LANDAK TANPA PERSAHABATAN
3. ACT 3 SALAH MELETAKKAN HARAPAN

ACT 3

 

1       EXT-PARKIRAN KAMPUS-SIANG HARI

Naya dan Mori dalam keadaan jongkok saat Naya menuangkan semua isi tasnya ke tanah. Dibantu oleh Mori, keduanya coba mencari-cari ponsel yang entah pergi ke mana. Naya menekan keningnya dengan tangan kanan, ditatapnya Mori yang juga terlihat panik.

 

NAYA

Kau lihat tadi aku masukkan HP ke tas!?

 

MORI

Isshh lupalah awak Nay, pokoknya siap persentasi tadi, HP-mu langsung dikasih si Juan kok. Nah dari situ awak nggak perhatikan lagi, kau masukkan ke tas atau enggak.

 

NAYA

Duh, di mana pulaklah itu ya? Nambah beban hidup aja pun. Gondok kalilah! (Mengusap-usap leher karena gelisah)

 

MORI

Coba kau tengokkan lagi ke kelas Nay, siapa tau emang tertinggal!

 

Naya mengangguk tanda setuju. Diraihnya benda-benda dari dalam tas untuk dimasukkan ke tempat semula. Mori langsung merebut tas itu dari tangan Naya.

 

MORI

Sini! Awak aja yang bereskan. Cepatlah kau larikan ke kelas, nanti keburu masuk anak D3.

 

Naya kembali mengangguk, bangkit dari posisi jongkoknya dan berlari ke arah kelas mereka yang terletak cukup jauh dari parkiran.

 

2       INT-RUANG KELAS-SIANG HARI

Naya berhenti sejenak di dekat pintu kelas yang menjadi tujuannya. Ia cukup ngos-ngosan dan terpaksa harus menstabilkan terlebih dulu pernapasan.

 

CUT TO:

 

Perhatian Juan yang duduk di bangku paling belakang terusik oleh sebuah benda berbentuk persegi panjang. Ia mendekati dan meraih benda itu.

JUAN

(Meraih ponsel dengan case biru muda dari dalam laci sebuah meja) Inikan HP si Naya!

 

Juan mendekati Yuna yang sudah menoleh padanya. Diberikan ponsel itu pada Yuna. Dengan seksama Yuna memeriksa fisik ponsel tersebut.

 

YUNA

Eh iya benar, HP si Nayalah ini. Makasih ya! (Memasukkan ponsel ke dalam tas)

 

JUAN

Btw, si Naya udah punya cowok belum? (Sedikit berbisik)

 

YUNA

Dia jomblo akut. (Fokus memainkan ponsel miliknya)

 

JUAN

(Membuat tangan tanda ‘Yes’, Jeda) Kalau gitu, bisalah kau combalangi kami.

 

YUNA

(Memutar kursi menghadap Juna) NO! Naya itu belum pernah jatuh cinta, jadi bakalan susah.

 

JUAN

Ayolah Yun! Kau kan sahabatnya, dia pasti mau kau yang comblangi.

 

CUT TO:

Setelah merasa lebih baik, Naya berjalan pelan hingga tepat berada di depan pintu. Ia tersenyum, saat menyadari Yuna masih berada di dalam kelas.

 

YUNA

Juan…, aku sama Naya cuma teman, bukan sahabatan.

 

Naya yang terlihat ingin menyapa, langsung mengatupkan kembali mulutnya yang terbuka. Ia mematung dengan tatapan yang tak lagi terarah. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya.

 

JUAN

Bah bukannya? Tapi kulihat kalian terus main sama. Ke mana-mana sama. Di mana ada Yuna, pasti ada si Naya dan si Mori.

 

YUNA

Jadi kalau ke mana-mana sama, harus jadi sahabat gitu? Kan enggak! Macam betol aja, Juan… Juan… masih kurang jauh mainmu, masih terlalu cepat pulangmu! (Menggelengkan kepala)

Naya langsung menyingkir dari tempat kejadian. Sedangkan Yuna meraih binder yang lebih besar dari tasnya. Yuna bangkit dari duduknya dan hendak berjalan ke luar, tapi Juan menarik tangannya.

JUAN

Is… tolong napa Yun, kau loh yang paling dekat sama dia kutengok!

 

YUNA

ENG-GAK! Aku nggak mau ikut campur urusan percintaan orang. Berjuang sendiri aja ya, harus gentle!

 

Yuna menepuk pundak Juan dan berlalu meninggalkan ruang kelas.

 

JUAN

Kalau nggak dapat pacar sekarang, wisuda tahun depan nggak ada pendamping dong. Huhft…nasib anakmu inilah mak’e. (Duduk di bangku Yuna tadi)

 

3       EXT-PARKIRAN KAMPUS-SIANG HARI

Naya berlari sambil berinai air mata menuju parkiran. Mori yang terlihat menenteng tas Naya sambil duduk di atas motor matic, seketika bangkit dan berjalan mendapatkan Naya.

 

MORI

Nay… kenapa? HP-nya hilang? (Prihatin, memegangi kedua bahu Naya)

 

NAYA

(Menatap Mori penuh harap) Apa hubungan kita? (Sesenggukan)

 

Mori membelalakkan mata, pupilnya membesar, seperti ada sebuah serangan yang dilemparkan, tapi ia tidak tahu keadaan.

 

MORI

(Celingak-celinguk karena takut salah jawab) Ki-kita teman belajar? (Menjawab dengan polos sembari mengulum senyum)

 

NAYA

Hah… Teman belajar!? (Air mata mengalir tanpa berkedip) Aku pikir kalian beda, nyatanya sama. (Mundur beberapa langkah)

 

MORI

(Berusaha meraih Naya) Nay, jelaskan dulu ada apa? Awak nggak tahu apa-apa.

 

Naya menyeka air mata, lalu membalikkan badan untuk pergi. Ia tidak berlari, tapi langkahnya sangat cepat dan terburu-buru. Dengan wajah yang diterpa angin, air mata kembali berlinang tak tertahan.

 

Mori mengepal tangan, tak berani mengejar. Mori menghela napas tanda keresahan. Kaki berjalan kembali ke arah motor di parkiran. Dilihatnya masih ada barang Naya yang tertinggal, lalu digantungkan pada pengait barang di motor. Kemudian menaiki motor, menghidupkannya dan bergegas hendak memutar kendaraan tersebut. Tiba-tiba Mori yang sedang larut dalam pikirannya, dikejutkan oleh sebuah suara.

 

BOY

(Menepuk pundak Mori) Woi anak Tanjung!

 

MORI

Astafirullah Al Azim!! (Membalik badan, memijat kening dengan tangan kanan) Astaga Boy, bisa nggak kau itu jangan ngajak betombok terus!?

 

BOY

Ya maap, namanya juga sorry. Lagian kau kayak orang lagi ketiban bencana aja, muka ditekuk-tekuk.

 

Mori menghela napas, memposisikan diri untuk berkendara lagi. Boy yang merasa diabaikan, mengambil alih jalan dan menghadang motor Mori untuk lewat.

 

MORI

Apa lagi sih Boy? Awak masih banyak urusan, minggir kau atau kutabrak!? (Wajah mengancam)

 

BOY

Sabar sikitlah! Buru-buru kali pun. (Jeda) Mana kekasihku? Ada kau lihat?

 

MORI

(Memandang kesal) Pertama, aku bukan emaknya. Kedua, kau bisa nelpon langsung orangnya! Jadi minggir sekarang juga!

 

YUNA

Hasianku… sayangku… detak jantungku… (Terlihat berlari ke arah parkiran)

 

Mori dan Boy memandang ke sumber suara. Mori memandang jijik adegan yang ada di depan mata. Sementara Boy terlihat kagum dengan wajah ceria kekasihnya, ditambah lagi angin yang menerbangkan rambut panjang Yuna. Terlihat indah dan mempesona, tangan Boy yang tadi dipakai menghadang, turun secara perlahan. Kini tangan itu dipakai untuk memeluk Yuna yang sudah ada di hadapan.

 

BOY

(Melepas pelukan) Anak-anak kita nanti pasti bangga, kalau kecantikan Ibu mereka mengalahkan bidadari. (Menatap Yuna sangat melekat)

 

YUNA

(Memegangi pipi yang merona) Ahh… Hasian bisa aja. (Jeda) Tapi Hasian kok nggak bilang mau jemput sih?

 

Boy berjongkok ala pria yang akan melamar wanitanya. Lalu meraih setangkai mawar dari saku celana belakang dan memberikannya pada Yuna.

 

BOY

Kejutan! (Tersenyum manis) Hanya untuk Yunaku seorang. Happy moonsary Hasianku!

 

Yuna terlihat kagum dan terbuai sampai mulutnya yang mengaga ditutup dengan tangan. Mori mulai mendengus kesal melihat adegan romantis yang baginya sangat menjijikkan.

 

MORI

Bisa nggak kalau mau bucin-bucinan jangan ngalangin jalan orang!? Minggir sana!

 

Yuna meraih bunga yang ada di tangan Boy dan Boy segera bangkit berdiri. Keduanya menyingkir dari depan kendaraan Mori.

 

BOY

(Menepuk motor Mori) Elleh, bilang aja iri, dasar LDR! (Mengelus kepala Yuna) Udah yuk Hasian kita pergi kencan aja! Udah kusiapkan rute perjalanan dan tempat makan malam romantis untuk kita.

 

Yuna semakin terpikat, mengangguk dengan cepat. Namun sebelum pergi, ia teringat bahwa ponsel Naya harus dikembalikan. Wajahnya murung seraya mengeluarkan ponsel dari tas, lalu berbisik pada Boy.

 

YUNA

Em… sepertinya rute kita akan sedikit berubah. HP Naya ketinggalan. (Menunjukkan ponsel pada Boy)

 

Yuna dan Boy membuat gaya yang sama seolah berpikir keras. Tiba-tiba Yuna mendapat ide brilian, ia berbisik pada Boy untuk kedua kali. Dengan intruksi yang diberikan, Boy mengangguk dan berjalan duluan ke gerbang parkiran, di mana motor diletakkan.

 

Mori memperhatikan gerak-gerik pasangan itu dengan raut curiga. Ia merasa akan datang musibah yang menimpa. Pandangan Mori terus mengikuti aktivitas yang dilakukan oleh Boy. Terlihatlah Boy yang menaiki dan menghidupkan mesin motor CBR. Dengan cepat Mori memandang Yuna yang cengar-cengir dan mulai mendekat perlahan.

 

MORI

Apa!? (Membentak) Sibuk awak hari ini, habis ngantar tas si Naya, mau ngawani si Vanka lagi. Jadi nggak u_

 

YUNA

(Menepuk tangan Mori) Nah, itu dia poin pentingnya!

 

Mori mengerutkan kening dan Yuna meraih tangan Mori. Telapak tangan Mori dibuka untuk meletakkan ponsel Naya. Setelah ponsel itu tergenggam, Yuna berteriak sambil berlari kencang menyusul Boy.

 

YUNA

Tolong balikin HP Naya ya, tadi ketinggalan di kelas. Makasih Mori.

 

Setelah naik diboncengan, Yuna melambaikan tangan pada Mori sembari berlalunya motor itu dengan cepat. Mori menggeleng pasrah, melihat ponsel di tangan dan memasukkannya ke dalam tas Naya.

 

MORI

(Menepuk jidat) ASTAGA! Kenapa tadi nggak awak tanya kenapa si Naya nangis. Oalah otak, otak udah teracuni adegan bucin pulaknya.

 

Mori menstater motor yang sudah mati karena terlalu lama didiamkan. Lalu ia berangkat menuju kos an Naya.

 

4       INT-DEPAN PINTU KAMAR NAYA-SIANG HARI

MORI

Makasih kak.

 

Teman kos Naya membalas dengan senyum, lalu pergi untuk kembali ke kamarnya. Mori sedikit ragu untuk mengetuk pintu, dilihatnya gagang pintu yang rusak.

DALAM HATI

MORI

Hadeuh, kenapa sih budak ni! Pasti kunci kamar ada di dalam tas.

Mori menyendengkan telinga ke dinding pintu. Terdengarlah suara isak Naya yang samar-samar. Kali ini Mori berusaha tenang dan memberanikan diri. Diketuknya kamar Naya dengan lembut.

Tok… tok…

MORI

Nay? Kau nggak apa-apa kan? (Jeda, mengigit bibir) Ya udah, kau tenangi diri dulu ya! Kalau udah siap cerita kau boleh langsung telpon awak kok. Aku letakin tasmu di depan pintu ya. HP-mu juga udah di dalam, tadi dititipin si Yuna.

Mori menunggu Naya untuk setidaknya berkata satu patah kata, tapi tetap saja tidak ada jawaban. Karena sudah menyerah, Mori meletakkan barang Naya seperti yang sudah ia katakan.

MORI

Awak pulang ya Nay. (Berjalan meninggalkan kamar)

 

5       INT-DALAM KAMAR NAYA-SIANG HARI

Naya masih dengan pakaian kuliahnya, rambut terurai dan mata yang sembab. Ia bangkit dari tidurnya dan berjalan ke arah pintu sembari memastikan Mori memang sudah pergi. Dibukanya engsel pintu, sebagai pelindung yang tersisa. Naya memandangi lorong kos-an yang terlihat sepi tanpa penghuni yang lalu lalang. Indekos itu terdiri dari beberapa kamar yang berada dalam satu atap rumah. Setelah merasa aman, Naya memandang ke bawah, melihat dan meraih tas-nya.

 

Naya kembali mengunci pintu kamar, duduk di atas kasur dan merogoh tas untuk mengeluarkan ponsel. Ia coba menghidupkan layar ponsel, tapi hanya layar hitam yang terlihat. Naya meraih alat pengisi daya dan membiarkan ponsel berada di atas meja.

 

6       INT-RESTORAN-MALAM HARI

Yuna dan Boy terlihat sudah selesai menikmati menu malam. Kini yang tersisa hanya minuman yang tak sampai setengah gelas.

 

BOY

Nggak jadi nelpon si Naya?

 

YUNA

Oh iya, bentar.

 

Yuna meraih ponsel yang terletak di atas meja, memilih kontak yang diberi nama ‘Anak Medan, kurang pergaulan’. Menekan tombol call dan mendekatkan speaker ponsel ke telinga.

 

(Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan)

 

Wajah Yuna muram, diletakkannya kembali ponsel ke atas meja. Boy yang penasaran bertanya dengan isyarat mulut.

 

YUNA

Nggak aktif. Duh, gimana ya? Takutnya kalau nggak diingatkan, dia lupa bawa buku praktekku. (Cemberut)

 

BOY

Coba Hasian telpon si anak Tanjung itu dulu, entahnya belum dibalikkan dia HP si Naya.

 

Yuna coba kembali melakukan panggilan, kali ini tertuju pada nomor Mori. Panggilan itu tidak digubris oleh penerima. Yuna mencoba sekali lagi dan akhirnya panggilan dijawab dengan suara riuh seperti sedang berkendara.

 

YUNA

Halo Ri, tadi jadi kau balikkan HP si Naya? Soalnya aku telpon nggak aktif nomornya.

 

INTERCUT WITH MORI

 

MORI

Udah kubalekkan kok. Tapi, tadi dia nangislah pas mau pulang. Tau kau kenapa? (Fokus melihat jalan dengan ponsel yang dijepit menggunakan helm)

 

YUNA

Nangis? Kok bisa? (Kaget)

 

Boy yang terlihat ingin tahu, mendekatkan telinga ke ponsel Yuna. Namun, Yuna menurunkan ponsel dan menghidupkan speaker panggilan. Boy pun menormalkan posisi duduknya.

 

MORI

Kalau awak tau, nggak awak tanyak sama kau. (Melakukan belokan)

 

YUNA

Eh iya juga sih. Terus gimana itu?

 

MORI

Nantilah awak telpon lagi kau ya. Awak lagi di jalan mau ngantar si Vanka pulang. (Menutup telepon dan memberikannya pada Vanka yang berada di boncengan.

 

BOY & YUNA

Yah, dimatiin…

 

BOY

Belum apa-apa, ceritanya udah bersambung aja.

 

Yuna menegadahkan kedua tangan dan mengangkat kedua bahu secara bersamaan. Ini mengisyaratkan bahwa Yuna pun tak tahu apa yang terjadi.

 

7       INT-KAMAR NAYA-MALAM HARI

Naya yang baru bangun tidur menguap berkali-kali. Direganggangkannya tubuh agar kembali segar. Dilihatnya jam waker yang menunjukkan pukul 02.05 dini hari. Naya meraih ponsel dan mengaktifkannya. Ada satu panggilan tak terjawab dari Yuna dan sebuah pesan yang mengingatkan Naya agar membawa buku praktek Yuna yang tertinggal beberapa hari lalu. Naya membacanya, namun mengabaikan pesan.

 

Naya beralih ke sosial media yaitu Instagram dan melihat beberapa story Mori yang mengambarkan kebersamaannya dengan Vanka. Naya membuka profil Mori dan mulai menscroll postingan yang ada di feed. Satu per satu diperhatikannya dengan detail. Setiap postingan selalu bersama dengan Vanka. Tidak ada postingan diri sendiri maupun bersama Yuna dan Naya.

 

NAYA

Seharusnya aku paham dari awal. (Mengelus leher sambil menutup mata)

 

Naya membuka mata dan pandangannya terhenti pada sebuah celengen yang terletak di bawah tempat tidur. Naya meraih benda berbentuk beruang dan menatap lekat kertas yang direkatkan di atasnya. Ada sebuah tulisan yang berbunyi ‘Demi liburan bareng Yuna & Mori’. Naya mengungcang celengan untuk menimbang apakah isinya sudah cukup banyak.

 

Tanpa pikir panjang, Naya membongkar celengan dengan semangat. Setelah semua uang dikeluarkan, Naya merapikan seluruh uang dan menghitungnya secara perlahan.

 

NAYA

Kayaknya ini udah cukup.

 

Naya memasukkan uang ke dalam dompet yang tidak terlalu besar, hingga saat ingin menutup kembali, kancing dompet sedikit susah digerakkan. Setelah berhasil ia mengambil ponsel dan melakukan penelusuran tempat wisata yang ada di daerah Sumatra Utara.

 

CUT TO:

Naya terlihat menyusun beberapa pakaian ke dalam kopernya yang berwarna biru muda. Koper itu tidak terlalu besar, namun cukup memuat keperluan Naya. Setelah selesai koper pun ditutup dengan rapat. Di atas koper, telah diletakkan tas sandang yang akan ikut dalam perjalanan. Baju untuk keberangkatan pun sudah tersedia di atas kasur.

 

NAYA

Akhirnya siap juga. (Senyum Naya mengembang entah untuk apa)

 

8       INT-KAMAR NAYA-PAGI HARI

Mori marah-marah pada Yuna yang datang terlambat.

 

MORI

Kau kalau dibilang cepat, ya cepat! Terus terlambat kalau ke mana-mana. Sempat-sempatnya lagi bersolek, udah tahu keadaan lagi darurat.

 

YUNA

Ya aku mana tau kalau si Naya bakalan sampe pergi kek gini. Kaunya, kelamaan nelpon semalam, mana lagi kudengar, udah tidurlah aku.

 

Dengan penampilan yang sudah rapi, teman se-kos Naya terlihat masuk ke kamar dan menyodorkan buku praktek pada mereka.

 

TEMAN KOS NAYA

Ini tadi dititipin si Naya. Niatnya mau Kakak gojek-kan kian tadi. Udah dikasih si Naya juga nomormu, tapi kalian udah di sini.

 

YUNA

(Menerima buku) Jadi Kak, nggak ada dibilang dia mau pigi ke mana?

 

TEMAN KOS NAYA

(Menggeleng) Tapi dia bawa koper tadi. Kalian berantam atau dia lagi ada masalah?

 

MORI

Enggak Kak, cuma kami pun nggak tahu dia kenapa.

 

TEMAN KOS NAYA

Ya udah. Kakak berangkat kerja dulu ya, nanti tarikkan aja pintu kamar si Naya. Kalau pintu gang, minta tolong aja nanti sama teman di kamar nomor 3.

 

YUNA & MORI

(Mengangguk) Makasih kak.

 

Teman kos Naya keluar dari kamar. Kegelisahan Mori dan Yuna kembali menghantui.

 

YUNA

Apa mungkin dia pulang ke tempat Mamaknya?

 

MORI

Ya nggak mungkinlah. Rumahnya pun cuman satu setengah jam dari sini, masa sampe bawa koper segala?

 

YUNA

Iya juga sih…. Mau nelpon juga udah diblock sampai ke sosmed.

 

MORI

AH! (Bersorak menandakan ada sebuah jalan keluar) Kau masih ingat si Sien-Sien itukan? Kita tanyak aja dulu dia, kita cari akun IG nya dari follower si Naya.

 

Yuna yang juga setuju dengan ide tersebut segera mengangguk dan meraih ponsel untuk mencari akun Sien. Keduanya pun fokus menatap layar ponsel yang bersinar.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar