Kabut Cinta Syafitri
3. Bertemu Ridho

SCENE 1      : INT – DALAM RUMAH – PAGI

PEMAIN       : SYAFITRI, RUMINAH

VISUAL       : Pagi ini Syafitri kelihatan bersemangat. Dia sudah berdandan dan memakai jilbab, hendak pergi Liqa(4) ke rumah Umi Musdalifah (Ifah), Murabbi(5)-nya

Ruminah :

Fit, kamu sudah mau berangkat mengaji?

Syafitri :

Iya Ma, hari ini Umi Ifah, mengajak aku ikut Pengajian Ibu-ibu ke Masjid tempat tinggal Umi. Katanya yang mengisi tausyiah Mas Ridho.

Ruminah :

Umi Ifah sudah mengenal Ridho, Ya?

Syafitri :

Iya...Umi Ifah dan Mas Ridho itu kan satu Jamaah di MTA.

Ruminah :

Jadi kamu ingin bertemu Ridho?.

Syafitri :

Iya-lah Ma, aku mau dikenalin sama Mas Ridho, aku kan belum tahu persis sosok Mas Ridho seperti apa?

Ruminah (tersenyum) :

Syukurlah Fit, tadinya Mama was-was kamu akan menolak perjodohan.

Syafitri :

Dalam ajaran Islam itu disarankan Istikharah dulu sebelum memutuskan suatu pilihan. Apalagi ini masalah berumah tangga, kan harus yakin dulu pada calon suami.

Ruminah :

Baguslah kalau begitu, Mama nggak nyangka ternyata kamu cerdas sekali. Memutuskan sesuatu hal penting memang tidak perlu tergesa-gesa.

Syafitri :

Aku pernah mendengar Baginda Nabi Muhammad Saw pernah bersabda, ‘Al ‘ajaltu minasy syaithan. Tergesa-gesa itu datangnya dari setan! Aku tidak mau tergesa-gesa, tidak mau mengecewakan siapapun, termasuk diriku sendiri.

Ruminah :

Tetapi sebenarnya perjodohan ini bukan dadakan. Ridho sudah beberapa kali mengantar Ibunya ke rumah kita, tapi kamunya pas nggak ada.

Syafitri (mencoba mengingat) :

Yang mana itu ya Ma, aku lupa-lupa ingat.

Ruminah :

Mungkin kamu masih ingat, kamu sempat ngeluarin minuman untuk Bu Syamsi dan Ridho waktu itu.

Syafitri :

Iya Ma, tapi aku kan nggak perhatian banget-banget.

Ruminah :

Bagaimana mau perhatian, kerjaanmu dulu ngurung di kamar mulu.

Syafitri :

Aih... Mama, waktu itu aku kan masih fokus kuliah, jadi nggak mikirin cowok-cowok.

Ruminah :

Sebenarnya waktu itu Bu Syamsi sudah menanyakan kamu, tetapi Mama jawab masih kuliah.

Syafitri :

O, sebenarnya sudah dari dulu Bu Syamsi ingin berbesanan dengan Mama?

Ruminah :

Iyaa...maunya begitu.

Syafitri (nyengir) :

Yaach...berdoa aja Ma, mudah-mudahan hajat Mama terkabul.

Ruminah :

Sejak suaminya meninggal beberapa tahun lalu, Bu Syamsi sibuk mengurus toko. Baru kemarin itulah Mama bertemu lagi karena lihat di Status Wa-nya dia sakit.

Syafitri (sambil bersiap-siap pergi) :

Ya sudah Ma, aku mau jalan dulu..

Ruminah (memandangi Syafitri) :

Iya, hati-hati di jalan.

Syafitri (mencium tangan Mamanya) :

Assalamualaikum...

Ruminah :

Waalaikumsalam...

(Syafiri berangkat keluar rumah mengendarai sepeda motor. Sampai di rumahnya Umi Ifah sudah menunggu, lalu keduanya pergi bersama ke Masjid tempat acara Pengajian)

CUT TO   :

SCENE 2 : INT / EXT – DARI DALAM MASJID DAN HALAMAN MASJID - JAMAAH MENGIKUTI PENGAJIAN HINGGA SELESAI – SIANG

PEMAIN   : SYAFITRI, RIDHO, UMI IFAH DAN JAMAAH IBU-IBU FIGURAN.

VISUAL   : Ustadz Ridho membuka pengajian routine ibu-ibu yang dilaksanakan semiggu sekali. Syafitri yang hadir dengan Umi Ifah sesaat sempat bertatap mata dengannya. Dari tempat duduknya Syafitri tak lepas pandangannya dari Ridho. Dia terkesima ternyata Ridho sosok yang menarik. Ridho terlihat tampan dengan setelan baju koko lengan panjang, Peci Haji, dan berSorban. Acara Tausyiah pun terus berlangsung.

Ustadz Ridho :

Sebuah hadits Rasulullah tentang ‘Amal Kebaikan’. “Dari Abu Hurairah ra. Berkata, Nabi SAW, Bersabda, Barang siapa yang melepaskan seorang mukmin dari kesusahan dunia, maka Alloh akan membebaskannya dari kesusahan di hari kiamat. Barang siapa yang memudahkan orang yang sedang mengalami kesulitan, maka Alloh akan memudahkan kepadanya di dunia dan di akhirat. Barang siapa menutupi aib seorang muslim, maka Alloh akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Alloh akan senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya. Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk memperoleh ilmu, maka Alloh akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di suatu rumah Alloh (Masjid) ; membaca kitab Alloh, dan mempelajarinya bersama-sama, melainkan akan turun kepada mereka ketentraman, rahmat Alloh akan menyelimuti mereka, para Malaikat berkerumun di sekelilingnya, dan Alloh akan memuji mereka di depan (para Malaikat) yang berada disisi-Nya. Barang siapa amalnya lambat (kurang), maka nasabnya tidak akan dapat menyempurnakan.” Demikian itu adalah yang menjadi suri tauladan bagi umat muslim. Tinggal bagaimana kita bisa menjalankan sunnah-sunnah Rasul dalam kehidupan kita sehari-hari.

(Acara Pengajian terus berlangsung dengan khidmad)

VISUAL : Ustadz Ridho menutup pengajian, kemudian Jamaah pun berangsur keluar dari dalam Masjid. Syafitri masih di halaman Masjid bersama Umi Ifah. Dari pintu Masjid Ridho memandangi Syafitri. Sebaliknya Syafitri juga mencari-cari pandang kearah Ridho.

Ridho (V.O.) :

Siapa Akhwat yang cantik itu? baru sekali ini dia ikut pengajian, tapi sepertinya aku sudah mengenalnya. Oh..Iya.. Dialah yang namanya Syafitri? Kata Ibu aku akan di-jodohkan sama dia?. Ah, kenapa aku jadi Zu uzzon?!

Syafitri (V.O.) :

Subhanallah! Mas Ridho ternyata seorang laki-laki tampan. Ah, ada apa dengan perasaanku? Entah mengapa seperti ada yang berbeda dalam hatiku setelah melihat dia. Mama tidak salah pilih katanya sangat cocok untukku? Apa mungkin bisa ya?

(Umi Ifah menarik bahu Syafitri untuk dibawa kearah Ridho, pada saat yang sama Ridho berjalan perlahan kearah mereka. Selanjutnya Mereka bertemu di teras Masjid)

Ridho (mengkatupkan kedua tangannya) :

Assalamu’alaikum...

Syafitri dan Umi Ifah (mengkatupkan tangan juga) :

Wa’alaikummussalam...

Umi Ifah :

Fit, ini Ustadz Ridho, yang satu jamaah denganku di MTA.

Ridho (mengarahkan ke Syafitri) :

Dik Fitri...ya?

Syafitri  (mengangguk) :

Mas Ridho...?

Ridho (memberikan tangannya, keduanya lalu bersalaman) :

Waktu itu kamu ke rumah menengok ibuku?

Syafitri (tampak gugup namun senyumnya berderai-derai) :

Benar Mas, Lha Mas Ridho-nya saat itu kemana kok nggak kelihatan?

Ridho :

Biasa dik aku lagi menghadiri Halaqah...Nggak tahu kalau dik Fitri datang ke rumah hari itu.

Safitri (Mencoba tersenyum se-ceria mungkin) :

Aku juga nggak mengira, tahu-tahu Mama ngajakin aku menengok ibunya Mas Ridho.

Umi Ifah (mengarah pada Ridho) :

Tadi Fitri ingin ketemu kamu, makanya aku ajak ikut kemari.

Ridho (tersenyum) :

Iya, aku juga ingin ketemu dik Fitri.

Umi Ifah (ketawa) :

Nah...ini yang namanya ketemu jodoh.

Ridho (dan Fitri ikut ketawa kecil) :

Dik Fitri mengajar di sekolah tempatnya Airin mengajar juga ya?

Syafitri :

(tiba-tiba wajahnya berubah merah Ridho menyebut nama Airin)

Iya..benar, aku dan Airin sama-sama mengajar disana. Mas Ridho mengenal Airin? Dia teman akrabku sejak dari kuliah.

Umi Ifah (menyela) :

Airin tadi nelefon lagi ada keperluan, jadi nggak ikut pengajian.

Ridho :

Airin itu jamaah-ku juga di Halaqoh.

Syafitri (sambil melamunkan Airin) :

Oo...begitu? Aktif dia ya?

Ridho :

(hanya mengangguk, lalu memberikan sebuah buku ukuran praktis kepada Syafitri)

Dik Fitri ini Al Qur’an dan terjemahan lengkap untuk bacaan di rumah.

Syafitri :

Oh, Kitab suci ini untukku Mas? Syukran...Mas Ridho.

Ridho :

Iya, sama-sama.

Umi Ifah :

Nah, sekarang sudah ketemu...Nanti kalau mau ketemuan lagi tinggal janjian.

Syafitri :

(Ekspresinya hanya tersenyum memandang Ridho, tapi tidak membalas kata-kata Umi Ifah)

Ridho :

Umi Ifah benar, aku memang ingin sekali main ke rumah dik Fitri.

Umi Ifah :

Ya udah tinggal ngomong sendiri sama Fitri.

Ridho (menunjukkan wajah gembira) :

Dik Fitri...kapan-kapan aku mau main ke rumahmu, boleh nggak?

Syafitri (tersenyum gembira) :

Boleh sekali Mas...Silahkan! Kapan Mas Ridho mau main ke rumahku?

Ridho :

Insya Allah hari minggu lusa.

Syafitri :

Baiklah kalau begitu...aku tunggu.

Ridho :

Salam hormatku untuk Mama dan Papa ya di rumah.

Syafitri (mengangguk) :

Nanti kusampaikan pada Mama dan Papa, pasti senang sekali mendengarnya.

Ridho :

Oya, kalau dik Fitri masih ada acara dengan Umi Ifah, lanjutkan...

Syafitri (mengarah pada Umi Ifah) :

Bagaimana Umi?

Umi Ifah

Ya udah, kita pulang dulu aja ke rumahku.

Ridho :

Sampai ketemu nanti.

Syafitri :

Iya Mas Ridho sampai ketemu juga...

Umi Ifah :

Kami pulang dulu...Assalamualaikum...

Ridho :

Waalaikumsalam.

(Syafitri dan Umi Ifah pergi dari hadapan Ridho yang memandangi kepergian mereka dengan senyuman penuh arti)

CUT TO       :

SCENE 3      : INT – KAMAR SAFITRI – MALAM.

PEMAIN       : SYAFITRI, RUMINAH.

VISUAL     : Syafitri masih memakai mukena seusai Sholat Maghrib. Lalu duduk di kursi membaca Al Qur’an di atas meja.

Syafitri (menutup doa selesai membaca Al Quran) :

Shadakallah Huladzim...

(Tiba-tiba Safitri tersentak dari duduknya. Sesaat dia memegangi kitab suci Al Quran itu dengan mata memejam menahan senyumnya)

Syafitri :

Alhamdulillaahi Rabbil Aalamin.

(Syafitri bangkit dari duduknya merapikan barang-barang diatas meja tempat membacanya. Kemudian mengambil lagi kitab suci itu, menciumnya dan kemudian mendekap ke dalam dadanya)

Syafitri (VO) :

Mas Ridho? Semoga kitab suci pemberianmu ini menjadi amal jariyahmu, aku akan selalu membacanya setiap saat. Ya Rabbi, apakah dia benar-benar akan menjadi Malaikat-ku? Atau mungkin seorang alim yang menjelma seperti Malaikat? Entahlah...tapi yang pasti hatiku langsung berdetak kencang tatkala melihatmu.

VISUAL     : Dari luar Ruminah mengetuk pintu kamar minta izin untuk masuk. Syafitri kemudian membukakan pintu kamarnya, Ruminah masuk kamar Syafitri.

Ruminah (tertegun) :

Itu kitab Al Qur’an yang diberikan Ridho?

Syafitri (masih mendekap kitab suci itu) :

Iya ma, bagaimana menurut mama?

Ruminah :

Mama doakan supaya kamu berjodoh sesuai harapanmu.

Syafitri (suaranya sedikit serak) :

Makasih ya ma? Kalau memang Allah menggariskan jodohku dengan Mas Ridho, ya Insya Allah akan menjadi cinta pertamaku dan cinta terakhirku, Aamiin.

Ruminah (tersenyum) :

Yang penting kamu cocok dan bahagia.

Syafitri :

Oh iya Ma, Mas Ridho janji hari minggu lusa mau main ke rumah kita.

Ruminah (menatap dengan wajah serius) :

Apa katanya?

Syafitri :

Ya mungkin sekedar ingin silaturrahim-lah, kan antara keluarga kita sudah saling kenal dengan baik.

Ruminah :

Kalau ada yang mau di bicarakan masalah kamu dengan dia, barangkali?.

Syafitri :

Ya nggak tau-lah...Mama ini sudah berpikir secepat itu.

Ruminah :

Eh Fit, Ridho kan sudah lebih dari dewasa, sudah bekerja mapan, mau nunggu apalagi? Lebih cepat kan lebih baik, tapi bukan berarti tergesa-gesa.

Syafitri :

Pastinya harus ada pendekatan dulu, Ma.

Ruminah :

Terserah kamu berdua yang mengatur waktunya.

Syafitri :

Yang penting antara aku dan Mas Ridho sudah saling cocok.

Ruminah :

Kamu dengar waktu itu? Bu Syamsi sendiri juga sudah tidak sabar ingin punya menantu dan menimang cucu.

Syafitri :

Tapi, aku belum mengetahui sifat-sifat Mas Ridho, begitu juga sebaliknya. Bagaimana akan secepat itu menuju jenjang pernikahan?

Ruminah :

Ah! Setelah menikah nanti kalian bisa sama-sama belajar mengetahui sifat masing-masing. Pastinya kita sesama muslim sama-sama di jalan Allah, tentunya nggak akan jauh beda.

Syafitri (tiba-tiba romantis) :

Mama benar...buktinya sekarang aku menerima kitab suci Al Qur’an darinya. Lebih tepatnya lagi kitab suci ini sebagai pertanda Halal...ya nggak Ma?

Ruminah (tersenyum lagi ) :

Iya-lah...Nanti kalau sudah deal, jangan lama-lama menikahnya.

(Ruminah memandangi Syafitri dari atas ke bawah lalu mendekap bahunya. Sambil mengelus-elus kepalanya, sebelum kemudian beranjak keluar kamar meninggalkan Syafitri. Sementara Syafitri masih diam terpaku dengan ucapan mamanya)

Syafitri (V.O) :

Oh Rabbi, kenapa aku ini? Kenapa aku jadi gelisah seperti ini? Pikiranku jadi nggak karuan? Seharusnya aku memfokuskan pikiranku pada editan tulisanku di Laptop.

FADE OUT :

***

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar