Kabut Cinta Syafitri
8. Menerima Lamaran

SCENE 1   : EXT – INT – RUMAH RUMINAH – SIANG

PEMAIN    : SYAFITRI , RIDHO, RUMINAH, PAK ANWAR, BU SYAMSI, PAK IDRUS, DAN FIGURAN LAINNYA.

VISUAL     : Tiga mobil memasuki halaman rumah Ruminah. Penumpangnya banyak satu rombongan diantaranya Ridho dan ibunya. Ruminah, Pak Anwar, dan Syafitri tampak kaget, tidak menduga yang datang begitu banyak. Ridho yang dipegangi tangannya oleh ibunya tampak PeDe dengan kemeja koko lengan panjang Slimfit yang sportif. Mereka saling bersalam-salaman dan mengkatupkan kedua tangannya. Ruminah langsung menyilahkan tamunya memilih tempat duduknya masing-masing. Dua orang gadis tetangganya yang diminta membantu mengeluarkan minuman teh hangat. Seorang lelaki berkumis tebal setengah baya lebih dulu memperkenalkan diri.

Pak Idrus :

Bapak Anwar dan Ibu Ruminah yang saya hormati. Saya Muhammad Idrus adik dari mbakyu Syamsinar dipercaya memimpin rombongan untuk bersilaturahim ke keluarga Bapak dan Ibu. Mohon Izin saya juga mewakili keluarga sebagai juru bicaranya.

Pak Anwar :

Ya ya, terima kasih atas kehadiran Bapak-bapak, Ibu-ibu se-rombongan. Kami sekeluarga senantiasa bergembira menerima Bapak-bapak, Ibu-ibu semua.

Pak Idrus (memandangi dan menunjuk Syafitri) :

Maaf yang namanya Dewi Syafitri yang ini ya?

Pak Anwar dan Ruminah (hampir berbarengan) :

Benar, benar, ini anak bungsu kami.

Pak Idrus (bercanda) :

Pantesan, Ridho nggak mau dikenalin yang lain...Nduk Fitrinya cantik begini dan Muslimah banget. Insya Allah hubungan kalian berkah dan menjadi Ibadah kalian bersama.

Hadirin (serentak) :

Aamiin...!

Ruminah :

Ooh iya ya...jadi Pak Idrus ini pamannya Ridho?

Bu Syamsi :

Iya dia itu adik aku...Itu lho yang dulu sukanya ngegangguin mbak-mbak temen aku yang main kerumah. Mungkin kamu dulu pernah di gangguin sama dia, Inget nggak Rum?

Ruminah :

O, yang dulu suka nyumputin sendal ya? Kita orang pas mau pulang kelabakan nyariin sendal, nggak taunya di taruh di pot kembang, ya kan?

Pak Idrus (bersama yang lainnya tertawa) :

Betul, betul, betul...aku dulu maunya kayak Jaka Tarub yang nyumputin selendang bidadari, tapi nggak tahunya sendal yang aku sumputin ketemu, hehe... urung deh jadi Jaka Tarub.

                                 Ruminah :                              

Ngeganggu kok sama yang lebih tua, lha dulu malah mau tak jewer kupingnya.

Pak Idrus (masih ketawa) :

Sekarang juga kalau mau jewer boleh kok mbak.

Ruminah (dan hadirin juga ikut ketawa) :

Kalau sekarang enggaklah...takut sama kumisnya.

VISUAL        : Mereka pada ketawa-tawa renyah membuat suasana gembira penuh lelucon yang menghangatkan. Sambil minum dan menikmati hidangan yang disuguhkan. Syafitri yang duduk disamping mamanya tak lepas dari pandangannya ke arah Ridho. Hari ini dia tampak bahagia dan lebih banyak tersenyum-senyum. Setelah beberapa saat lamanya Pak Idrus masuk pada inti kedatangan rombongannya.

Pak Idrus :

Jadi, maksud kedatangan kami adalah untuk menyambung persaudaraan dan kekeluargaan dengan keluarga Bapak Anwar. Kami bermaksud menyunting putri Bapak dan Ibu yang bernama Dewi Syafitri, benar demikian ya nama lengkapya?

Ruminah (Pak Anwar dan Syafitri mengangguk) :

Benar dik Idrus...nggak salah!

Pak Idrus (melucu) :

Namanya benar ya...pasti nggak salah mbak Rum,...takutnya kalau salah sebut nama jadi salah juga orangnya kan gawat...hehe.

Pak Anwar (Ruminah menahan tawanya) :

Kami sangat senang atas keinginan Bapak-bapak, Ibu-ibu utamanya Ibu Syamsinar untuk menjadikan anak kami sebagai menantu. Merupakan suatu kebanggaan kami bisa berbesanan dengan Bapak Ibu sekalian. Semoga ini menjadi langkah awal untuk kebahagiaan kita bersama.

Hadirin (serentak) :

A m i n !

Ruminah (menoleh ke arah Fitri) :

Fit, kamu sudah mendengarkan apa yang barusan kami perbincangkan? Lalu bagaimana dengan kamu? Mau menjawab sendiri apa sudah cukup dengan kami saja.

Bu Syamsi :

Lebih afdolnya biar Fitri ngomong sendiri.

Ruminah :

Ya sudah kamu ngomong Fit, Menerima atau Tidak?

Syafitri (sambil menatap satu per satu wajah yang ada di ruang tamu terutama Ridho) :

Dengan segala kerendahan hati dan dengan segala kekuranganku, aku menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang... Aku menyatakan menerima pinangan untuk menjadi isteri Mas Ridho...amin.

Hadirin (serentak) :

Aamiin Yaa Rabbal Al Aamiin, berkat doa kita semua hajad kita hari ini telah di kabulkan oleh Allah SWT, Alhamdulillahi Rabbil ‘Aalamiin.

(Semua sibuk membahas hari akad Nikah dan Walimatul Ursy.)

Pak Idrus :

Baiklah Bapak-bapak dan Ibu-ibu, setelah kita berunding bermusyawarah, bahwa akad nikah dan walimatul Ursy antara Muhammad Ridho dengan Dewi Syafitri, kita putuskan akan di laksanakan tanggal 15 bulan depan. Jadi ada satu bulan untuk membuat persiapan.

FADE OUT

CUT TO       :

SCENE 2      : INT – DI DALAM RUMAH – SIANG.

PEMAIN       : SYAFITRI, MBAK ARUM.

VISUAL      :Rumah Ruminah setiap harinya sudah ramai dikunjungi tetangga dan handai toulan. Tidak ketinggalan Mbak Arum kakak perempuan Syafitri juga berkunjung. Mbak Arum memperlihatkan buku katalog busama pengantin muslimah kepada Syafitri.

Mbak Arum

(Menunjukkan sambil membuka buku katalog) :

Fit, coba kamu cari Inspirasi Gaun Pengantin mana yang akan kamu pakai besok? Ini ada Gaun Pengantin Muslimah modern yang lagi tren saat ini.

Syafitri (turut melihat) :

Entahlah mbak, aku bingung memilihnya.

Mbak Arum :

Mbak dulu juga awalnya bingung, akhirnya dapat juga pilihan yang sesuai selera kita.

Syafitri :

Biar nanti di-pilihin Mas Ridho aja, aku nggak bisa milih.

Mbk Arum :

Tapi Fit, pada ujungnya pengantin wanita-lah yang meng-eksekusi pilihan.

Syafitri (kebingungan) :

Wah, bagaimana ya mbak?

Mbak Arum (membolak balik lembaran menunjukkan contoh gaun) :

Lihat Fit...ini gaun pengantin muslimah yang Syar’i, layaknya Princess. Kalau yang ini gaun modern kayak yang sering dipakai artis. Dan yang ini gaun pengantin muslimah hijab modern. Desain dan Modelnya banyak, kamu tinggal pilih saja.

Syafitri :

Iya mbak biar nanti terserah Mas Ridho yang pilihkan.

Mbak Arum (memandangi Syafitri) :

Dik, kok kayaknya kamu bingung, apa kamu belum siap?

Syafitri :

Memang kalau dipikir-pikir semuanya terkesan kilat ya mbak?

Mbak Arum :

Sebenarnya sama saja, mau cepat atau lambat yang penting hati kamu berdua sudah menyatu.

Syafitri :

Jujur, sebenarnya aku nggak tahu, apakah aku cinta apa enggak? Aku kan nggak pacaran, waktuku hanya sebulan saat aku memutuskan menerima lamarannya.

Mbak Arum :

Cinta itu kalau sudah berumah tangga, Fit. Mbak dulu walaupun pacaran lama, juga nggak tahu, nggak ngerasa apa-apa. Setelah menikah baru tahu apa arti cinta sebenarnya.

Syafitri :

Mbak, mmhh...boleh aku nanya? Mbak dulu pernah merasa ragu nggak sama calon suami?

Mbak Arum :

Kenapa dik? Apa yang kamu ragukan sama Ridho?

Syafitri :

Enggak! Cuma nanya aja...nggak ada maksud apa-apa

Mbak Arum :

Tapi pertanyaanmu itu menyiratkan ada apa-apa di pikiranmu. Ya nggak?

Syafitri (cepat menggeleng) :

Enggak kok, Cuma...

Mbak Arum (mengejar) :

Cuma apa? terus kenapa? Kamu sudah Istikharah belum?

Syafitri :

Sudah mbak, aku sudah Istikharah. Tapi mengapa dalam mimpiku aku melihat Mas Ridho masih berhubungan dengan Airin dan aku sangat cemburu pada teman akrabku itu.

Mbak Arum (tertawa kecil sambil menutup buku katalog) :

Dik, cemburu itu bisa diartikan kamu cinta...Tapi yang namanya istikharah itu jawabannya nggak selalu dalam mimpi. Bisa datang lewat petunjuk yang lain. Misalnya diberi kelancaran dalam segala sesuatunya. Airin mengganggu nggak dalam proses pernikahan ini?

Syafitri (kembali menggeleng) :

Enggak... justeru Airin sendiri mendukung.

Mbak Arum :

Nah, dari situ sebenarnya sudah ada jawaban atas semua doamu. Lagi pula mimpi itu kan hanya variasi tidur. Bagaimana kalau pikiranmu sendiri masih memikirkan dia, pastilah terbawa dalam mimpi. Iya nggak?

Syafitri :

Mungkin juga...

Mbak Arum :

Dik Fitri, yakinlah, dik. Semua keluarga sangat bahagia saat ini, terlebih Mama dan Papa, mbak nggak lihat sebahagia ini

Syafitri (mengangguk) :

Yaa...mbak.

Mbak Arum :

Mbak aja takjub atas pernikahanmu ini. Ridho bukan orang sembarangan lho, Ganteng, sudah mapan, punya wibawa, dan pastinya soleh itu yang sudah kelihatan. Sekarang fokuskan pikiranmu pada persiapan Akad dan Walimatul Ursy-nya.

Syafitri (kembali mengangguk) :

Yaa...mbak.

Ruminah (memanggil Fitri) (O.S) :

Fiiit...Ini ada tamu Umi Ifah, Murabbimu, ingin bertemu kamu.

Mbak Arum :

Siapa Fit?

Syafitri :

Umi Musdalifah, Murabbiku di tempat Liqa.

VISUAL       : Syafitri melangkah ke ruang tamu, dilihatnya Umi Ifah wanita berhijab lebar itu telah menunggunya. Syafitri memberi salam lalu duduk di sebelahnya..

CUT TO      :

SCENE 3      : INT – RUANG TAMU – SIANG

PEMAIN       : SYAFITRI, UMI IFAH, DAN MBAK ARUM.

VISUAL       : Syafitri dan Umi Ifah terlibat pembicaraan serius.

Umi Ifah (membelai lembut kepala Syafitri) :

Akhirnya kamu akan mendampingi Ridho...

Syafitri :

Iya...Insya Allah, Umi.

Umi Ifah :

Fitri, aku membawa amanah dari Ridho untuk bermusyawarah dengan kamu masalah persiapan Akad dan Walimatul Ursy nanti.

Syafitri :

Mengapa Mas Ridho nggak datang sendiri Umi?

Umi Ifah (bicara pelan) :

Dia masih trauma kalau teringat kejadian dulu. Calon pengantin wanitanya...

Syafitri (mengangguk memotong ucapan Umi Ifah) :

Iya, aku bisa mengerti atas peristiwa itu.

Umi Ifah :

Pokoknya sampai hari ‘H’-nya nanti dia tidak akan kemana-mana, mungkin hanya akan telefon saja. Dan kamu kalau ada perlu sama dia silahkan telefon saja.

Syafitri :

Aku bisa memaklumi meskipun rasanya agak aneh, tapi ya...enggak apa-apa.

Umi Ifah (mendehem mengiyakan) :

Fitri...Ridho ingin bertanya kamu mau minta mahar apa?

Syafitri (terhenyak) :

Mahar? Aku tak menginginkan apa pun, aku tak terlintas sedikit pun tentang Mahar. Cukup bertanggung jawab, mencintaiku dan menyayangi keluargaku.

Umi Ifah :

Syafitri, Mahar adalah bentuk tanggung jawab suami juga. Tidakkah kamu menginginkan sesuatu yang lain?

Syafitri (menggeleng) :

Tidak.

Umi Ifah :

Kalau begitu maharnya cukup dengan satu buah Al Qur’an dan seperangkat alat Sholat?

Syafitri (mengangguk) :

Ya, seperti pada umumnya saja.

Umi Ifah :

Kalau dia memberi hadiah pernikahan, apa yang kamu inginkan?

Syafitri :

Tidak ada, aku tidak menginginkan hadiah.

Umi Ifah :

Tapi, kalau dia ingin memberimu sesuatu, apakah kamu juga menolak?

Syafitri (berpikir sesaat) :

Terserah Mas Ridho, Umi!

(Lama kemudian keduanya saling terdiam. Hanya terdengar suara orang bercakap dari dalam rumah ataupun dari depan halaman Rumah karena memang ada beberapa orang yang datang. Sesaat kemudian Mbak Arum mendatangi mereka dengan membawa buku katalog)

Mbak Arum :

Umi, maaf ya? Tadi aku nawari Fitri Busana Gaun Pengantin, tapi kata Fitri biar Mas Ridho yang pilih, Bagaimana Umi?

Umi Ifah (tersenyum menyambut) :

Bisa, bisa, nanti aku telefon Ridho...coba sini aku lihat.

Mbak Arum (memberikan bukunya) :

Modelnya banyak yang baru dan keren-keren.

Umi Ifah :

Nah, ini yang aku maksudkan, hal seperti ini kan juga harus di persiapkan.

Mbak Arum :

Fit, coba kamu telefon Mas Ridho.

Umi Ifah :

Iya, sambil gambar-gambar ini di kirim ke Handphone-nya.

Syafitri (tersenyum malu-malu) :

Mbak Arum aja yang nelefon.

(Selajutnya mbak Arum meminta Hp-nya Fitri, memfoto Sampel Gaun Pengantin dari buku katalog, setelah itu menelefon dan mengirim sampel gaun kepada Ridho)

Umi Ifah :

Jadi, begini Fitri...untuk seterusnya nanti kamu nggak perlu bersusah payah, cukup telefon Ridho atau telefon Umi.

Mbak Arum :

Biar nanti aku yang bimbing, Umi. Biasalah...Fitri masih kena sindrom calon pengantin baru. Bawaannya deg-degan, gugup, nggak tenang, dan malu-malu.

 (Tidak lama kemudian ada suara nada dari Handphone Syafitri, rupanya sudah ada balasan dari Ridho soal busana Pengantin yang akan di kenakan berdua.}

Syafitri (terperanjat) :

Subhanallah! Aku setuju dan cocok sekali menurutku.

 Mbak Arum (menyambut gembira) :

Nah, untuk yang utama sudah terpenuhi, untuk selanjutnya kita pikirkan yang lain..

Umi Ifah :

Inilah pentingnya saling berkomunikasi, semua bisa diatur dengan sebaik-baiknya.

Syafitri (V.O) :

Ternyata Mas Ridho pandai memilih model, warna, dan desain busana yang akan kami kenakan. Mas Ridho seperti tahu seleraku, memang gaun seperti itu yang ku inginkan, dan warna itu yang sesuai dengan kesukaanku.

FADE OUT :

*** 

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar