum dulu gih, biar seger, biar tenang juga

Raga melihat gelas itu beberapa detik, lalu menghela nafas dan menerimanya.

Setelah meneguk separuhnya, dia berkata

Mungkin karena selama ini lagu yang gw ciptain cuma pake gitar doang, gw jadi ngerasa takut kalau-kalau lagunya jadi gak sebaik kemarin kalau ada tambahan alat musik lainnya. Lagian kenapa gw gak kepikiran ya, kalau uda ditampilin, ya uda pasti lagunya gak mungkin pake gitar doang.
NADA
Ya tapi kan mas Arya uda bilang sendiri, itu ntar jadi urusan Engineernya. Yang perlu kita lakuin, memfinalkan lagu yang kita bakal kirim. Mas Arya juga uda bilang lagu ciptaan lo itu cukup perfect Ga. Lagian ya Ga, bagian
Engineernya juga lebih tahu cara melengkapi musik dari lagu yang lo buat itu.
RAGA
Iya sih. Tapi kan tetep aja, yang gw ciptain itu bisa aja bagusnya karena cuma alat musik gitar doang

Nada menghela nafasnya cukup panjang. Memandang lekat-lekat wajah Raga yang masih terlihat gelisah.

NADA
Lo masih inget kan kata Laura tadi, kalau mas Arya itu gak mungkin salah memilih. Dan kalau mas Arya bilang lagu lo perfect, berarti faktanya emang lagu lo seperfect itu. Mending nada yang uda kita sepakati dari awal gak usah terlalu banyak diubah lagi. Ntar yang ada bukannya makin bagus, tapi makin jelek (lalu Nadapun berdecak) Lagian gw uda cukup berlatih sama nada yang kemarin, uda cocok sama gw. Ntar gw ngulang dari awal lagi dong.

Mendengar itu Ragapun jadi berpikir, bahwa memang gak seharusnya dia cemas berlebihan seperti ini. Padahal dia sendiri yang pernah bilang ke Nada, kalau Nada harus bisa memanaged dirinya mulai sekarang. Tapi sekarang, malah dia sendiri yang gak bisa mengkontrol kecemasan dalam dirinya.

Ini baru permulaan.

Raga memperbaiki cara duduknya dan caranya memegang gitar, tersenyum.

RAGA
Oke, kalau gitu kita balik ke nada awal lagi ya Nad. Tapi boleh gak bagian Reff keduanya kita tambah sama yang ini (menunjuk tulisan lirik pada kertas dimeja)

Nada mengambil kertas itu untuk melihat lebih dekat. Dia mengigit bibirnya, berpikir sejenak. Tak sampai beberapa menit, sampai akhirnya dia mengangguk.

NADA

Gw coba ya

Raga mulai memetik senar gitarnya. Tidak tahu apa memang sudah takdirnya seperti itu. Tapi Raga terlihat cocok dengan gitar dalam pelukannya itu. Dia dan gitar seperti paket yang tak mungkin terpisahkan.

Nada mulai bernyanyi. Dalam hati berharap bahwa dia mampu membuat lagu yang Raga ciptakan menjadi sempurna. Dia tahu bagaimana seriusnya Raga setiap kali menciptakan lagu yang cocok untuk dirinya.

Raga yang dulu diawal dia kenal, masih tidak mengerti apa yang namanya impian, lalu berjanji meraih mimpi itu berdua dengannya.

Raga yang dulu sempat trauma dengan gitarnya. Beberapa kali nyaris menyerah karena selalu tidak mampu menahan sedih yang dia rasakan setiap kali memetik senar gitar. Pada akhirnya mampu kembali melakukannya. Nada tahu persis bagaimana perjuangan Raga saat itu.

Nada menemani masa-masa itu karena yakin bahwa mereka memang mengejar mimpi yang sama.

Dan sekarang mimpi itu sudah ada didepan mata. Pintu nya seakan sudah terbuka. Waktunya mereka bersiap-siap untuk masuk ke pintu itu.

Berdua, sesuai janji mereka dulu.







Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar