Perempuan Dalam Kenangan
4. Taruhan



FADE IN

INT. RUANG TAMU RUMAH MARNO — SORE

MARNO masuk ke rumah, dia melempar barang-barang. Termasuk buku tulis yang diikat dengan tali ke sembarang arah. Dua orang bedinde1 membantu Marno.

MAS GUM

Kurang ajar, pulang-pulang semua di lempar! percuma disekolahkan tapi perilaku macam kera!

Salah seorang bedinde hampir ketawa.

Marno langsung mendelik.

MARNO

Apa?!

Mas Gum, sang kakak langsung mengeplak kepala Marno.

MAS GUM

Heh! sopan kamu! dia memang bedinde, tapi dia itu kerja di sini! (ngomel) ngaku darah biru kok kelakuanmu kampangan!

Marno menghela nafas jengkel.

MARNO

Iyaaa... iyaa...
(ke bedinde) maafkan saya, mbak..

Si bedinde cuma tertawa kemudian membereskan sepatu dan buku Marno.

Marno baru mau pergi, tapi mas Gum menahan tangannya.

MAS GUM

Hih, apa ini Marno? kok kamu pakai baju perempuan? jasnya kemana?

MARNO

Punya teman saya. Tadi bajunya rusak gara-gara saya mas, jadi saya bertukar...

Mas Gum langsung menjewer Marno.

Marno mengaduh dan memukul-mukul tangan kakaknya.

MAS GUM

Kamu ini ya!

Marno melawan sampai jeweran mas Gum lepas.

MARNO

Saya nanti tanggung jawab kok!

MAS GUM

Nanti kapan?

Marno mengulurkan tangannya.

MAS GUM

Apa?

MARNO

Minta uang. Katanya tadi disuruh tanggung jawab?

MAS GUM

Haduh!

Mas Gum menepuk kepalanya, kelihatan kesal.

Marno cengengesan sambil mengelus-elus kupingnya, tangannya makin menodong pada mas Gum.

MARNO

Ayo dong, wong dikte-dikte aja ya gampang, kalau mendidik itu difasilitasi juga dong!

MAS GUM

Nanti! mandi sana!

Cuek. Seakan tidak takut Marno malah meledeki kakaknya sambil berjalan ke arah kamar.

MARNO

Ninti kipin? nyinyinyinyi...

Mas Gum menghela nafas, kemudian menggeleng-gelengkan kepala. Dia sendiri pergi dari ruang tamu.


CUT TO:

EXT TERAS RUMAH — SORE

Marno baru selesai mandi. Rambutnya masih basah, dia duduk di kursi teras. Di sampingnya ada kopi dan kue pasar.

Marno melamun. Mas Gum keluar, dia duduk di sebelah Marno.

MAS GUM

Nih!

Mas Gum melemparkan buntalan sapu tangan ke meja.

MARNO

Wiii mantap!

Marno membuka buntalan itu, kemudian menghitung uang di dalamnya.

MARNO (CONT'D)

Nah, gini dong! (nyengir) Ini baru namanya sulung!

MAS GUM

Sulang sulung (kesal) pokoknya besok kamu cepat gantikan baju yang rusak! malu aku punya adik macam kau!


MARNO

Lah, apa mas ini. Tiap aku berprestasi dipuja-puja, kalau salah sedikit... yang kemarin-kemarin itu sepertinya nggak ada dianggap sama sekali

MAS GUM

Ya pikir sendiri!

Marno nyengir, dia memasukan kembali buntalan uang itu ke sakunya.

MAS GUM (CONT'D)

Eh, ngomong-ngomong kenapa kok bisa rusak, kamu bikin apa sama dia, Marno?

MARNO

Sayanya kurang ajar sama dia

MAS GUM

Kurang aja gimana toh dik?

Marno terdiam. Tidak menjawab sama sekali.

MARNO

Mas Gum

MAS GUM

Hm?

MARNO

Uangnya tambah lagi dong

Mas Gum menempeleng Marno, kemudian dia pergi tertatih-tatih sambil misuh meninggalkan Marno yang tertawa terbahak-bahak.

Marno lanjut berteriak.

MARNO

Mas Gum! carterkan dokar besok!

MAS GUM (O.S)

Bocah gemblung!


CUT TO:

INT. KELAS HBS — PAGI

Kamera long shot memperlihatkan interior kelas HBS, kursi-kursi kayu jati hitam yang mengkilap berjejer rapi.

Dari bangku pojok paling belakang, kepala Marno nongol dari kolong meja, memperhatikan situasi. Dari luar terdengar suara para siswa yang baru selesai apel pagi. Marno nyengir dan langsung pelan-pelan bangkit.

Beberapa teman sekelas yang masuk terlihat cuek. Kemudian giliran Benjen, dia langsung menunjuk ke arah Marno.

BENJEN

Heh Marno! bolos apel kau! kurang ajar!

Marno cengengesan sambil melipat tangan di meja, dia mengeluarkan buku dan alat tulis dari laci kolong.

MARNO

Loh, kenapa memang? di sekolah kan wajibnya belajar, toh? bukan wajib apel pagi?

BENJEN

Itu sudah tata tertibnya, Marno! kok dilanggar?

MARNO

Ah, kenapa? toh yang dinyanyikan lagu kebangsaan Ibu mu, bukan Ibu ku! (ketawa) jadi... wajibnya untuk...? siapa hayoh?

BENJEN

(mendekat) Ini sekolahku, kamu harus ikut aturan! kamu kan pendatang baru di sini

MARNO

(senyum) pendatang? yakin?

BENJEN

Maksudmu apa, Marno?

MARNO

Siapa tuh yang datang ke Banten?2

Benjen berdecak kesal. Kemudian dia duduk di meja depan, menyamping agar bisa ngobrol dengan Marno.


BENJEN

Yasudah. Kamu menang kali ini!

Marno kelihatan puas dan mengangguk-angguk dengan tampang sok jago. Benjen cuma bisa menggeleng.

BENJEN

Eh, Marno. Pulang sekolah nanti ada waktu?

MARNO

Buat apa?

BENJEN

Mau kuajak plesir.

MARNO

Duh, maaf. Hari ini saya tidak bisa

BENJEN

Yah.... sayang. Ayolah Marno! sesekali!

MARNO

Bukan saya tidak mau, tapi ada janji, memang

BENJEN

Janji apa, sih? penting?

MARNO

Dengan Nancy

Benjen kelihatan betul-betul kaget dan tidak percaya.

MARNO

Betulan, kok

BENJEN

Kemana, memang?

MARNO

Bragaweg3

BENJEN

Hah, ikut!

Marno menggeleng.

Benjen

Pelit!

MARNO

Lah biar! apa urusan?

BENJEN

Ya penasaran!
(Jeda)
Tapi, buat apa kamu dekat-dekat dengan Juffrouw Champuijs?

Marno melirik ke kiri dan kanan, memastikan tidak ada satu siswapun yang menguping. Kemudian dia mendekat ke arah Benjen sambil berbisik.

MARNO

Orang tuanya berpengaruh, dia juga anak orang berada (jeda) ini kesempatan bagus yang orang-orang bodoh macam kalian lewatkan

Benjen merengut. Tidak mengerti.

MARNO (CONT'D)

Saya bicara soal relasi! (bisik) bayangkan setelah lulus dari sini, mau kuliah atau bekerja...
(jeda)
Orang seperti dia bisa dimanfaatkan,

Benjen mengangguk-angguk. Ekspresinya menyebalkan.

BENJEN

Betul juga...

MARNO

(ketawa) cuma orang bodoh yang menganggu sesamanya waktu muda, lebih parah lagi kalian biasanya tidak tahu, kan orang itu bakal tumbuh jadi seperti apa?

BENJEN

Tapi

MARNO

Tapi apa?

BENJEN

Kalau memang orangnya bermasalah, buat apa?

MARNO

Kalau.. secara komunal, biasanya kadang orang bermasalah lebih banyak kawannya (jeda)
Tapi, lebih baik kamu kenal tanpa harus bikin masalah sama orang itu, gimana?

Benjen mengangguk-angguk. Tidak peduli.

BENJEN

Eh, tapi mau taruhan tidak?

MARNO

Taruhan apa?

BENJEN

Antara kamu dan Juffrouw Champuijs... siapa yang menang
(ketawa)
Kamu yang manipulatif, atau juffouw Champuijs yang betul-betul kira kalau kamu memang tertarik dengannya?

Marno tertawa seolah meremehkan. Kemudian, dia mengulurkan tangannya. Mereka berdua bersalaman.


CUT TO :

________________________________________________________________________________

Catatan Kaki

Bedinde1 :Asisten rumah tangga, pelayan

Omongan marno2 : Mengacu kepada kedatangan Belanda pertama kali di pelabuhan Banten pada tahun 1596 dibawah kepemimpinan Cornelis de Houtman

Bragaweg3 : Jalan Braga



Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar