Katakan (Script)
1. ACT 1

1. EXT. ATAP GEDUNG - MALAM

Rama duduk di tepi atas gedung seorang diri, dengan tersenyum ia menatap bulan di langit malam. Dan ketika melihat ke bawah senyumannya semakin melebar.

RAMA (V.O)

Apa itu kehidupan? seumur hidup aku mencoba mencari arti dari itu. Tentang apakah aku hidup untuk seseorang? ataukah aku hidup untuk melakukan kerusakan dan menjadi musuh dari seseorang yang ditetapkan sebagai pahlawan? dan jika dipikir-pikir itu adalah sesuatu yang konyol, mengingat berarti takdir kita di masa depan telah ditetapkan dan tidak dapat diganggu gugat. Itu seperti kita hanyalah sebuah objek untuk kesenangan sesuatu. 


Rama melihat sekumpulan pemuda tengah saling berkelahi, anak kecil dan orang dewasa tengah tidur di tepi jalan.

RAMA (V.O)

Dan lupakan tentang hal yang sulit seperti itu. Pencarian arti untuk hidup hanya akan membuang-buang waktu. Mari kita pikirkan sejenak mengenai nilai dan moral yang telah runtuh dalam masyarakat, perkembangan teknologi yang signifikan membuat kita terlena akan ketenaran dan keserakahan, dan mungkin masih banyak yang lainnya, hanya saja aku tidak bisa mengatakannya.


Rama mulai memejamkan matanya.


RAMA (V.O)

Karena itu aku pikir, melanjutkan hidup di dunia yang seperti itu tidak ada gunanya.


Di sisinya ada seorang pria yang tengah berdiri seraya sesekali melihat ke bawah.


RAMA

Hei! kalau mau bunuh diri jangan di sini!


Pria suram itu mengalihkan perhatiannya pada Rama.


PRIA SURAM

Diam! jangan coba-coba buat hentiin gue!


RAMA

(terkekeh)

Siapa juga yang mau coba ngehentiin lo. Gue nyuruh lo buat gak bunuh diri itu biar gak ngerepotin orang-orang, bayangin mereka lagi tidur terus kebangun cuman karena harus ngeberesin mayat lo doang!


Rama beranjak bangun dan membalikkan punggungnya.


RAMA (Cont'D)

Tapi kalau lo segitu ngebetnya pengen mati, yaudah, terserah!


Rama berjalan menuju pintu masuk

CUT TO:

2. EXT. JALANAN - PAGI 

Dengan mengenakan seragam sekolahnya Rama mengendarai kendaraan bermotornya dengan wajah yang masih mengantuk, terlihat dari matanya yang begitu sembab. Sesaknya suasana jalan di kota ini membuat kemacetan pada jalan yang dilaluinya. Dan Rama begitu muak karena perasaan kantuk sudah tak begitu tertahankan dalam dirinya.


3. EXT/INT. SEKOLAH - TEMPAT PARKIR - PAGI

Setelah memarkirkan motornya, Rama melepas helm dan segera turun dari atas motornya dengan perlahan. Ia menguap dan menyimpan helmnya di atas motor, dan melihat Daffa, Haikal, dan Bian telah menunggunya di depan gerbang sekolah.

Rama berjalan menghampiri mereka.


DAFFA

Lama banget lo Ram!


HAIKAL

Gue 'kan udah bilang jangan telat!


RAMA

Bawel kalian!


Rama terus melangkah masuk ke dalam dan mereka bertiga memelas lesu.


HAIKAL

Siapa sih yang dari awal ngajak temenan sama dia?


4. INT. SEKOLAH - LORONG - PAGI

Rama mengacak-acak rambutnya dan terus berjalan menuju ruang kelasnya. Kebanyakan murid-murid telah berada di dalam kelas, sehingga ia dapat dengan leluasa berjalan di lorong yang kosong ini.

Pada saat berjalan Rama tak sengaja menabrak Lulu yang berjalan di arah sebaliknya. Lulu memiliki tubuh yang kecil karena itu tubuhnya sedikit terpental ke belakang dan terjatuh.

Rama terkejut, lalu setelah melihat Lulu tersungkur dan sedikit mengerang kesakitan, ia dengan segera mengulurkan tangan untuk membantunya berdiri.


RAMA

Sorry, lo gapapa?


Lulu menerima uluran bantuan dari Rama.


LULU

Gapapa gimana, kalau jalan tuh liat-liat!


RAMA

Iya, iya sorry.


Haikal, Daffa, dan Bian datang.


HAIKAL

Eh Ram tunggu dong! kenapa lo malah ninggalin kita?


RAMA

Kalian lama, nanti keburu telat.


Haikal memajukan mulutnya, dan Bian dengan segera menghentikan Haikal yang emosinya tersulut.


HAIKAL

Cil lepas Cil! jangan dipisahin Cil!


BIAN

Jangan dipisahin gimana, orang lo sendiri yang pegang tangan gue.


Rama kembali melanjutkan langkahnya menuju ruang kelas. Sementara itu Daffa menatap Lulu dengan wajah sayu berbanding terbalik dengan Lulu yang memandangnya penuh dengan emosi.


DAFFA

Lu-


Lulu segera memalingkan wajahnya dan berjalan pergi meninggalkan Daffa yang terlihat begitu suram.


HAIKAL

Kalau lo terus-terusan seperti ini, hubungan lo sama dia bakalan kandas.


BIAN

Kal!


HAIKAL

Itu emang kenyataannya Cil! berapa kalipun lo kasih dia motivasi, selama dia masih terus kayak gini, hubungan dia sama Lulu gak akan pernah membaik.


BIAN

Tapi 'kan lo-


DAFFA

Udah Cil, gue paham ko. Gue cuman masih belum berani buat ngungkapinnya.


Daffa berjalan pergi dengan diikuti Haikal dan Bian di belakangnya.


5. INT. SEKOLAH - KELAS - PAGI

Haikal dan Bian duduk di meja yang sama sementara Daffa duduk di meja yang sama dengan Rama yang telah tertidur pulas. Suara dengkurannya terdengar begitu jelas.


HAIKAL

(Terkekeh)

Dia baru juga datang udah tidur. Iya ngorok lagi tidurnya.


BIAN

Kebiasaan dia mah.


Daffa menggoyang-goyangkan tubuh Rama.


DAFFA

Ram bangun Ram! Ram! 


HAIKAL

Gak bangun-bangun, mati kali dia.


BIAN

Hush jangan sembarangan!


HAIKAL

Habisnya lo liat sendiri!


Daffa mengambil botol minum dari dalam tasnya, ia membuka tutupnya dengan cara memutar kemudian ia siramkan pada Rama hingga membuatnya terbangun.

Rama masih kelihatan bingung.


DAFFA

Itu iler lo lap dulu!


Rama mengusap-usap area mulutnya lalu kembali tertidur dan Haikal, Bian, dan Daffa tergeleng-geleng melihatnya.


6. INT. SEKOLAH - KELAS LULU - PAGI

Lulu berjalan masuk ke dalam kelasnya dengan wajah lesu. 


VANESHA

Kenapa lo? suram banget ekspresinya.


Lulu duduk di samping Vanesha.


LULU

Biasa, karena apalagi yang bikin gue badmood kayak gini?


VANESHA

(tertawa)

Lo masih belum baikan juga sama dia?


LULU

Iya kalau gue udah baikan, gue gak akan kayak gini.


Lulu mengeluarkan ponsel pada saku bajunya. Ketika sedang asyik menggeser layar ponselnya, tiba-tiba Lulu menjadi heboh dan menunjukkan apa yang dia lihat pada Vanesha. Terlihat dalam layar sebuah novel baru yang dibuat oleh sebuah penulis yang berinisial Kira.


LULU 

Sa!


VANESHA

Apa?


Vanesha yang melihatnya juga ikutan heboh. Seisi kelas menjadi berisik hanya karena ulah mereka berdua.


LULU

Kita gak boleh ketinggalan?


VANESHA

Of course. 


LULU

Coba lo cek di toko online dulu, udah ada apa belum? kayaknya gak mungkin banget kalau kita harus bolos sekarang. Soalnya gerbang depan udah pasti ditutup.


VANESHA

Kayaknya gak akan ada deh. Novel-novel terbaru keluaran Kira 'kan biasanya rilis di toko-toko buku dulu sebelum akhirnya dijual online. Itu juga harus nunggu seminggu kalau pengen beli online.


Mereka duduk di kursinya, menghembuskan napas kasar secara bersamaan.


LULU

Iya terus gimana dong. Masa kita harus nunggu pulang sekolah buat beli novelnya. Gue udah gak sabar banget pengen beli terus baca sambil nikmatin makanan di kantin.


VANESHA

Gue juga sama. Tapi mau gimana lagi, sebentar lagi pelajaran mau dimulai, terus gerbang depan juga udah pada ditutup, waktu jam istirahat juga gerbang depan ditutup, mau gak mau kita harus nunggu sampe pulang sekolah.


Mereka menjadi semakin lesu, menempelkan kepalanya di atas meja. Tapi tiba-tiba Lulu menaikkan kepalanya, dan membuka layar ponselnya.


LULU

Di deket sekolah ada Toko Buku gak?


VANESHA

Dari arah gerbang belok ke kiri, terus ketika udah sampai di persimpangan belok kiri lagi, terus lurus, pas ada persimpangan belok kiri lagi. Tokonya ada di sebelah minimarket.


LULU

Di belakang sekolah berarti iya. 


VANESHA

Kenapa memang?


LULU

Nantikan jam istirahat kedua biasanya gerbang depan dibuka, kita tinggal minta izin aja ke guru piket. Jujur aja bilang mau pergi beli buku, pasti diizinin ko, kasih tau aja deket, gak akan lama. Paling cuman 15 menit buat nyampe ke sana, terus 5 menit buat beli itu juga kalau enggak antri, terus 15 menit lagi buat kita kembali ke sekolah. Jadi, kita cuman ngehabisin waktu 35 menit. Sisanya bisa kita pakai buat santai-santai di kantong sekolah.


VANESHA

Setuju ... tapi kalau antri dulu gimana? lo tau sendirikan ada berapa banyak orang yang bakalan beli? 


Lulu menaikkan sebelah alisnya, ini semakin membuatnya kebingungan.


LULU

Iya ... semoga aja gak terlalu banyak orang.


Mereka semakin lesu. Seorang Guru Wanita berjalan masuk ke dalam kelas, semua murid termasuk mereka berdua dengan segera mengeluarkan buku dan alat tulis dari dalam tasnya masing-masing. 


7. INT. SEKOLAH - KELAS RAMA - SIANG

Rama menundukkan kepalanya karena masih mengantuk. Lalu, tiba-tiba Haikal menghampirinya dengan riang.


HAIKAL

Ram lo mau pergi ke kantin gak?


RAMA

Enggak, gue masih ngantuk.


HAIKAL

Lah gak seru lo dari tadi tidur mulu aja kerjaannya. Mending ikut kita ke Kantin, masalah uang gampang, ada Daffa yang mau bayarin kita.


Daffa yang berada di sebelah mereka menatap dengan sinis.


DAFFA

Enak aja gue yang bayar.


HAIKAL

Ayo Ram bangun!


Haikal menarik paksa Rama.


HAIKAL (Cont'D)

Daf bantuin dong buat narik dia!


DAFFA

Iya, iya sebentar.


Daffa membantu Haikal, dan Rama hanya bisa pasrah. 


8. INT. SEKOLAH - LORONG - SIANG

Ketika berada di pintu kelas, mereka melihat Lulu dan Vanesha berlarian di lorong dan mereka tak sengaja menyenggol seorang Guru. 


GURU 

Kalian yah, jangan lari-lari di lorong!.


Wulan dan Lulu berhenti untuk membungkukkan badannya.


VANESHA DAN LULU

Maaf pak, kami lagi buru-buru!


Lalu mereka berdua kembali berlari dan membuat Guru tersebut menggelengkan kepalanya.


HAIKAL

Kenapa mereka buru-buru kayak gitu?


DAFFA

Kenapa lagi kalau bukan karena mau beli novelnya Kira?


Rama yang tubuhnya masih di pegang oleh Daffa dan Haikal, tersenyum.


9. INT. SEKOLAH - KANTIN - SIANG

Rama membeli sebotol air mineral, Haikal dan Bian membeli sebuah roti dan segelas jus, sementara Daffa membeli semangkuk bakso dan segelas air mineral.


DAFFA

Kalian jadi datang ke rumah gue malam ini?


HAIKAL

Iya nanti abis main game kita ke rumah lo ko.


DAFFA

Ok, asal jangan kemaleman datangnya, gue keburu tidur soalnya. 


BIAN

Paling beberapa match doang, gak akan sampe 2 jam kayaknya. Nanti lo jemput gue di mana Kal?


HAIKAL

Lah lo nebeng sama gue?


DAFFA 

Jangan dikasih tebengan Kal! biarin aja dia jalan kaki, toh kakinya aja masih ada 2.


HAIKAL

Iya sih gue juga males harus muter dulu buat jemput dia.


Bian terlihat masam.


BIAN

Ok, ok nanti gue pergi sendiri.


Daffa dan Haikal tertawa.


DAFFA

Jangan ngambek dong Cil!


HAIKAL

Iya lu gitu doang ngambek. Nanti lo tunggu aja di gang rumah lo, gue jemput lo ke sana.


Bian memutar bola matanya.


BIAN 

Ok.


DAFFA

Tapi Rama gimana? lo ikut gak?


RAMA

Gatau, tapi nanti gue hubungin kalian lagi kalau mau ikut. Soalnya gue gak terlalu tau di mana rumah lo Daf.


DAFFA

Lah bukannya lo pernah ke rumah gue sebelumnya?


RAMA

Gue lupa lagi, sorry.


HAIKAL

Yaudah nanti kalau lo mau pergi, lo hubungin gue aja, jadi nanti gue sharelock tempat ketemuannya, gimana?


RAMA

Ok.


DAFFA

Terus kenapa sekarang kumpulnya di rumah gue? kan bisa kita kumpul di rumah lu Kal yang kamarnya gede, daripada kamar gue yang kecil, sesek nantinya kalau dimasukin kita berempat.


HAIKAL

Ya gapapa 'kan Daf. Sekali-kali kita kumpul di rumah lo, atau Rama. Bosen soalnya gue tiap kumpul rumah gue lagi, atau gak rumah Bocil lagi. Suasana baru, iya gak?


Daffa hendak mengambil minumannya tapi secara cepat diambil oleh Haikal. Haikal meminumnya hingga airnya tersisa setengah gelas.


Haikal 

Oh iya tentang Lulu, gue mau kasih saran sama lo Daf! kita itu sebagai cowok. Jangan peduliin siapa yang salah atau bener, jangan bikin suasana semakin keruh dengan sok-sokan tapi lo kan gini-gini tai. Mending lo minta maaf aja, biar dia gak pergi dan malah nyesel sendiri nantinya.


Haikal meletakkan kembali gelas di atas meja dan kali ini giliran Daffa yang meminumnya. Daffa meminum minumannya sedikit-sedikit berbeda dengan Haikal. 


HAIKAL (Cont'D)

Kadang, predator tertinggi yang kita sebut dengan wanita itu rumit. Gak pernah ada satupun cowok yang tau apa yang sebenernya mereka pengen. Malah kadang kita juga bingung, karena mereka selalu nyalahin kita, padahal itu salah mereka sendiri. Itu memang bikin kesel tapi mau gimana lagi karena itu adalah sifat yang bikin kita suka sama mereka.


Haikal mengambil garpu yang berada di dalam mangkok, menusuk dua butir bakso sekaligus, dan memakannya. Daffa merasa kesal karena itu dua butir bakso terakhir.


DAFFA 

Gue setuju sih sama kata-kata lo. Tapi, jangan abisin makanan gue juga! gue laper banget ini.


Haikal 

Gua cuma minta dikit doang ko, dua bakso doang.


DAFFA

Sedikit ... matamu. Sampai habis gini lo bilang sedikit?


Haikal 

Sama teman sendiri itu gak boleh pelit.


DAFFA

Sejak kapan lo jadi temen gue?


Haikal dan Daffa saling menarik kerah baju masing-masing, saling menatap dengan tajam, dan Daffa memukul wajah Haikal lalu dibalas kembali oleh Haikal. Perkelahian mereka menyebabkan suasana kantin yang semula sepi menjadi sedikit lebih ramai, mengelilingi mereka berdua layaknya menonton sebuah hiburan.

Bian berusaha memisahkan mereka berdua.


BIAN

Udah Kal, Daf! kalian ini kenapa sih ribut mulu?


DAFFA

Minggir Cil! gue harus kasih pelajaran sama si badru ini!


HAIKAL

Apa lo bilang Badru?


Bian terlihat kesulitan memisahkan mereka berdua yang semakin memanas, hingga beberapa Guru datang untuk mengamankan situasi. Sementara terlihat peduli dan mengambil makanan dan minuman yang tersisa, lalu beranjak pergi meninggalkan lokasi.


10. INT. SEKOLAH - RUANG KELAS - SIANG


Wulan tengah asyik mendengarkan musik melalui earphone yang tersambung pada ponselnya. Ia menggoyang-goyangkan kepala dengan tersenyum, membaca sebuah cerita dari ponselnya.


11. EXT. JALANAN - SORE

Rama melepas helm di kepalanya, dan melihat masih ada banyak sekali orang mengantri di dalam Toko Buku. 


12. INT. TOKO BUKU - SORE

Rama menutup pintu Toko dengan perlahan.


PAK HERMAN

Terima kasih! silahkan datang kembali!


Pelanggan terakhir telah pergi. Pak Herman menghela napas panjang, merasa begitu lelah karena begitu banyak pelanggan yang datang ke tokonya. Rama berdiri di dekatnya, menyandarkan punggungnya pada sebuah meja, ia berdiri membelakangi Pak Herman.


RAMA

Ingin meminum sesuatu?


PAK HERMAN

Kamu sudah datang? tidak perlu, cukup tolong balikkan tanda buka di pintu sana menjadi tanda tutup! aku ingin beristirahat sebentar.


Rama melakukan yang diperintahkan Pak Herman kepadanya, berjalan menuju pintu, membalikkan tandanya lalu kembali berdiri di dekat Pak Herman.


RAMA

Apa semuanya laris terjual?


PAK HERMAN

Seperti yang kamu lihat.

(Tersenyum)

kayaknya ini bakalan lebih laris dari sebelumnya, hanya membaca blurb ceritanya saja orang-orang tadi kelihatan begitu senang.


RAMA

Begitu? aku juga turut senang kalau begitu.


Pak Herman melihat mata Rama yang begitu kosong dan tersenyum pahit.


PAK HERMAN

Apa kamu yakin?


RAMA

Kenapa?


PAK HERMAN 

Tidak, lupakan. Apa kamu sudah membelinya? 


RAMA

Belum.


PAK HERMAN

Kalau begitu cepat beli sana, pulang ke rumah dan memakannya. Kamu harus banyak beristirahat!


Rama terdiam sebentar.


RAMA

Iya. Tapi, menurut Bapak ceritanya bagaimana? apakah menarik? atau-


PAK HERMAN

Itu menyedihkan. Sangat-sangat menyedihkan. Lebih menyedihkan lagi karena aku tahu itulah kenyataannya. Tapi sebagai orang dewasa, aku hanya ingin mengatakan, jika cinta memang tidak pernah bisa dipaksakan, aku setuju dengan kata-kata ditulis dalam cerita tersebut. Namun, melepas seseorang karena kesalahan kita, dan melepas seseorang karena dia tidak pernah mencintai kita balik memiliki rasa sakit yang berbeda.


Rama diam. Pak Herman mendorong sedikit kacamatanya.


PAK HERMAN (Cont'D)

Jika kita kehilangan seseorang karena kesalahan, mungkin kita akan berpikir untuk merubah diri kita menjadi lebih baik agar tidak dapat mengulangi kesalahan yang sama. Tapi, jika kita kehilangan seseorang karena tidak pernah dicintai balik, kita akan terus berharap, dan berpikir bahwa diri kita masih memiliki kesempatan. Padahal kenyataannya, apa yang kita lakukan tersebut hanyalah sebuah kesia-siaan. Itu cukup menyedihkan karena kita menangisi seseorang yang seperti itu.


Rama menyeringai, beranjak pergi keluar dari Toko Buku.


PAK HERMAN

Mau ke mana?


RAMA

Mau beli obat dulu sekalian pulang.


13. EXT. JALANAN - SORE

Rama keluar dari Toko Buku, berdiri menatap matahari yang terlihat kekuningan seraya menghembuskan napas kasar, lalu dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana ia kembali berjalan. Suara-suara bising kendaraan yang melaju, anak-anak sekolah yang sedang bercanda bersama dengan teman-temannya.


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar