Kabut Cinta Syafitri
7. Menyesuaian diri

SCENE 1    : INT – GEDUNG SEKOLAH – PAGI/SIANG.

PEMAIN     : SYAFITRI, AIRIN.

VISUAL     : Syafitri dan Airin kembali bertemu pada hari piket di sekolah. Keduanya mengumpulkan berkas hasil tugas murid-muridnya yang diberikan minggu lalu. Sambil bekerja keduanya mengobrol memperbincangkan lagi tentang Ridho.

Airin :

Oya, apa cerita Ridho waktu datang ke rumahmu?

Syafitri :

Firasatmu benar Rin, Ridho datang ke rumahku berniat melamarku untuk dijadikan isterinya.

Airin :

Aku ikut gembira, Fit. Jadi beneran kamu jadian sama dia? Kapan hari ‘H’nya?

Syafitri :

Begini Rin, aku tidak ingin tergesa-gesa memutuskan menerima atau tidak. Karena dia memilih aku kan hanya karena pilihan ibunya. Siapa tahu dihatinya masih ada nama lain terutama kamu. Jadi aku memberi kesempatan dia untuk berpikir ulang.

Airin (dengan mimik serius) :

Fitri, kamu bebas menentukan pilihanmu, jangan berpikir yang lain, apalagi pada diriku. Terus terang aku nggak mengerti apa maumu. Padahal aku sudah berusaha melakukan yang terbaik, untukmu dan juga untuk Ridho.

Syafitri :

Aku nggak mau hanya karena ibunya, lantas aku menikah untuk seolah-olah bahagia. Aku nggak mau nanti batinku justru menderita. Karena aku benar-benar nggak bisa menerima cinta Ridho kalau bukan datang dari hatinya sendiri.

Airin :

Kamu itu masih tinggi hati Fitri! Ingat perempuan yang tinggi hati tak akan mendapatkan jodohnya.

Syafitri (tertegun) :

Aku hanya berbuat untuk kebaikan kita semua.

Airin :

Asal kamu tahu, Fit...Sekarang Ustadz Ridho mengundurkan diri dari tugasnya mengisi Tausyiah Halaqoh Ibu-ibu di Masjid tempatku. Sejak dia datang ke rumahmu hingga kini dia seperti menghilang. Semua jadwal yang sudah tersusun jadi berantakan, semua jamaah kecewa, dan agaknya ini gara-gara keangkuhanmu.

Syafitri :

Rin, tolong kamu juga mengerti aku...Afwan. Aku hanya berusaha menata hati dan jiwa ini agar ikhlas, bagaimana caranya untuk bisa menerima Ridho .

Airin :

Kalau masalahnya sudah hati, kita nggak akan pernah tahu apa isi hati kita masing-masing.

Syafitri :

Aku ingin menyempurnakan niatnya agar ikhlas dalam pilihan sesuai hatinya. Hati kita hanya satu kalau sudah retak sulit untuk di sambungkan. Kamu kan juga seorang perempuan, aku mohon kamu bisa memaklumi.

Airin :

Meski sebenarnya aku kecewa padamu dan terlebih telah membuat kekecewaan semua jamaah. Tetapi aku tetap menginginkan yang terbaik untukmu. Sejak mengenalmu aku tahu kamu orang baik.

Syafitri :

Jazakallah Rin, kamu adalah temanku yang paling akrab dari kuliah hingga saat ini. Aku memang perlu orang yang bisa diajak bicara memutuskan masalah. Orang itu adalah kamu, kamu yang selalu mengerti aku.

Airin :

Yach, pendapat seseorang bisa berbeda-beda, apalagi masalah menilai sesorang. Menurutku pendapat diri sendiri-lah yang paling afdol.

Syafitri :

Kamu benar, tapi untuk masalah Ridho aku minta pendapatmu.

Airin :

Sekadar saran dariku lebih baik kamu menerima dengan secepatnya lamaran Ridho padamu. Jangan biarkan situasi seperti ini terus berlangsung dengan tidak ada kepastian. Hal itu akan merugikan banyak orang, terlebih dirimu sendiri dan juga Ridho.

Syafitri (setengah terkejut) :

Apa Rin? Menerima Ridho secepatnya?

                                Airin :                                

Iya Syafitri. Sebaiknya kamu terima saja. Itu saranku sebagai orang yang sangat paham antara kamu dengan Ridho.

Syafitri :

Tapi bagaimana kalau dia masih punya perasaan denganmu? Bagaimana kalau dia berubah...lalu berbalik melamar kamu?

Airin :

Masyaallah Fit, aku nggak mungkin bermain di belakangmu! Mengkhianatimu!

Syafitri :

Maksudku Ridho-nya Rin, yang nggak bisa melupakan kamu.

Airin :

Syafitri, kamu ternyata nggak tahu benar urusan cinta. Nggak tahu benar siapa Ustadz Ridho. Bila kamu menerima ibarat Qur’an dan Hadits, dua sisi yang tak terbantahkan dan tak terpisahkan.

Syafitri (sambil merenung) :

Baiklah Rin. Aku mengerti, akan aku pikirkan matang-matang saran kamu. Aku sangat berterima kasih dan aku percaya padamu.

Airin :

Berbicaralah dengan Ridho secara pribadi, itu kulihat baik untukmu. Aku berjanji sesuai kemampuanku untuk membantumu.

Syafitri :

Syukran ya Airin!

(Keduanya terlihat terus berdiskusi yang nampak akrab.)

FADE OUT

CUT TO :

SCENE 2    : EXT – INT – JALAN RAYA - GEDUNG ISLAMIC CENTER – SIANG

PEMAIN     ; SYAFITRI, RIFKY.

VISUAL     : Syafitri pulang dari sekolahan mengendarai sepeda motor menuju gedung Islamic Center. Tiba disana dia langsung ke kantor MTA untuk menemui Rifky teman Ridho. Di dalam kantor Syafitri bertemu dan megobrol dengan Rifky.

Syafitri :

Rifky, Mas Ridho-nya ada?

Rifky :

Ridho lagi izin, sudah hampir sebulan ini Off dari kegiatan MTA.

Syafitri (tertegun) :

Apa alasan yang di sampaikan?

Rifky :

Alasannya sedang fokus di sekolah menyusun materi soal-soal untuk Ujian Mild Semester.

Syafitri  (hendak pergi lagi) :

Oya sudah, Ma kasih ya, aku pergi dulu.

Rifky (mencegah) :

Eh Fit, kamu mau kemana? Kita ngobrol dulu-lah, apa cerita kamu dengan Ridho.

Syafitri :

Cerita apaan? Nggak ada cerita apa-apa, biasa saja.

Rifky (mencoba tersenyum) :

Buktinya kamu sampai mencarinya kesini?

Syafitri (mencari alasan) :

Enggak kok, Cuma kebetulan lewat tadi dari sekolah terus ke rumah Umi Ifah, jadi mampir saja kemari.

Rifky :

Kalau kamu ada perlu dengan Ridho telefon saja.

Syafitri :

Iya nanti aku juga telefon

Rifky :

Fit, kamu bener jadian kan sama Ridho?

Syafitri :

Kamu mau tahu aja urusan orang!

Rifky :

Ya enggak, soalnya Ridho kayak berubah setelah dari rumah kamu.

Syafitri (cemberut) :

Kalau berubahnya untuk menjadi lebih baik kan nggak masalah?!

Rifky :

Aku cuma mau tanya, apa kamu masih nggak percaya sama Ridho?

Syafitri :

Bukan masalah percaya atau tidak Rifky, yang jelas aku menginginkan yang terbaik untukku dan juga untuk dia.

Rifky :

Yang paling penting bagaimana kamu dan Ridho bisa saling percaya, itu saja.

Syafitri :

Ya-iyalah...Memangnya kenapa dengan Mas Ridho?

Rifky :

Soalnya dia bilang ternyata nggak mudah untuk ngedapetin kamu.

Syafitri :

Ya, memang yang aku lakukan saat ini agar aku bisa percaya padanya.

Rifky :

 Kamu sih kayak anak kecil saja. Rhido itu sudah cukup umur, sudah mapan, sudah siap semuanya. Kalau menurutku kamu nggak usah ragu sama dia, aku tahu luar dalamnya Ridho.

Syafitri :

Bagiku mencintai seorang calon suamiku adalah merupakan cobaan bagiku. Dan pastinya aku menginginkan suatu kebaikan yang terkandung di dalamnya. Kalau Allah memang menjodohkan aku dengan Mas Ridho, tentu akan ada jalan kebaikan itu.

Rifky :

Okey, aku setuju. Semoga terbuka jalan kebaikan itu, amin.

Syafitri :

Manusia punya kewajiban ber-Istikharah memohon kepada Allah agar diberikan yang terbaik.

FADE OUT.

CUT TO `:

SCENE 3      : INT / EXT – DI DALAM DAN HALAMAN MASJID – SIANG.

PEMAIN       : SYAFITRI, USTADZ RIFKY, IBU-IBU DAN GADIS-GADIS JAMAAH LAINNYA (FIGURAN)

VISUAL    : Suasana Pengajian Ibu-ibu bakda sholat jumat di Masjid lingkungan tempat tinggal Syafitri. Sejak berhubungan dengan Ridho, Syafitri menyesuaikan diri dengan aktif di pengajian ibu-ibu.

Ustadz Rifky :

Seperti beberapa jumat yang lalu hari ini kita bertemu lagi, aku menggantikan Ustadz Ridho yang karena kesibukannya tidak lagi bisa mengisi tausyiah di Masjid yang kita cintai ini. Sesuai tuntunan agama kita dalam ber-Istiqomah, mudah-mudahan hal ini tidak mengurangi semangat ibu-ibu jamaah kaum Muslimah semuanya.

C.U.  :

Ibu Jamaah 1 ( berbisik pada ibu jamaah sebelahnya) :

Jadi Ustadz Ridho sudah nggak mengisi tausyiah di Masjid kita ini ya?

Ibu Jamaah 2 (menjawab dengan berbisik pula) :

Iya benar...yang kudengar tidak hanya di Masjid kita, tapi di semua tempat Halaqoh ibu-ibu. Dia sudah mengundurkan diri.

Ibu Jamaah 3 (turut menyahuti) :

Ada apa ya bu? Kok tiba-tiba mundur nggak ada alasan yang jelas.

Ibu Jamaah 1 :

Padahal kita sudah cocok sekali dengan dia. Orangnya tampan, ramah, masih bujang, pokoknya mengesankan buat saya.

Ibu Jamaah 2 :

Huss...kamu ngomong apa? Sukanya ngelihat yang kayak gitu, dosa tau nggak?

Ibu Jamaah 3 :

Pastinya Ustadz Ridho itu sabar, santun, telaten dalam menyampaikan dan menjelaskan hal-hal yang jadi pembahasan.

Cut To :

C.U. :

Ustadz Rifky (masih dengan tausyiahnya) :

Disini saya meneruskan materi yang sudah disusun oleh Ustadz Ridho. Kali ini tentang belajar, belajar, dan belajar. Belajar untuk lebih sabar dalam menghadapi kenyataan hidup. Belajar untuk lebih bisa menerima keadaan apapun yang diberikan oleh Allah. Belajar untuk bisa lebih bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah. Utlubul ilma minal mahdi ilallahdi. Yang artinya kurang lebih Tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahat.

Cut To :

C.U. :

Syafitri (V.O.) :

Mas Ridho benar-benar membuktikan ucapannya, tidak melibatkan diri lagi dalam Pengajian Ibu-ibu dan remaja putri. Dampaknya memang cukup signifikan, kulihat ibu-ibu dan gadis-gadis satu Halaqoh banyak yang kecewa. Mereka tidak tahu kalau yang dilakukan Mas Ridho berkaitan dengan permintaanku. Oh Rabbi...berdosakah aku ini?

VISUAL : Acara pengajian masih terus berlangsung, Jamaah mulai bisa menerima Ustadz Rifky yang sebenarnya tidak kalah menarik dengan Ustadz Ridho. Syafitri terlihat lega meskipun tanpa kehadiran Ridho, ternyata Pengajian tetap berlangsung khidmad.

FADE OUT :

CUT TO        :

SCENE 4       : INT – KAMAR SYAFITRI – MALAM

PEMAIN        : SYAFITRI, RIDHO.

VISUAL        : Syafitri duduk di belakang meja menghadap Laptop-nya. Dia geleng-geleng kepala melihat tulisan Scipt Film-nya masih saja berkutat di Chapter 3.

Syafitri (V.O) :

Sudah sebulan lebih tulisanku terhambat, baru tiga Chapter bisa kuselesaikan dari sepuluh Chapter yang ku-proyeksikan. Date Line pengiriman masih dua bulan, tapi dengan suasana hati seperti ini, aku tak bisa memikirkan editan tulisanku di Laptop. Waktuku habis untuk memikirkan Mas Ridho. Sebulan ini ternyata dia banyak berubah. Dia benar-benar menjalankan permintaanku, untuk tidak berhubungan dengan kaum Akhwat. Bahkan hampir di seluruh kegiatan diluar mengajar di sekolah dia batalkan. Dalam sebulan ini rasanya sudah cukup aku percaya padanya. Ada baiknya aku menelefon dia.

CU - CUT BACK TO           

VISUAL        : Syafitri telefonan dengan Ridho masing-masing mengangkat handphone-nya.

Syafitri :

Hallo Mas Ridho...Assalamualaikum...apa khabar?

Ridho :

Waalaikumsalam...Alhamdulillah aku baik-baik saja, semoga dik Fitri demikian juga ya?!

Syafitri :

Iyaa...Alhamdulillah Mas, aku juga baik-baik.

Ridho :

Semoga kita selalu dalam limpahan rahmat, taufik, dan hidayah dari Allah SWT, amin.

Syafitri :

Aamiin Yaa Rabbal Al Aamiin...Emm sedang apa Mas?

Ridho :

Lagi lembur menyiapkan soal-soal Ujian Mild Semester...dik Fitri sedang apa?

Syafitri :

Mau nerusin tulisan Script...tapi pikiran nggak bisa diajak kompromi, jadinya nervous sendiri...tulisan masih berantakan.

Ridho :

Oh iya, dik Fitri seorang penulis juga ya?

Syafitri :

Iseng aja nerusin hobby waktu sekolah.

Ridho :

Sudah berapa karya yang di bukukan?

Syafitri :

Novel ada 2 buah, Cerpen 5 buah...Sekarang maunya nulis Script Film adaptasi novelku yang masih dalam bentuk Draft. Maunya sih ikut kompetisi StarScriptHunt di KWIKKU. Tapi nggak tahulah...

Ridho :

Apa itu StarScriptHunt?

Syafitri :

Pencarian Script Film terbaik yang akan di-jadikan Film oleh artis-artis Kita.

Ridho :

Ya baguslah, kenapa ragu?

Syafitri (malu menyembunyikan alasan sebenarnya) :

Ah...enggak, hanya iseng-iseng aja.

Ridho :

Oya, waktu itu ketemu Rifky di kantor MTA ya?

Syafitri :

Benar Mas, dia bilang Mas Ridho-nya Izin untuk beberapa waktu. Di Halaqoh Ibu-ibu juga Mas Ridho mengundurkan diri ya? Di Masjid kita yang mengisi Tausyiah Ustadz Rifky menggantiin kamu.

Ridho :

Ya Itulah dik...terus terang alasan yang sebenarnya aku ingin berkonsentrasi untuk melamar kamu? Lalu bagaimana dengan kamu-nya?

Syafitri (sesaat terdiam) :

Aku?

(V.O.) Terngiang kata-kata Airin : Bila kamu menerima ibarat Qur’an dan Hadits, dua sisi yang tak terbantahkan dan tak terpisahkan. Juga kata-kata Umi Ifah : Di hatimu masih ada kabut, bayang-bayang cemburu yang tidak pasti. Mungkin itulah cobaan bagimu untuk mencapai tingkat derajat taqwa yang lebih tinggi.

Ridho :

Bagaimana dik? Mau menerima lamaranku atau tidak?

Syafitri (sesaat berusaha tenang) :

Ya ya Mas...aku menerima.

Ridho :

Alhamdulillahi Rabbil ‘Aalamiin, terima kasih dik Fitri sudah mau menerima aku sebagai calon suamimu. Memang pernyataan itu yang kutunggu-tunggu, Sekali lagi terima kasih.

Syafitri :

Maaf, aku baru bisa menjawab sekarang

Ridho :

Bagiku tidak jadi masalah. Semoga malam ini menjadi awal langkah kita untuk menuju tingkat derajad taqwa yang lebih tinggi di mata Allah SWT, Aamiin

Syafitri :

Aamiin Yaa Rabbal Al Aamiin.

Ridho :

Malam ini aku ingin mengutip Qur’an Surrah AR-Rum ayat 21, yang artinya Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-NYA ialah diciptakan-NYA untukmu pasangan hidup dari jenismu sendiri supaya kamu mendapatkan ketenangan hati dan dijadikan-NYA kasih sayang diantara kamu. Sesungguhnya yang demikian menjadi tanda-tanda kebesaran-NYA bagi orang-orang yang berfikir. Dik Fitri aku akan segera melamarmu.

Syafitri :

Jazakallah Khair Mas...Izinkan juga aku memakai cincin pemberian ibumu.

Ridho :

Ya, aku juga ingin melihat kamu memakai cincin itu...

Syafitri :

(tersenyum-senyum mengucap syukur sambil memasukkan cincin ke jari manisnya)

 Sudah kupakai Mas cincinnya, manis sekali...

Ridho :

Semoga berkah...amin.

(Syafitri dan Ridho masih tampak telefonan)

FADE OUT.

***

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar