42. EXT – BERANDA RUMAH LUSI, SIANG.
Cast:
Lusiana, Anggara.
Di beranda rumah Lusi, Anggara duduk berdampingan dengan Lusi di bangku panjang. Di atas meja ada dua buah gelas berisi minuman.
Anggara mengambil gelas di hadapannya, minum beberapa teguk, kemudian meletakkan kembali gelas ke atas meja.
Anggara
Kemarin bubar rapat, gue lunch bareng Nathan.
Lusi
Berdua?
Anggara
Bertiga. Nathan enggak cerita?
Lusi menggeleng, menggigit bibir.
Anggara
Usi, gue boleh tanya sesuatu?
Lusi
Sejak kapan minta izin buat nanya?
Anggara
Nanti elo marah, terus bilang itu bukan urusan gue.
Lusi tersenyum tipis.
Lusi
Iya, enggak!
Anggara menatap Lusi lekat.
Lusi
Jadi nanya enggak?
Anggara
Elo sudah enggak sama Nathan?
Lusi terkejut, bibirnya sedikit terbuka.
Anggara
Ada gue waktu elo bilang begitu ke Ester.
Lusi menghela napas panjang, kemudian mengangguk.
Lusi
Ehm ..., gue sama Abang sepakat jadi sahabat, enggak lebih.
Anggara
Sahabat? Kaya kita gini?
Lusi mengangguk.
Anggara
Usi ....
Anggara mencondongkan tubuhnya mendekat ke Lusi.
Anggara
Gue enggak mau kita cuma jadi sahabat. Gue pengen elo jadi pacar gue.
Gue serius sayang elo, Usi. Gue enggak main-main! Sejak kita dekat, gue cuma nunggu elo. Enggak ada cewek lain.
Beberapa detik, Lusi terdiam, menatap Anggara sambil menggigit bibir.
Anggara
Kasih gue kesempatan, Usi!
Lusi
Tapi kita sahabatan, Angga! Gue enggak mau kehilangan itu.
Anggara
Gue enggak akan biarkan itu terjadi.
Gue serius sayang sama elo, Usi! Gue cinta!
Lusi
Tapi, Angga ....
Anggara menarik telapak tangan Lusi ke dalam genggaman.
Anggara
Bilang iya buat gue, Usi.
Lusi
(Frustrasi)
Angga, please! Gue enggak bisa jawab.
Anggara melepaskan genggamannya dan menatap Lusi tajam.
Anggara
Enggak bisa jawab atau enggak mau ngasih kesempatan buat gue?
Lusi
Bukan begitu, Angga!
Gue pernah hampir kehilangan dua sahabat terbaik! Gue enggak mau itu terjadi lagi.
Gue mau kita tetap sahabatan, Angga. Selamanya!
Anggara terdiam, lalu menunduk. Lusi menyentuhkan punggung telapak tangan Angga.
Lusi
Angga, please jangan marah!
Anggara menatap Lusi tajam.
Anggara
Gue enggak punya hak buat marah.
Tapi ..., gue butuh waktu buat jauh dari elo.
Anggara berdiri. Lusi menarik pergelangan tangan Anggara.
Lusi
(Frustrasi)
Angga, please jangan jauhin gue lagi!
Anggara
Elo enggak bisa menolak gue dan berharap kita tetap jalan bareng, Usi!
Anggara melepaskan tangan Lusi, lalu pergi.
CUT TO