LANDAK TANPA PERSAHABATAN
2. ACT 2 'TUHAN, AKU MEMBUTUHKAN MEREKA. TERIMA KASIH!'

ACT 2

 

Kembali ke masa sebelum Naya memutuskan pergi ke Danau Toba.

 

1       INT-RUANG KELAS-SIANG HARI-FLASHBACK

Suasana belajar-mengajar sedang berlangsung. Terlihat seorang dosen sedang mengajar di depan kelas. Ponsel Naya yang sedang dimainkan diam-diam, bergetar tanda panggilan masuk. Naya mengangkat dan membuat suara bisikan agar tidak ketahuan. Ia pun mulai merunduk.

 

NAYA

Halo? Ada apa Sien? (Menutup mulut)

 

INTERCUT WITH SIEN

 

SIEN

Sabtu ini ada waktu luang nggak Aya? Temenin beli dekorasi buat pesta ulang tahun dong? (Memberi uang ke seorang kasir)

 

NAYA

Sorry, Sabtu ini aku mau ngerjain tugas kelompok sama kawan.

 

SIEN

Emm baiklah, tapi Minggu malam kau harus datang ya, janji? (Mengambil bil dan kembalian)

 

BAPAK DOSEN

NAYA!! Kelas saya bukan untuk telpon-telponan! (Melipat kedua tangan di dada sambil menggenggam sebuah spidol)

 

Seketika, tangan Naya gemetaran dan langsung mematikan telepon, menegapkan kembali tubuh yang tadi sedikit merunduk.

 

SIEN

Aya? (Melihat panggilan terputus dan memilih menyimpan ponsel)

 

NAYA

Ma-ma-af Pak. (Terbata, kedua tangan saling meremas dan sedikit berkeringat)

 

BAPAK DOSEN

Sekarang keluar! Untuk pertemuan kali ini kamu, saya anggap tidak hadir. (Suara datar dan nyaris tanpa ekspresi)

 

NAYA

Yah… Pak jangan gitu dong. (Menepuk meja pelan dengan wajah memelas)

 

BAPAK DOSEN

KELUAR!! (Teriak)

 

Mahasiswa lain terlihat merunduk dan takut. Naya tak lagi coba untuk membantah, dia segera menyusun buku-buku di meja, berjalan lunglai menuju pintu keluar. Sebelum benar-benar keluar, Naya berbicara dengan nada yang lebih cocok disebut berbisik.

 

NAYA

Seharusnya Bapak nggak boleh ngusir saya, kan saya jadi enak istirahat duluan.

 

BAPAK DOSEN

(Mengetuk meja, wajah terlihat mengancam) Apa kamu bilang!?

 

NAYA

Eh… enggak Pak, hanya bilang saya ijin keluar duluan. Permisi Pak! (Menyengir dengan sedikit ketakutan)

 

Naya akhirnya hilang dari pandangan. Dosen kembali menulis di papan tulis. Tak sampai 15 detik, Naya kembali ke depan pintu kelas. Ia menjulurkan lidahnya, membuat telapak tangan di telinga kiri dan kanan untuk mengejek teman-teman. Semua mahasiswa yang sedang belajar mulai gelisah secara bersamaan, keluarlah suara-suara kecil tanda keluhan.

 

SELURUH MAHASISWA

Huhft…(Adegan gelisah; ada yang menutup buku, meletakkan pena, mengusap wajah dan mengusap rambut)

 

Dosen yang sedang menulis, merasa terusik dan dengan cepat membalikkan badan menghadap mahasiswanya.

 

BAPAK DOSEN

Kenapa ribut!? (Membentak dengan setengah berteriak)

 

Naya segera menyingkir dengan cepat. Teman sekelas kembali tenang dan pura-pura kembali pada aktivitas mencatatnya.

 

2       EXT-KANTIN KAMPUS-SORE HARI

Suasana kantin tampak riuh dan ramai. Bahkan Naya terlihat sedang duduk di bangku cadangan yang diletakkan di luar kantin. Naya terlihat menikmati jus yang ada di meja, pohon rindang yang ada di dekatnya menambah suasana sejuk. Angin sepoi menerbangkan helai rambut Naya yang tidak terlalu panjang. Sedang Yuna dan Mori terlihat membawa menu makan siang untuk gabung bersama Naya. Yuna dan Mori meletakkan menu makan siangnya di atas meja, tapi Mori melakukannya dengan emosi sehingga piringnya menghasilkan bunyi. Keduanya langsung duduk di kursi kosong dan Mori memasang wajah merengut.

 

MORI

Apa contoh? Seyogyanya, ya apa lagi? Jadi, kalau nyebrang harus dari zebra cross.

 

Mori mengulangi beberapa kalimat yang biasa digunakan dosen mata kuliah aspek hukum dalam informasi. Ia melakukannya dengan nada dan ekspresi mengejek. Naya dan Yuna terpingkal-pingkal oleh adegan lucu di depan mata.

 

NAYA

Iss, iss, iss kau Mori, nggak boleh kek gitu! (Membuat pandangan prihatin dan menggeleng)

 

MORI

Ye, kau nasehatin pulak awak. Gegara kau ribut tadinya itu, jadi ditambahlah jam belajar kami. (Menatap Naya dengan sinis)

 

YUNA

Udahlah, jangan ngomel terus, stroke nanti kau! (Mengelus punggung Mori dengan pelan)

 

Mori menapis tangan Yuna, tapi tidak terlalu kuat. Naya menahan tawanya yang hampir kelepasan.

MORI

Apa pulak kau atur-atur awak? (Mengaduk makanan yang ada di hadapannya)

 

YUNA

Ahh yang susahan dibujuk anak Tanjung Balai ini. Makan kaulah nasimu itu, nanti nggak jadi vitamin!

 

MORI

Gimana mau jadi vitamin? Makan siangnya aja jam tiga sore, selera pun tidak lagi awak! Ini namanya merebut hak is-ti-ra-hat mahasiswa. Lagian udah tua juga, masa semangat ngajarnya kelewat!? Harusnya dia lebih banyak istirahat.

 

Yuna yang sudah kelaparan mulai menyuapi pesanannya ke mulut. Perlahan tapi pasti, ia menguyah makanan dengan semangat.

 

NAYA

Udah, jangan marah-marah lagi kau! Ada hikmahnya itu semua, cepatlah makan keburu basi nasimu itu! (Menunjuk piring Mori dengan dagu)

 

MORI

Kau sih enak, disuruh keluar duluan. Bisa langsung makan siang dan menikmati indahnya jadi mahasiswa.

 

NAYA

Enak dari mana coba!? Udah ngikutin pelajaran satu jam lebih, malah dianggap absen. Nyesek nih dada! (Menepuk dada sebanyak 5x dengan cepat)

 

MORI

Lagian nih ya, orang-orang bakalan kuliah, belajar, kuliah, belajar, pintar and then sukses. Kalau kita!? Kuliah, belajar, kuliah, belajar and then mati kena tipes.

 

NAYA & MORI

Hah… (Nada mengeluh tanda setuju dengan omelan Mori barusan. Kedua siku tangan dibuat di atas meja, telapak tangan menopang dagu.)

 

YUNA

(Bersendawa) Ah, enak kalilah masakannya.

 

Mori dan Naya kaget dan spontan mengerutkan hidung. Piring Yuna yang tadi dipenuhi banyak makanan, kini hanya menyisakan tulang ayam. Sementara Yuna bersikap tidak terjadi apa-apa, meraih tissue dan membersihkan mulutnya dengan perlahan.

 

YUNA

(Merogoh tas, jeda) Nay, bawa liptint nggak? (Memandang penuh harap)

 

NAYA

(Menggeleng) Nggak ada. Lagian sejak kapan aku mau bawa-bawa kayak gituan ke kampus!?

 

YUNA

Ya siapa tahu kali ini bawa. (Memindahkan pandangan pada Mori)

 

Mori yang merasa dipandangi, langsung menggeleng cepat dan memakan nasi yang sedari tadi diangguri. Yuna pun memanyunkan bibir dan tampak kehilangan mood baik.

 

NAYA

Udahlah! Pala berdandan lagi, udah mau pulang pun.

 

YUNA

Tapi nanti dijemput doi, aku harus tetap cantik, imut dan fresh-lah pokoknya. Kalau penampilan nggak dijaga, nanti dia malah berpaling. Kan lagi musim pelakor sekarang. (Jeda) Aduh gimana nih!? (Memperlihatkan panik yang dibuat-buat)

 

Mori tiba-tiba menghentikan suapannya. Menghentakkan garpu dan sendok ke piring.

 

MORI

Macam kau aja yang punya pacar bah. Awak pun punyanya, tapi nggak pala hebohnya kayak kau. Lagian kalau cowok kau memang bangsat, secantik apapun kau percumanya.

 

YUNA

Idage1, bilang aja kau sirik. Kau kan LDR, ya emang nggak perlulah tampil mempesona kayak aku.

 

Yuna dan Mori saling membuang muka, Naya hanya menggeleng melihat kekanakan kedua temannya.

 

3       EXT-PARKIRAN KAMPUS-SORE HARI

Yuna memoleskan kuas kecil berwarna merah ke bibirnya. Dibantu layar ponsel, ia meratakan warna bibir dengan baik. Yuna memberikan liptint kepada Ara selaku pemiliknya.

 

YUNA

Makasih.

 

Tanpa menunggu jawaban, Yuna berlari kecil mendapatkan Mori dan Naya yang sudah berjalan 10 meter di depannya. Setelah berhasil menyusul, ia meraih pundak kedua temannya dan terlihat sedikit ngos-ngosan.

 

YUNA

Cepat kali pun kalian jalan. Nggak setia kawanlah.

 

MORI

Jadi maksudmu, harus kami tunggui kau minjam liptint si Ara? Macam betul ajalah!

 

YUNA

Ya udah sih, nggak usah ngamok!

 

NAYA

Udah jangan ribut lagi! Itu cowok kau udah datang. (Menunjuk dengan dagu ke arah gerbang parkiran)

 

Pacar Yuna melambai kecil dari atas motor. Yuna langsung tersenyum manja, merapikan rambutnya dan berbisik pada kedua temannya.

 

YUNA

See you soon bebh. Mau ngebucin dulu ya, bye. (Berjalan ke gerbang parkiran)

 

Mori dan Naya hanya mematung sampai sepasang kekasih itu berlalu dari pandangan.

 

4       EXT-INDEKOS NAYA-SORE HARI

Naya turun dari boncengan Mori, mengembalikan helm dan merapikan rambut yang berantakan.

 

NAYA

Nggak mampir dulu kau?

 

MORI

Nggak usahlah Nay. Awak juga mau pigi lagi sama si Vanka.

 

NAYA

(Mengangguk pelan) Okelah. Makasih ya, hati-hati di jalan. See you.

 

Mori membentuk tanda oke dengan jari, lalu menstater motor matic-nya dan segera berlalu. Naya menghela napas dan masuk ke dalam indekos.

 

5       INT-KAMAR YUNA-TENGAH MALAM

Naya dan Mori terlihat lesu sambil merapi-rapikan buku yang berserakan di lantai, sedang Yuna tetap serius menatap layar laptop dan mengetik bebarapa baris kalimat.

 

YUNA

(Menekan tombol send di gmail dengan semangat) Yes! Akhirnya siap juga. Fiuhh… untung masih sempat. (Me-lap kening yang sebenarnya tidak berkeringat)

 

MORI

Baguslah. (Menatap buku-buku yang sudah tersusun rapi di rak)

 

YUNA

Kenapa pulak kalian dua nggak semangat? Udahnya siap tugas, dikirim tepat waktu dan yang capek ngetikkan aku?

 

NAYA

Kau pulak, kemarin janjinya ngerjain tugas hari Sabtu, ini malah jadi hari Minggu. Nggak konsisten kali.

 

MORI

Entah ini, padahal mau nginap di kos si Vanka kian awak. (Bersungut)

 

Naya melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 23.45 WIB. Ia mematikan mode pesawat yang sedari tadi sore sengaja ia pasang. Puluhan pesan dan panggilan tidak terjawab bermasukan satu per satu. Naya menghela napas.

 

NAYA

Mana sempat lagilah ini. (Menatap ponsel yang memampangkan pesan WhatsApp dari Sien)

 

YUNA

Ya maaplah woi (Nada membujuk), namanya juga tiba-tiba semalam aku harus ngantar Mamak-Bapakku ke bandara. Udahlah kami jarang jumpa, masa nggak bisa kuberangkatkan orang itu.

 

Mori menyeret pantatnya agar semakin dekat dengan Naya. Ia melirik ponsel Naya yang masih berhenti pada pesan Sien. Mori berucap “Wih banyak”, namun tanpa suara.

 

MORI

Nay, nggak coba telpon aja? Jelasin gitu situasinya.

 

Naya langsung mengunci layar ponsel. Meletakkannya di atas meja.

 

NAYA

Udahlah biarin aja. (Berdiri dan berjalan ke arah kamar mandi)

 

MORI

Tuhkan, gegara kaulah itu! (Melotot pada Yuna)

 

YUNA

Kok aku pulak!? Aku juga mana tau tiba-tiba orang itu harus ke luar kota lagi. Malaslah disalahin mulu. (Menutup laptop dan beranjak ke atas tempat tidur)

 

Mori menunjuk ke arah atas, membuka mulut seolah ada ide yang tengah melintas di kepala. Ia bangkit dari duduknya, menatap Yuna dan mulai berdehem.

 

MORI

Una, (Nada bermanja) lagi pengen sesuatu yang pahit tapi hangatlah. Boleh awak bancur2 kopikan? (Mengedip-ngedipkan mata sambil tersenyum lebar)

 

YUNA

Bancur-bancur, seduh bilang! Bahasa kau pun, bahasa alien. Udah kau tengok aja di dapur, banyak itu minuman yang bisa diseduh! Sekalian kau buatkan kami dua gelas coklat panas.

 

MORI

(Wajah merengut) Bahasa Tanjung loh, bukan bahasa alien.

 

Yuna yang tidak ingin mendengar apapun, segera menarik selimut untuk menutupi kepala. Mori pun berlalu sesuai tujuannya.

 

6   INT-MALL-SIANG HARI

Naya, Yuna dan Mori terlihat menikmati permainan time zone di sebuah mall. Tawa lepas mereka senada dengan warna baju yang sama. Naya mendapat giliran untuk memasukkan bola basket ke dalam ring. Ia sudah memasang kuda-kuda, tapi getaran ponselnya menghalangi. Dirogohnya saku celana dengan tangan kanan dan bola diambil yang di tangan kiri diambil alih oleh Mori.

 

NAYA

(Menjauh beberapa langkah) Halo Sien, (Jeda) kita chat-an ajalah ya! Lagi di luar aku, ribut kali di sini. (Menekan ponsel dengan kedua tangan ke telinga)

 

Naya menekan-nekan tombol tambah volume pada ponsel, tapi tetap saja suara di seberang masih tidak terdengar jelas. Sesekali Naya masih memperhatikan Yuna dan Mori yang lagi sibuk berebutan bola sambil tertawa.

Naya menjauhi daerah permainan ke tempat yang sedikit lebih kondusif. Di seberang telepon, Sien sedang duduk di taman kampus sambil memegangi buku tentang kesehatan.

 

INTERCUT WITH SIEN

 

SIEN

Minggu kemarin, kenapa Aya nggak datang?

 

Suara Sien terdengar sangat lesu dan pandangan lurus ke depan. Namun, pandangan Naya terfokus pada ubin mall yang berwarna putih. Naya diam beberapa saat, lalu mengangkat kepala untuk memandang dua gadis yang mulai pindah permainan.

 

NAYA

A-aku ada kesibukan mendadak. Maaf. (Kembali memandang ubin)

 

SIEN

Tapi Aya, itu hari ulang tahunku. Masa nggak bisa ditunda? Paling tidak datang sebentar untuk memberi ucapan. Kita juga udah lama nggak jumpa. (Menatap buku yang berada di tangan)

 

MORI

Ayo! Awak sama Una mau beli minum! (Menarik lengan Naya dengan cepat)

 

Naya yang tak menduga, menjatuhkan lengan satunya ke bawah, ia lupa mematikan panggilan yang sedang berlangsung. Ketiga gadis itu berjalan sambil bergandeng tangan. Semua tampak menikmati suasana, kecuali Naya yang pikirannya masih melayang.

 

Di seberang telepon, Sien mendengar tawa canda yang membuatnya menggigit bibir bawah dan mematikan panggilan. Gadis berambut panjang itu tidak berekspresi, tapi beberapa bulir air matanya jatuh tanpa suara tangis.

 

7   EXT-DI LUAR MALL-MENJELANG SORE HARI

Mori, Yuna dan Naya terlihat sedang berdiri di depan sebuah gerobak penjual minuman yang berada tidak jauh dari mall. Yuna menggigit kuku telunjuknya sambil melihat menu yang tertempel di gerobak jualan.

YUNA

Buble tea-nya satu Bang! (Membuat angka satu dari jemari)

 

MORI

Emm… awak apa ya? (Menggeser-geser jemari di menu)

 

YUNA

Buble tea aja, recommended kali soalnya. Pasti kau suka. (Bersemangat)

 

MORI

Enggak mau awak. Buble tea di sini aneh (Bersungut). Kalau di Tanjung Ba_

 

YUNA

Sssstt… (Menutup mulut Mori dengan telunjuk) Nggak usah kau bawak-bawak Tanjung Balai kau itu. Ini Medan, senggol bacok.

 

MORI

(Menyingkirkan tangan Yuna) Apa sih nggak nyambong!

 

Menyadari ada yang diam-diam saja, Yuna menolehkan pandangan ke arah Naya. Naya memandang gelisah ponselnya.

 

YUNA

Naya! (Jeda) Woi Naya! (Setengah berteriak)

 

NAYA

Hah!? Iya? Kenapa!? Samakan aja! (Wajah kebingungan)

 

Yuna menatap curiga pada Naya dan seketika Naya cengengesan sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal sama sekali. Yuna menggeleng tanda memaklumi.

 

8  EXT-DI TAMAN SEKITARAN MALL-MENJELANG SORE HARI

YUNA

Idih! Tadi katanya nggak mau Buble tea. Sekarang, belum juga satu menit, udah tinggal es-nya aja. (Memandang jijik Mori yang sedang menikmati minumannya)

 

MORI

(Menyingkirkan sedotan dari mulut) Hihihi… Enak ternyata.

 

NAYA

Wait, wait (Membuat kedua telapak tangan yang menandakan tunggu)! Kenapa kita mainnya di mall, beli minumnya di luar mall dan nikmatinnya malah di taman? Kayak (Jeda), kayak kurang kerjaan nggak sih!?

 

YUNA

Gini loh anak Medan, yang kurang pergaulan, time zone cuma ada di mall. Kalau beli minum di mall, gadak uang, sekarang tanggal tua. Lagian kitakan lagi nabung. Nah, biar kalau bikin story tetap estetik, minumnya lebih baik di taman. (Senyum bangga karena merasa memiliki pemikirannya brilian)

 

Mori menjentikkan jarinya, mengambil ponsel di tas kecil dan terlihat membuka Instagram. Diangkatnya ponsel untuk mengabadikan sebuah momen.

 

MORI

Guys, tengok sini, boomerang!

 

Naya dan Yuna spontan menghadap kamera dan mengambil sikap untuk bergaya.

 

MORI

Satu, dua, tiga! (Menekan salah satu tombol pada layar ponsel)

 

Ketiganya bergerak sesuai mode yang dipilih. Setelah selesai, Yuna dan Naya kembali ke posisi dan topik semula.

 

NAYA

Ada benarnya juga sih. Tapi kaukan bukan anak kos, emangnya ngerasain dampak tanggal tua?

 

YUNA

Macam tak tau kau bah, Mamak-Bapakku kan selalu ke luar kota. Aku sama Adekku macam anak kos dibuat. Segala biaya kebutuhan hidup dikirim setiap awal bulan. Jadi, posisi kita itu sama, nggak ada bedanya.

 

MORI

Sekali lagi dong guys! (Mengangkat ponsel ke atas)

 

Mereka bertiga kembali melakukan boomerang dengan gaya yang tidak jauh berbeda. Naya menarik ponsel Mori untuk memeriksa hasilnya.

 

NAYA

Ih lucu kali hasilnya (kagum). Aku save ya? (Jeda) Ayok sekali lagi! (Menyerahkan ponsel pada Mori)

 

Seperti kebanyakan perempuan, mereka melakukan take berulang-ulang dengan posisi yang berbeda dan penuh gaya. Karena kali ini Yuna yang berada tepat di samping Mori, ia segera merebut ponsel tersebut.

 

YUNA

(Menatap serius hasil boomerang) Kayaknya ada yang salah deh, kayak ada yang kurang gitu nggak sih we?

 

Wajah Naya dan Mori seketika panik dan langsung menimpali tanya Yuna.

 

NAYA

Enggak kok, hasilnya bagus.

 

MORI

Cantik kali pun, ya kan? (Memandang Naya)

 

Dengan cepat Naya mengangguk. Lalu disusul Mori untuk menguatkan pernyataan.

 

YUNA

Oh tahulah aku we, bibirku pucat kali. Bentar ya, pake liptint dulu aku. (Merogoh tas kecil yang disandangkan di bahu)

 

NAYA & MORI

Udalah, udahlah enceng3. Pulang, pulang!

 

Naya da Mori mengambil wadah bekas minuman mereka, lalu membuangnya ke tong sampah. Mori meraih tasnya dan tangan Naya untuk berjalan meinggalkan Yuna. Tiba-tiba, Yuna yang masih memolesi bibir dengan cermin kecil sadar bahwa ia akan ditinggalkan. Segera, segala alat rias kembali ke tempatnya.

 

YUNA

Tungguinlah aku we! (Setengah berteriak, sambil berjalan cepat)

 

Setelah Yuna berhasil menyusul kedua temannya, ia mengambil posisi di tengah dan merangkul pundak mereka.

 

YUNA

Nanti jangan lupa kau tag kami dan paling penting, kau saring dulu mana yang mukaku cantik, itulah yang kau post. (Menatap Mori)

 

MORI

Kau pilih sendiri ajalah nanti, yang ribetan pun jang4! Udah maunya tinggal repost, minta dipilihkan pulak. (Wajah sewot)

 

NAYA

Kalau bisa ngurangin kerjaan, kenapa harus nambahin!?

 

Naya dan Yuna melagakan telapak tangan untuk melakukan ‘tos’. Mori memilih pasrah. Ia tahu akan tetap kalah bila mencoba adu mulut, dua lawan satu bukanlah pilihan yang tepat.

 

9       EXT-TERAS KOS NAYA-PAGI HARI

Naya yang berpenampilan rapi sambil menenteng tas sandangnya mulai menutup pintu secara perlahan. Sebuah suara mengejutkan Naya.

 

SIEN

Hai Aya! (Terlihat canggung)

 

NAYA

Sien!? Tumben ke kos aku pagi-pagi?(Tersenyum ramah)

 

SIEN

(Jeda, menunduk ke lantai) Aku mau ngomong serius.

 

Naya yang sedikit curiga dengan keadaan, mulai terlihat panik dan gelagapan.

 

NAYA

Eee, Sien kita ngomong nanti aja ya? Aku lagi buru-buru, ada janji soalnya. Kau tunggu di kamarku aja at_ (Sembari menyerahkan kunci kamar)

 

SIEN

Menghindar! Iya kan!? (Menegakkan kepala dan menatap Naya dengan tegas)

 

Naya menurunkan tangannya. Kunci kamar masih berada dalam genggaman. Ia terdiam, melempar pandangan agar tidak tertuju pada sosok Sien.

 

SIEN

Kau berusaha menghindari aku kan!? Kenapa? Apa kita bukan teman lagi? Demi kumpul sama orang itu, kau nggak mau datang ke acara ulang tahunku!? Kau hide aku kan dari story IG mu? JAWAB YA! (Menghentak)

 

Napas Sien masih memburu karena habis meluapkan amarah yang tak tertahan. Matanya berkaca-kaca.

 

NAYA

 Aku butuh sahabat. (Naya mengangguk pelan dan terlihat enteng tanpa beban)

 

SIEN

(Nada suara melemah) Aya, aku udah pernah bilang_

 

NAYA

Bilang apa!? Bilang kalau kau nggak siap punya sahabat!? Bilang kalau persahabatan itu tidak sesederhana yang aku maksud!? Bilang kalau aku nggak tahu apa-apa tentang persahabatan!? (Sembari menepuk-nepuk dada)

 

SIEN

Aya, aku nggak bermaksud_

 

NAYA

Udah! Kita emang nggak akan pernah sefrekuensi. (Melangkah pergi)

 

Baru berjalan lima langkah, Naya berhenti. Ia membuka genggamannya yang masih berisi kunci, tatapan tertuju pada gantungan kunci berbentuk bundaran kecil bergambarkan foto Naya dan Sien. Digenggamnya sebentar dengan sangat kuat, hingga urat di punggung tangan kelihatan. Tak lama, Naya membalikkan badan, mencopot dan meletakkan gantungan kunci di atas tembok teras kos.

 

NAYA

Satu lagi (Mengacungkan telunjuk)! Jika hanya teman, bersikaplah seperti seorang teman, karena kita nggak lebih dari itu!

 

Air mata yang tadi hanya berlinang, kini menetes dengan derasnya. Tatapan Sien mengabur bersama jatuhnya air mata. Mulut yang sedikit terbuka, bergetar karena tak tahu ingin berkata apa. Seolah luka telah mencekat mulut untuk berbicara. Sedangkan Naya, Ia sudah berlalu tanpa berniat memandang ke belakang.

 

10       EXT-TAMAN KOTA-PAGI HARI

Naya terlihat sedang duduk di bangku panjang taman. Ia membuka botol minuman yang tadi dibeli pada pedagang dekat taman. Tegukan Naya memperlihatkan kelelahan batin dan jiwa. Hela napasnya tak beraturan.

NAYA

Ngapain pulak aku mikirin dia? Ngapain pulak mikirin dia sakit hati atau enggak? Seharusnya aku lebih memperhatikan hatiku. (Jeda) Arghhh… bimbingan bersikap cuek di mana sih? (Menghentakkan kaki ke tanah)

Naya mengetuk-ngetuk jidatnya dengan kepalan tangan. Betapa besar pun luka akibat  kalimat Sien di masa lalu, ia tetap merasa bersalah telah memperlakukan temannya begitu keras dan kasar.

NAYA

Maaf, tapi kita tidak membutuhkan sesuatu yang sama. (Menghela napas panjang dan berat)

Naya merogoh tas dan mengambil ponsel. Dibukanya galeri tersembunyi dan mulai memandangi foto berdua dengan Sien semasa SMA. Dengan pakaian putih abu-abu, keduanya tampak tertawa bahagia. Orang-orang yang sedang berolahraga memperhatikan Naya yang mulai menjatuhkan air mata. Mereka berbisik, seolah Naya adalah perempuan depresi atau mengalami keterbelakangan mental.

BAPAK PEMBERSIH TAMAN

Sebaiknya kalau lagi sedih, temuin aja temannya. Dari tadi orang-orang pada lihatin karena Mbaknya nangis sendirian. (Logat Jawa)

 

Naya mengangkat kepala, diperhatikannya baik-baik Bapak pembersih taman; wajah dan pakaian yang dikenakan sudah menggambarkan ia bersuku jawa, nada bicaranya juga lembut dan ramah. Naya yang tadi sempat mematung menyeka air mata yang masih tersisa di pipi. Naya melihat sekitar dan masih ada beberapa orang yang setia berbisik-bisik sambil melihat ke arahnya. Naya pun tersadar, bahwa ini bukanlah tempat yang tepat. Ia menunduk sebagai ucapan terima kasih, kemudian berlalu pergi.

 

11       INT-CAFÉ KECIL-SIANG HARI

Naya berdiri di depan pintu masuk, lalu menghela napas beberapa kali hingga ia siap untuk masuk. Kini raut wajahnya berubah jadi biasa saja, seolah tak ada masalah yang telah terjadi. Keceriaan kecil muncul di bibirnya yang mungil.

 

DALAM HATI

NAYA

Aku kan punya dua sahabat, jadi tak perlu menangisi Sien. Aku nggak jahat, kami hanya beda pendapat. Biarkan aja, aku juga perlu bahagia. (Langkahnya semakin riang)

 

Sama seperti langkahnya yang belum berhenti, mulutnya Naya juga tidak berhenti berbisik kata-kata motivasi pada diri sendiri. Saat sampai di meja pojokan, terlihatlah sosok Mori yang memanyunkan bibir ke depan, matanya mempelototi Naya yang baru datang dan dengan entengnya langsung duduk di hadapan Mori.

 

MORI

Wah parah nih orang! Ngaretnya kelewat batas, janjian jam berapa? (Melipat kedua tangan di dada)

 

NAYA

Jam sembilan. (Menatap segelas juice di meja dan langsung meneguknya tanpa ijin)

 

Jawaban Naya seolah tidak berbuat kesalahan, seolah ia sedang ditanyai, bukan dimarahi. Hal tersebut memancing kekesalan Mori semakin meningkat. Dipukulnya meja dengan setengah tenaga.

 

MORI

Dijawab lagi! Sekarang udah jam dua siang Naya dan kau baru nongol? Taunya kau?

 

NAYA

Enggak! (Meletakkan gelas juice yang hampir habis)

 

MORI

Awak hampir mau diusir pelayan gegara cuma mesan minuman doang dari tadi. Dan  kayak muka nggak berdosa, kau minum pulak juice-ku tanpa ijin, dihabiskan lagi. Kan pengen ditujang kau karang5. (Menggertakkan gigi)

 

NAYA

Nanti Mori, bukan karang. Ini Medan bukan Tanjung jangan kebiasaan.

 

Naya malah menasehati dan masih mengacuhkan amarah Mori. Dengan rasa kesal yang berapi-api, Mori bangkit dari kursi dan menekan kepala Naya serta memberi guncangan dengan kedua tangannya.

MORI

Ihhh….Gobokan air, ngeselin kali pun kau!!!!

 

NAYA

Aduh, sakit… sakit…oke aku minta maaf ya Mori. Janji lain kali nggak kayak gitu lagi pun, suer demi alek! (Membuat tanda peace dengan jari)

 

Mori melepas siksaannya, menarik napas dan kembali duduk dengan elegan. Naya mengusap kepalanya sambil merapikan rambut yang berantakan. Wajahnya sedikit cemberut. Tiba-tiba sepasang kekasih sudah muncul di hadapan mereka berdua.

 

YUNA

Rame nih! Ada gosip apaan? Bagi-bagilah we!

 

Yuna dan pacarnya Boy, langsung mengambil posisi ternyaman sambil menantikan sebuah sambutan.

 

MORI

GOSIP KEPALAMU! BISA-BISANYA TELAT LIMA JAM. INI LAGI, NGAPAIN BAWA-BAWA PASANGAN SEGALA. MAU BUCIN ATAU QUALITY TIME!? (Memandang penuh amarah ke arah Yuna dan memberhentikan tatapan tajam pada Boy)

 

BOY

Galak kali si Mori ini, nanti lari cowokmu kalau kau kayak singa terus. (Menatap Yuna dengan manja) Hasian, tengoklah kawanmu ini, jadi takut pun aku, seram kali. (Bersembunyi di balik lengan Yuna)

 

Boy bergidik ngeri. Yuna dan Naya menahan tawa sambil menutup mulut dengan tangan. Mori mengangkat sebelah hidungnya, lalu Yuna berdehem dan mengambil sikap serius.

 

YUNA

Mori, janganlah kau galak-galak! Takut loh pacarku kau buat. (Nada membujuk dan serius)

 

Boy memasang wajah seolah teraniaya. Seketika Yuna mengelus bahu dan memeluk pacarnya dengan manja.

 

MORI

Nama jenis kelamin, tapi berondok di belakang istri. Cihh… tukang ngadu. Pakai rok aja kau sana!

 

Mulut pedas Mori membuat para pengunjung memandang ke meja mereka. Karena berhasil menaikkan amarah Mori, pasangan itu terlihat semakin bersemangat.

 

BOY

Hasian… aku diejekin… Mori kasar! Aku nggak bisa dikayak ginikan, pulanglah aku, hiks… (Seolah menangis)

 

YUNA

Jangan pulanglah Hasianku! Kau itu sumber oksigenku. Kalau kau jauh, siapa nanti yang menghidupkan denyut jantungku?

 

BOY

Ahh, Hasianku…

 

Yuna dan Boy saling memajukan bibir dan membuat kesan ciuman, namun tak sampai bersentuhan. Naya dan Mori terlihat ingin muntah dan jijik. Pasangan yang sedang berpelukan membuat mereka merasa mual berlebihan.

 

NAYA

Dasar bucin!

 

MORI

Najis! Ah, awak tunjanglah kalian karang! (Mengangkat sebelah kaki ke atas kursi)

NAYA

Wait, wait! (Jeda, perut Naya berbunyi) Hehehe… berantamnya bisa di-skip dulu nggak? (Cengengesan)

 

Yang lain langsung kembali ke sikap normal, menggeleng sambil memandangi Naya.

 

 MORI-YUNA-BOY

Iya bisa! (Serentak dan tegas)

 

Setelah memilih beberapa pilihan yang ada di menu, Naya menyerahkan daftar menu ke teman yang lain. Mereka terlihat sibuk mendiskusikan pesanan. Naya memandang mereka dengan tatapan syukur. Ditatapnya dengan sangat melekat.

 

DALAM HATI

 

NAYA

Tuhan, aku membutuhkan mereka. Terima kasih! (Tersenyum)

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar